Sabtu, 10 Juli 2010

Tertanggal 29 Juni 2010

Ahahahahahahayyy Tahukah kamu aku sedang berada dimana, aku berada di sebuah kamar di daerah Garut, dan perlukah aku terangkan namanya Rancabango. Terima kasih Allah yang Maha Keren telah memperkenalkanku dengan teman-teman yang luar biasa.

Sekarang itu adalah tanggal akhir dari bulan Juni, sebuah tanggal yang genap, dan tahukah kamu bahwa sehari sebelumnya temanku Khaerul Ervan meninggalkan statusnya sebagai orang biasa dan menjadi calon ayah bagi anaknya dan meninggalkan gelar calon suaminya untuk istrinya, namun sayang penanggalan gelar-gelar yang ada dalam dirinya tak bisa kami lihat. Ya tentunya di tempat ia melaksanakan akad nikahnya.

Dua hari sebelumnya aku dapati pesan tentang pernikahanya, tapi bukan alasan untuk tak mendapati ia meninggalkan masa lajangnya, dan itu juga adalah haknya sebagai teman.

Senin tadi, ya senin sebuah senin yang malang buatku karena merasa telah terjadi penolakan yang sangat membuatku susah tertidur di perjalananku menuju Garut. Ditambah lagi perilaku sang kenek yang tak menyenangkan, ya ketahuilah jika uang kembalianku yang seharusnya telah berkurang oleh sang kenek mobil Elp gitu nulisnya atau apalah itu jika tak salah nulisnya Elf.

Malam itu tepatnya jam sekitar sebelasan, aku telah duduk bersila di depan Tugu Intan, bukan untuk menyembah tugu namun menunggu teman dari Rancabango, aku SMS in mereka untuk menjemputku, ternyata lumayan lama aku duduk dan hasilnya aku bosan walaupun jika kau tahu suasana malam itu sangat indah, sang bulan bersinar terang namun bintang tak ramai malam itu. Malam itu sedikit mendung.

Deru motor sering melintas di depanku, banyak yang aku dengar mulai dari seorang bapak bapak yang menawariku untuk naik motornya namun meminta balasan untuk itu tentunya. Setelah bosan dan duduk aku segera berjalan menuju arah Rancabango, namun ketika aku berjalan tiba-tiba SMS datang pedaku untuk menunggu di depan sebuah Supermarket di jalan itu, jalan apalah itu aku tak tahu namanya.

Irsyad datang dengan sebuah motor yang sulit aku hidupkan, oh terima kasih ya Allah yang Maha Keren sekali, akhirnya temanku menjemputku. Setelah membeli beberapa potong martabak rasa keju yang dibungkus oleh kertas dus. Ya motor itupun aku kendarai untuk segera memasuki area pesantren. Kau tahukah aku sangat rindu dengan tempat ini. Disini aku kembali mengingat memori kecil tentang teman.

Dengan sapaan santai ternyata telah benyak teman hadir di ruangan tersebut, ternyata teman ke resepsi pernikahan Khaerul Ervan telah disediakan, menggunakan mobil temanku Andi Ramdani, dan diisi oleh beberapa orang mulai dari yang berukuran kecil ditempati oleh Irsyad dan yang paling besar oleh Butha, ataupun Rusyad apaaa, gitu aku lupa lagi terusannya.

Kau tahu? Jikalau kamu tahu aku sedang mengobrol banyak dengan teman-temanku malam itu, walaupun obrolannya tak sepenting materi perkuliahan ataupun tugas akhir yang aku kerjakan tetap saja itu sebuah obrolan di malam hari ketika pagi menjelang.

Sang pagi akhirnya datang juga. Jikalau kamu tahu pagi itu aku sulit untuk menuju lantai 1 karena malu, Subuh ini aku tak menuju mesjid untuk menshalati mensjid dua rakaat. Tapi akhirya shalat juga dengan berteman sejadah kamar sebelah.

Pagi itu aku terbangun juga, sang langit telah menampakkkan birunya. Oh aku rindu pagi di Garut, seolah aku kembali ke jamanku masih menjalin statusku sebagai santri.

Karena pernikahan ini pernikahan yang pertama bagi Khaerul, mungkin yang terakhir juga jika Allah menghendakinya demikian. Aamiin. Tak tahu celetukan dari siap untuk menghadiahi sebuah alat kontarsepsi, oh jikalau kamu tahu kotaknya itu buatan aku sendiri, dengan dibantu oleh Anggun dan Adam sebagai peniup dari balon itu. Tragis ia harus meniupnya karena omongannya sendiri.

Setelah semua siap, ya maksudnya rombongan tersebut. Ada Anggun, Adam, Andi, Husni, Saya, Icad, Butha, ada juga Seblu sebagi pendatang terakhir di rombongan itu, ada juga Lena, Eva dan Leli dan tak lupa Rivan juga, eh iya ada Zaki dan temannya itu siapa aku tak ingat itu apa namanya.

Berbekal pakaian seadanya mobil itu, Innova tepatnya dinaiki oleh kami ya tentunya dengan seijin pemiliknya. Aduh pusing sekali naik mobil itu hampir-hampir saja aku memuntahkan cairan yang aku minum beberapa waktu sebelumnya. Namun dengan pertolongan temanku mobil berhenti dan aku menaiki motor untuk mencapai daerah pemeungpeuk.

Jikalau kamu ikut kamu pun akan turut senang karena dapat melihat pemandangan hijau yang menyenangkan pemilik mata yang memandangnya, langit yang awalnya biru dan udara segar, sungai yang bersih dan penambang yang keluar dari lubang tambangnya, kata temanku Zaki, Garut punya potensi yang sangat besar untuk segera menjadi raksasa, dan itu aku yakin bisa dengan syarat masyarakat dapat hidup baik. Baik dunia maupun akhiratnya sesuai petunjuk jaman.

Ada nama-nama yang aneh di telingaku ataupun mataku untuk dibacanya, Cisurupan, ada ya nama seperti itu,Ci itu air sedang Surupan apa itu artinya aku mengenal dengan kesurupan, masa ada air yang kesurupan, Cikoneng adalah tempatnya Khaerul Ervan melaksakan resepsi pernikahannya.

Dengan melewati sasak Padengdeng dengan sebelumnya gunung Gelap aku telah lewati. Ban motor itu akhirnya diam juga di depan alun-alun kota Pamenungeuk. Oh udaranya sangat lumayan panas ternyata, seperti yang mereka katakan bahwa Pameungpeuk itu daerah pantai.

Jas hitam dan kebaya orange bersanding mesra di pelaminan itu, sangat indah untuk mengenangnya.
Setelah makan, aduh hiburannya itu lho yang membuat selera berkurang, ada bencong, bukannya mendiskreditkannya tapi yang ini perilakunya itu tak berkenan untuk yang baru menemuh perjalanan jauh.

Eh ada Samsul,seorang teman penghuni daerah sekitar akhirnya bisa berjumpa kembali, ia datang dengan motornya yang kuning. Setelah berbincang lama dengan hujan yang membuat udara panas berkurang kami pun menuju sebuah pantai yang ada di Garut tersebut. Mereka menyebutnya Cilaut Eureun.

Pantai yang indah dan tampaknya belum banyak mengalami kerusakan lingkungan mungkin sebelum Tsunami menerjang pantai itu lebih indah.

Pasir itu tak terlalu putih untuk menyenangkan kami namun bermain bola dan berfoto ria sudah cukup indah bagiku mengisi liburanku ini, namun sayang punggung tak terlalu nyaman untuk menemaniku di liburanku ini karena dengan secara sengaja aku dilempar ke laut dengan posisi yang tak benar dan akhirnya punggungku sakit juga dan malam itu aku lumayan tersiksa karena tidur yang aku alami lumayan menyakitkan.

Tahukah kamu? Kami menginap di sana, dan malam itu aku tak tahu bagaimana keadaan karena aku sibuk dengan rasa sakit di punggungku. Ah sayang.

Pagi itu, ya pagi setelahnya punggungku telah lumayan untuk bersandar di tembok, ya setelah menikmati udara laut pagi itu kamipun bergegas untuk menuju rumah Samsul, karena ada jamuan dan bakar ikan, sebesar bayi, ah sangat besar sekali ikan itu dan harga yang lumayan besar sekali sepertinya. Tapi ada Andi yang cover. Keren.

Rumah Samsul ternyata tak jauh dari tempat resepsinya Khaerul, dengan senda gurau tadinya mau mengajak Khaerul untuk turut serta makan, namun ia sepertinya ada urusan dengan istrinya.

Aduh jikalau kau ada dan merasakan nikmatnya ikan itu, ikan yang dibakar itu, sungguh mungkin kau kan mengeluh akan nikmat yang membuat kepalamu pening sedangkan ikannya masih banyak. Keren sekali.

Sesungguhnya jika dirunut dari awal mungkin banyak kejadian tak tertulis ataupun percakapan yang terbilang aneh untuk ditulis namun ingatanku terbatas sehingga setelah makan itu, ya maksudnya makan-makan itu, aku tertidur karena ingin.

Eh ternyata mobil Andi telah bersih, namun aku tak tahu ukuran kebersihannya seperti apa, Karena mungkin Andi punya ukuran tersendiri seperti para pemilik mobil lainnya. Dan kau tahu dalam perjalanan pulang, cuaca kadang terasa dingin dan kadang terasa panas, dan kaupun harus tahu jika jalan yang kami tempuh itu sangat berkesan untuk dilalui, apalagi ketika beberapa kali mobil harus berhenti karena aku ingin muntah. Tragis namun pengalaman itu sangat indah.

*diketik malam-malam dan diedit juga malam-malam, tentunya dengan senang hati

Ketika malam di Juli ini

Oh, jikalau kau tahu Juni ini banyak sekali kegiatanku yang bermanfaat hingga tak bermanfaat, namun sekarang itu bulan Juli, sehingga Juli ini aku ingin bercerita, sekedar penawar sakit lupa.


Tahukah kamu siapa ini yang menulis, ya ini aku, hanya aku sendiri, bukan mereka tentunya. Biasanya temanku memanggilku ‘God’, seperti panggilan atas tuhan dalam bahasa Inggris, mungkin mereka menyembahku. Tapi aku husnudon aja mereka kan orang Indonesia, ya sebagai warga lokal mereka kurang tahu bahasa. Aku maklum.

Tahukah kau, bulan Juni itu aku putuskan untuk tak memaksakan kehendakku untuk magang menjadi pacar dari bidadari asal Cianjur, ya mungkin aku ini telah bosan ataupun ungkapan rasa menyerahku. Tapi tak apalah kenangan itu akan aku tulis saja. Biar menjadi kenangan yang akan aku kenang untuk masa depan, itupun jika umurku masih ada.

Malam itu, tanggal berapa ya? Aku lupa lagi namun aku masih ingat bulan telah melewati purnama, aku mengajak temanku untuk sekedar makan surabi di Setiabudhi, sebuah rencana yang telah aku rancang jauh hari, akhirnya bisa aku laksanakan juga. Namun malam itu hanya seperti malam biasanya. Aku masih saja gugup walaupun hanya untuk mengobrol dengannya, nya siapa? dan tak kah apalah juga. Cuma tulisan, perlulah aku sebutkan Nenden namanya. Kukira kau akan tahu dengan membaca.

Oh, aku telah khilaf untuk menulis namanya itu, ketika ia baca ia pasti tak akan suka dengan hal tersebut. Kau tahu kenapa ia begitu, jikalau kau tahu ia sendiri yang berbicara itu padaku.

Untuk beberapa kalinya aku hanya tersenyum, melihat tingkahnya, ia seperti tisyu yang putih, dan tak rusak oleh kepalan tangan kotor dan tak berubah warnanya, ah kenapa jadi begini model tulisnnya kau tak akan pernah tahu aku menulis kebenaran atau kebohongan. Tebak saja.

Ia hanya mengobrol seperlunya, kau tahu hal itulah yang paling aku sukai darinya, ia tak pernah berubah dari dulu aku mulai mengenalnya, jikalau kau tahu sampai kapan aku berada di Setiabudhi itu sampai jam dua belas malam mungkin kau akan marah karena membawa anak gadis orang untuk hanya sekedar menjadi teman makan nasi goreng seafood, dan segelas Nutrisari panas tentunya.

Dalam perbincangannya, aku mulai menanyakan tentangnya padaku, jadi curhat, tapi kau juga kan tak tahu ini benar atau bohong adanya, dan ku yakin kau tak akan percaya.

“Gimana udah menerima pendaftaran belum?” ujarku
“Daftar apaan ?” jawabnya

Memang telah lama aku tanyakan tentang kapan ia membuka pendaftaran untuk menjadi pacarnya, namun.

“duka,” jawabnya singkat

Dan kau tahu, aku hanya tak habis pikir mengapa ia bingung seperti itu, namun ketika ada cermin di ruangan itu aku mulai mengerti. Aku seperti labirin.

Hingga akhir jam kami berada di Setiabudhi, ternyata dalam perjalan ketika aku tanyakan ulang masih memberikan jawaban yang sama.

Dan akhirya aku pulang ke SUAKA, dan mungkin dengan perasaan sedikit lega. Namun malam ini jika kau tahu, aku mengurangi minatku untuk magang menjadi pacarnya, dengan beragam alasan, jika hanya alasan mulut bisa berkilah namun tulisan tak pernah bisa berkilah.

Aku telah mulai lupa dengan tanggalnya, namun jika kau tahu siang hari itu aku mengajaknya sekedar untuk berjalan-jalan, ya hanya sekedar untuk mencari jawaban selain, “duka,” dan aku harapkan itu adalah jawaban lain, namun masih saja sama.

Yang kau tahu siang itu setelah aku mengantarnya pulang aku menonton The Trees And The Wild dan Rosemary, oh itu sungguh menarik jika tak ada gangster yang merusak acara.

Namun perasaan itu masih terngiang hingga malam belum menutup mataku untuk tidur, dan kau tahu SMS terakhirku padanya adalah menunggu jawabannya sampai hari Ahad aja, berarti hari itu adalah hari Rabu, dan jikalau kau percaya hingga hari itu jawaban masih belum berubah. Bahkan setelah hari Selasa berlanjut menuju rabu ketika sepatuku menginjak kendaraan asal Garut. Di sana, ya maksudnya di ELF itu, aku berfikir itu adalah sebuah penolakan. Dan aku berterima kasih untuk hal itu.

*ditulis dengan senang hati

Jalan-jalan ke Sumedang


Tahukah kamu aku sedang berada dimana? Aku berada di kamar kost temanku Iqbal dan aku ini Godi Rangga Budi Anshary, seorang mahasiswa asal Banjaran dengan konsentrasi jurusan D3 MKS, sebuah jurusan yang membuatku mengenal banyak orang yang akan aku kenang selalu untuk hidupku yang singkat ini.

Horee! Semester yang menjemukkan ini akhirnya usai sudah, tapi apakah kata selanjutnya setelah kata horee, yang aku kenal itu pasti liburan, sering kali aku tanyakan liburan mau kemana? Tapi tak dihiraukan jua, namun aneh sekali ketika semester ini akan usai mendadak, bukan mendadak dangdut tentunya, bukan aku yang menanyakan liburan kemana tapi aku diajak liburan. Horee masih terus berklanjut.

“God jadina ka imah c heppy, nginep brangkatna poe rebo jam opat ngumpul di poliklinik,” ujar Iqbal temanku, tapi kalo ga salah teksnya bukan seperti itu dalam SMS-nya, ataupun percakapan pendek dalam telepon, tapi yang penting mungkin bisa dimengerti maksudnya. Aku akan berlibur ke Sumedang.

Setelah aku membayar, dengan uang tentunya, dan kepada Iqbal tentunya juga, dan apa ya aku lupa lagi yang pasti itu aku bayar hari Selasa. Tapi perlukah aku perjelas aku telah membayar. Saya kira tak perlu, tapi aku telah mengetiknya. Jadi tak apalah.

Hari Rabu pun datang, sebenarnya aku telah berangkat ke kota Bandung sejak jam 10an, tapi aku harus pulang lagi ke rumah, dan badan ini terasa sangat cape dan hampir saja aku ingin tak jadi ikut namun melihat kondisi motorku yang pegas belakang atau yang dikenal dengan sokbrek atau apalah itu aku menulisnya jika salah mohon dimaklumi, aku makin bersemangat untuk tidak ikut. Tapi setelah aku pikir dua kali dan beberapa kali setelahnya aku pun memutuskan untuk berangkat walaupun aku sangat lelah. Dan ternyata terbayar juga.

Temanku Ihsan Saepul Millah yang dikenal dengan nama Sally, menyampaikan SMS yang kalo ga salah kata-katanya “Cepetan,” pokoknya mah gitu we lah karena teks aslinya telah aku hapus untuk itu maaf jika salah teksnya. “Otw d riung bdg,” jawabku dan tentunya via SMS juga.

Sesampainya di halaman poliklinik aku terperangah karena teman-teman ternyata belum semuanya ada, aku pikir mereka telah meninggalkanku ternyata mereka belum datang, lega juga akhirnya aku segera melaju ke SUAKA tentunya untuk mengecas HP ku yang sedang mengalami kekurangan daya listrik. Tak berapa lama aku berangkat juga menuju poliklinik, “God boncengan sama Lina ya,” ujarku temanku Lina dan kau tahu apakah yang akan aku katakan selanjutnya kepadanya, “Maaf Lin sokbreknya pecah euy, maaf aku mah jalannya sendirian aja, ga apa-apa?” ujarku berkilah. Tapi memang begitulah kedaannya aku bukan bermaksud untuk pelit sih walaupun aku merasa berat. Bukan berat badan tentunya.

“God kadieu, kieu mobil teh pinuh teuing, jadi maneh mawa hiji, si Nden jeung maneh,” ujar temanku Iqbal, dan kulihat mobil penuh juga, dengan senang hati akhirnya aku mengendarai motorku bersama seorang warga Cianjur, tepatnya Ciranjang. Nama yang aneh bukan? Ranjang kok pake Ci.

Tahukah kamu apa yang Lina katain kepadaku, “Ih Godi mah sama Lina mah ga mau, tapi sama Nenden kok bisa,” ujarnya menggerutu, dan aku hanya bisa tersenyum puas melihat temanku yang lucu mulai marah-marah.

Jikalau kau jadi aku mungkin akan mengungkapkan banyak hal bersama seorang bidadari asal Cianjur itu, namun berbeda denganku aku tak bisa berkata banyak dengannya karena aku selalu gugup berbicara dengannya, “Launan jalanna,” ujarnya, oh akhirnya ia berkata juga kepadaku, “Ceuk ce nur,” ujarnya lagi, ah ternyata itu bukan kata-kata petuah yang tulus darinya.

Aduh aku jadi curhat tapi ya begitulah mungkin,wong ini tulisan saya jadi kalo mau baca, baca aja jangan protes.

Sepanjang jalan Cinunuk telah berlalu, ternyata perutku mulai menagih jatahnya sebagai perut untuk diiisi, “Eureun heula nya dek nambut jaket,” ujar Nenden kepadaku namun karena perut ini yang lapar dan kendaraan yang sedang melaju kencang, “Ke we nya sakalian jajan lapar,” ujarku dan apakah reaksinya ia malah menggerutu.

Setelah jaket hijau muda punya Ovi itu menempel di tubuhnya. Motor itu, ya motor saya maksudnya mulai berjalan lagi melaju maksudnya klo berjalan kan pake kaki. Lanjut, dan tahukan kamu jalannya menuju Sumedang ternyata macet dan itu sungguh tak enak untuk dilihat. Hanya bemper mobil besar dan kecil yang aku lihat. Tapi menaiki kuda besi ternyata memberiku jalan yang lebih baik baik dari pada menunggu dan tepatnya di depan plang hijau bertuliskan NUURUS AZMI aku dan Nenden berhentii untuk meminum beberapa tetes, ga ketang Cuma sebotol Tebs dan sebotol lagi air mineral yang sudah dibeli dan dibayar.

Horee akhirnya bisa berlanjut lagi. Pinginnya mah aku teh ngobrol apaan gitu sama Nenden teh pas waktu istirahat tentunya, tapi tetep aja ga bisa aku gugup saja. Untuk gungkapkan perasaan saja sulit apalagi ngomong klo godi teh suka, tapi sulit ngomongnya, atau pake bahasa inggris I care gituh aku teh sulit, tapi ternyata diam adalah pilihan saat itu. Secret admirer.

Ow damn! Tetep aja aku gugup, padahal udah se-jok. Ga bisa aku teh mulai ngobrol nanyain pendapatnya tentangku dan apapun lah itu nanyanya kaya yang PDKT gitu, tapi tetep we gugup. Ah perjalanan yang membosankan.

Eh aku mau mengabsen teman-temanku yang datang dan tak ikut, ada Iqbal, Heni ga ikut, Leni, Nenden, Mila ga kut sama juga kayak Miliya, tapi Ika ikut, Mala juga, siapa lagi yah yang ikut, oh ya Kamaludin Sidik ikut dan Bengkeng juga, sama Lukman juga, sama Hardi juga, sama Ira juga, sama Ida juga, sama Upit, Ovi juga, Agnes gitu maksudnya, dari pada jadi Stress, sok milih mana? Oh iya Imas ga bisa ikut tapi Nita ikut, eh iya ada Neng Pia trus Hawa juga, trus siapa lagi ya, Lina dan Mira sama Nurhasanah juga ikut tapi sayang, Hana ga bisa ikut Natsir juga, Geria juga, Ahmad juga, Uji juga, Fajar juga, tapi Ihsan sama Mir’atu ikut dan yang paling keren yaitu tuan rum,ah Heppy makasih banyak untuk tempatnya dan potongan memori indah untuk kami semua. Untuk mereka yang tak bisa hadir dan yang hadir aku sangat berucap makasih pisan sangat banget sekali banyak untuk sudi menjadi temanku.

Oh iya dalam perjalan juga ada turis domestik yaitu Agnel pacarnya Mala sama pacaranya Mir’atu juga ikut. Tapi mereka sangat membantu dan memberikan memori lebih. Makasih juga.

Lanjut saja dalam perjalan ke Sumedang yang macet itu lho, ternyata banyak sekali mobil yang aku salip, dan aku mengikuti mobil yang Iqbal dan teman-temanku tumpangi diiringi senandung riang teman-teman, serius seperti angkutan para TKW gitu tapi ini TKWnya mahasiswa, hehehe.

Berhenti dulu di depan bank gitu atau apalah itu namany logony mah mirip BRI, tapi aku takut itu menjadi pitnah. Karena dari sedari awal kegiatan moto-menpotret telah banyak dilakukan akhirnya itu berlanjut dan kebanyakan hanya poto-poto, walau malam tetep we. Poto-poto.

Udara malam mulai mendingin eh apa ya kaya yang paling baik untuk mengungkapkan udara dingin yang mulai terasa ketika itu, sepertinya udara malam yang mendingin. Perlahan namun pasti ban yang ada dalam mobil mulai melewati belokan-belokan yang akhirnya sampai juga di rumah Heppy, awalnya aku heran kenapa parkir disana dekat dinding tak langsung masuk garasi, eh ternyata itu bukan rumah yang dimaksud, “Rumah aku mah yang ini,” ujar heppy sambil menunjuk ke atas, ternyata ia mempunyai rumah diatas rumah orang lain.

Sepertinya tak perlu dibahas klo di dalam rumah kegiatan menjadi terpencar ada yang fokus nonton TV walaupun TV nya dirusak Ihsan, ataupun mengobrol. Namun kejadian ganjil terjadi di luar rumah, para lelaki bermain kartu gapleh dengan hukuman yang syariah. Adzan, tahukah kamu siapa yang menjadi korban pertama, saudara Kamaludin Sidik adalah yang beruntung disusul Bengkeng dan Hardi, jikalau kau dengarkan alunan rusak adzan mereka mungkn kau juga akan tertawa karena adzan mereka direkam dalam HPku. Menyenangkan tertawa bersama.

Aduh giliran aku yang menjadi bahan perbincangan, nanyain kesan-kesan boncengan san Nenden lah ini lah, itu lah namun aku tak bisa menjawab, diam saja sudah cukup rasanya.

Sedang selanjutnya bakar ikan, namun di dalam ada yang ngobrol, ditato gambar absurd hingga gambar T.I.T.I.T bahkan ada yang sibuk dengan dirinya sendiri, ya main HP gitu maksudnya. Namun ketika makan, ajaib semua orang hadir, dengan makana yang enak tentunya dan peserta terakhir yang makan adalah Ovi namun kerena Ira sama Mira mereka malah asik bermain batu Ceragem. Dan akhirnya dua ikan lain ikut digoreng dan dimakan oleh mereka.


Oh malam yang sangat panjang karena aku cuma diam dan banyak godaan untuk nenden, namun aku tidur karena lelah dan makan ketika waktunya tiba. Oh malam yang sangat panjang karena jam 2an aku baru mau tidur itu juga tidurnya di mobil, dan terjadilah beberapa percakapanyang tak jelas karena mengantuk sangat. Pagi buta kira-kira jam setengah enam ada seorang pemuda yang mengetuk kaca mobil dan Iqbal bangun dan aku setelahnya aku bangun juga setelah shalat, dan beberapa rutinitas yang biasa di waktu pagi lainnya dilakukan olehku dan teman-temanku lainnya semua siap untuk menuju tempat yang namanya curug. Dengan sebelumnya ada video opera sabun dari Hardi di WC. Wkwkw.

Eh iya wilayah yang aku kunjungi itu namanya Kebon Seureuh, mungkin dulunya ada kebon seureuhnya gitu atau apalah itu ceritanya, dan itu terlertak di Sumedang Selatan, sedangkan curug yang akan kami kunjungi itu namanya curug Gorobog, nama yang aneh bukan, semoga saja itu bukan cerita aneh juga yang melatar belakangi kenapa nama itu itu ada. Sebelum kami menuju tempat itu kami maka-makan dan poto-poto di tempat yang namanya Cibingbin, nama yang aneh juga ya? Tapi perlu diketahui moment itu tak akan pernah kami bisa lupakan untuk sejarah kami. Semoga kenangan indah tetap ada.

Setelah cukup dengan makan-makan dan poto-poto akhirnya tujuan awal yaitu curug itu kami jambangi juga, namun sayang ternyata ditutup dan yang paling bersejarah ialah ban motor Kamal itu bocor dan yang memakai Hardi dengan secara bersejarah bannya itu dicopot dan diperbaiki di tukang tambal.

Aduh itu adalah kenangan yang lumayan indah soalnya bisa poto-poto dan mengabiskan waktu dengan secara sewenang-wenang bersama kawan-kawan.

Eh Hardi datang juga dan memperbaiki motor Kamal secara berjamaah hingga baik lagi, bisa dipakai gitu maksudnya, dan ternyata sebuah kejadian adalah suatu sejarah yang akan dikenang dengan banyaknya saksi sejarah membuat kami tahu bahwa teman itu adalah teman itu adanya.

Setelah berembuk akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang dan beristirahat sejenak untuk pulang sebelum meninggalkan kota Tahu itu. Sebenarnya jerih payah telah terbayar dengan udara yang nyaman untuk dihirup pemandangan karpet hijau padi muda yang jarang dilihat di kota Bandung dan air yang dingin dan nyaman menyentuh kulit sudah cukup memuaskan.

Eh tahu ga? Pulangnya Nenden itu tak bersamaku, ya tak apalah. Toh kenangan ini telah menjadi sejarah. Dan indah rasanya bisa mengenal Lina, Leni, Mira, Miratu, Ira, Ika, Ovi, Upit, Bengkeng, Kamal, Lukman, Iqbal, Hardi, Ida, Nurhasanah, Hawa, Nita, Neng Pia, Heppy, Mala, dan Nenden tentunya. Makasih banyak untuk waktunya saling berbagi waktu di hari rabu sore hingga kamis yang indah.

Semoga tali silaturahmi ini masih erat terjalin di hari esok. Amin.

*Diketik di hari Kamis malam dan diedit hari Jum’at dengan senang hati.