Minggu, 20 Januari 2013

Buat Nita

Sabtu ini bukan sabtu yang biasa bagi Nita, seorang dara asal Majalengka, ia akan dinikahi oleh pacarnya sedari kuliah mula.

Dan saya kenal Nita dari kelas, ia sangat pintar untuk ukuran mahasiswi di kelasnya, sangat mencari aman, dan tidak terlalu suka dengan resiko dan berbeda dengan saya yang kadang kala sangat penasaran dengan resiko yang kadang kala membuat saya lebih terpacu meskipun itu kadang jadi omong kosong untuk mereka, dan pengalaman yang berate untuk saya.

Awal saya kenal dengan Nita itu karena ternyata di kelas kami itu ada yang pahamnya Persis sama seperti saya, walaupun pada akhirnya saya sedikit menyimpang dari pemikiran mereka. Adalah Iqbal, Nita, Lina dan Hana mereka mempunyai dasar pendidikan yang tak jauh dari saya, dengan kurikulum yang hampir sama pula.

Tak banyak cerita di kelas yang saya bisa ingat dan tulis untuk Nita, yang saya tahu nama lengkapnya Nita Setiyani, dan ia adalah orang yang sering buat Iva pacarnya Iqbal sangat cemburu ketika kami mengobrol dan ada Nita diantaranya, mungkin Iqbal sangat suka yang jilbaber gitu, Nita kan kerudungnya lebar-lebar.

Saya ingat, Nita ikut serta ketika acara kumpul-kumpul di rumah Heppy, dan jikalau kau tahu, acara itu sepertinya lebih asyik dikenang dari banyaknya acara yang saya ikuti, kami jadi tahu bagaimana kata teman itu hadir diantara kami, hingga kini pun saya anggap demikian.

Maaf sekali untuk Nita karena saya datang terlambat, ada bisnis yang saya harus bereskan dulu, hingga saya harus bergegas untuk pulangnya juga, saya kira teman-teman ingin datang juga, namun mereka berhalangan dengan kesibukannya, banyak pesan yang saya terima dan harapan kami sama, semoga yang terbaik hadir untukmu.

Jika saja banyak yang ingin kamu jadi istri yang shalehah untuk suaminya, saya yakin, saya dan teman-teman harapkan yang lebih dari mereka.

Jika saja banyak yang inginkan kamu dapatkan hal yang terbaik untuk hidupmu, saya yakin, saya dan teman-teman inginkan yang paling terbaik untukmu.

Jika banyak yang menyadari hidup sendiri itu tidak membuat genap sebuah hitungan, saya harap mereka benar, karena kamu telah menggenapi hitungan panjang untukmu dan Rifa suamimu, dan mungkin hitungan itu akan tambah biner dengan datangnya jumlah lain dari perjalanan hidupmu kelak.

Entah mengapa, saya selalu anggap sakral sebuah pernikahan, sebuah kata yang kerap membuat seorang lelaki sebagaimana kuatpun tetap akan membuatnya gemetar untuk sebuah kata yang akan selalu diingatnya, dan entah mengapa ada hal lain dari yang saya anggap itu sangat berbeda dengan acara seremonial lainnya.

Bukan ritus social, bukan sebuah penghambaan mutlak untuk sebuah kebiasaan, bukan hanya penjalin silaturahmi dua insan, namun lebih dari itu, dua keluarga, bahkan variable lebih biner dari itu bisa dijumlahkan dengan hitungan yang tak bisa diukur dengan konstanta manusia manapun.

Hari minggu pagi ini saya tulis catatan yang mungkin tak berarti, tapi inilah kado lain yang saya bisa tuliskan untuk teman saya Nita Setiyani.



*diketik dengan teman The Tress And The Wild dan senang hati

Setahu, Catatn untuk hari ini saja

rasanya setahun cukup untuk tahunya betapa indahnya kasih sayang
seperti tak sengajanya matahari menghangatkan bumi,
hingga air lautpun menguap
seperti tak sengajanya rasa penasaran yang kadang kala datang
dan anehnya hampir tiap hari

rasanya setahun yang lalu itu baru kemarin saja,
seperti baru saja saya isi bensin dan memulai mengendari motor di pagi hari
hingga akhirnya saya pulang dan berhenti
seperti hanya sekedar ingin tahu saja rasa pedas
dan entah mengapa itu selalu berulang

rasanya setahun itu terlalu cepat untuk tahu bagaimana kata biasa dimaknai semua orang
seperti mereka katakan kami itu teman
hingga kadang saya tak bisa bedakan apakah itu terkasih atau bukan
sepertinya baru saja kurasakan masa depan
dan entah mengapa selalu tetap saja berada di hari ini

rasanya setahun itu sudah cukup untuk segera menyerah
menutup percakapan dengan semoga harimu indah saja
saya harus habiskan bensin yang saya isi tadi pagi


*diketik dengan senang hati

Papandayan, Catatan Si Doy

Minggu, seperti biasa orang-orang mengartikannya sebagai hari, bahkan sebagai haripun ia dianggap menjadi jumlah dari 7 hari yang membangun empat jumlah lainnya dalam bulan, ya hari ini hari minggu, sebiasa orang mengartikannya sebagai hari minggu di akhir bulan Desember, dan itu adalah hari minggu terakhir dalam tahun ini, masehi tentunya.

Adalah saya yang akan menaiki gunung Papandayan bersama teman-teman yang saya kenal sebelumnya dan tentunya bersama kawan baru yang saya akan kenal setelahnya.

Pagi ini saya buat tas kuning dengan warna hitam dan abu sebagai padaannya, entah kenapa saya sangat suka abu dan hitam, atau mungkin juga karena adanya bahan-bahan untuk tas ya seperti tersebut tadi. Dan akhirnya tas telah siap.

Tas itu rencananya akan diujicobakan oleh Dian teman saya, tepatnya Dian Mardiana jika menilik nama di phonebook saya.

Sore itu telah saya sampaikan pesanan Azis Muttaqien, seorang teman dari jaringan pers yang saya kenal dulu, ia membuat sebuah tas sebagai ciri sebuah tempat, MKAA itulah sejenis museum yang sering orang pakai untuk mengawetkan sejarahnya dengan lebih elegan.

Dari Pungkur saya melaju ke parakan saat, dimana saya akan memulai perjalan bersama.

Di depan jalan terlihat banyak orang membawa tas yang besar-besar, sepertinya mereka adalah calon teman saya nanti mendaki.

Adalah, Widia seorang mahasiswi ilmu hukum, Prem atau Annisa yang seorang mahasiswa tingkat atas sekali dari Widyatama, Fiersa seorang yang mengambil sastra untuk mengisi hidupnya,  temannya Teh Uci yang dari Bogor, Zul seorang akuntan dari Widyatama dan teman wanitanya, Nadia gitu klo tak salah hafal, jikapun salah saya ingat ia itu empunya beasiswa di Widyatama, Dian dan Wildan pun sudah ada di depan rumahnya.

Dan kami menunggu untuk beberapa saat dua teman kami belum datang, Azie dengan Aldy yang kerap disayangi dengan Adoy.

Kami naik angkot hijau dengan jurusan Cibiru, sepertinya kurang pas untuk identitas, karena penamaan dengan warna kendaraan bersilang lain dari nama jurusannya, tapi itu adalah lumrah, karena tak mungkin jurusan Cimahi itu pengisinya mempunyai ukuran baju m semua, Mahi lah.

Di simpang bundaran kami menunggu Faisal, seorang adventurer dengan hobi yang berbeda dari kaum muda lainnya memelihara burung, maksudnya burung hidup dalam sangkar bukan burung yang selalu dikoarkan dalam On Clinic ataupun toko obat kuat disampng jalanan di Bandung raya, mungkin Faisal sudah punya jika itu mah.

Adapun hal lainnya dari faisal, saya jadi tahu, eh maksudnya mengetahui, jika trangia itu hanya barang biasa aja, dan bukan sesembahan ketika mendaki, dengan anggapan keren jika punya trangia dan bisa bmendaki gunung, ternyata alat buatan faisal lebih keren jika dibandingkan trangia, meskipun kereknya itu Luis Vuitton, keren kan?

ia mengadu soalnnya hobinya dalam memelihara burung terkesan suram, ya memang begitu sih kesannya, tapi saya yakin ia itu orang keren yang sengaja UPI pilih untuk jadi mahasiswanya.

Kami nego dengan supir sudah lumayan lama, dan begitupun hasilnya lama rupanya, dan ketika Husni menelepon kami, kami sedang nego harga untuk perjalanan kami menuju area pesantren Rancabango.

Guntur akhirnya kami jambangi juga, mas Andi dari Jakarta akan ikut kami mendaki gunung Papandayan esok harinya, rupanya waktunya pas. Ia turun dari bus dan ikut elf kami menuju Rancabango.

Rumah Husni menjadi tempat singgah yang membuat kami bersyukur mempunyai teman, teman yang dengan relanya membantu, terima kasih yang sangat besar untuk Husni Muttaqien saya tuliskan, dan mungkin teman-teman lainnya pun demikian.

Husni tengah sakit gigi rupanya, moodnya untuk mengobrol sepertinya tak baik malam itu, dan kami mengobrol dengan ramai saja, hingga tak tahu jika malam akan segera berganti waktu, namun kenapa Widia mandi malam-malam, sepertinya perubahan suhu kotanya membuatnya gerah dengan sangat cepat.

Pagi harinya kami telah sarapan, dan telah siap untuk mendaki, gunung Guntur terlihat indah namun papandayan berkabut, saya dan husni pergi mencarter angkot pagi ini, teman-teman telah siap untuk harinya.

Ternyata angkot telah dibayar oleh Uni dan kami harus berterimakasih untuk bantuannya lagi, dan kami jelang Papandayan.

Hingga cisurupan kami naik mobil colt bunting, dengan duduk saja, semua orang sepertinya menikmati perjalanan ini, hari ini tampaknya cerah, namun itu berbeda dengan 30 menit setelahnya, kabut mulai turun, hujan rintik mulai temani kami dalam jalan berpasir dan batuan yang khas dengan bau belerang.

Sepertinya jika memilih antara naik gunung ketika musim hujan dan musim panas, saya akan memilih musim panas saja, karena dingin lebih menguras tenaga dibandingkan panas hari karena haus.

Di Lawang Angin pun demikian, celana sudah basah, negitupun kaos yang saya pakai, poncopun telah tembus air, dan kantuk karena lelah mulai datang dan sore akan segera kami jelang.

Di Pondok Saladah, kami bisa lihat yang mereka katakana Dead Forest, atau mungkin karena banyaknya tanaman yang mati di sana, dari saya berdiri terlihat banyak eidelweis yang tengah menguncup, jika hari panas mungkin akan segera mekar lagi.

Beberapa yang saya catat sebagai kesalah jika mendaki, sebaiknya membawa bahan yang tahan air dengan sangat banyak karena air itu sangat baik, hingga nanti akan menyerap dengan baik pula.

Buatlah tenda dengan baik, karena sayapun merasakan demikian, mungkin tenda yang saya buat itu kurang efektif sehingga tak ccocok untuk saya buat, sepertinya penasaran saya sudah cukup untuk tenda, saya sebaiknya buat jaket saja.

Jangan jorok seperti menyimpan celana dalam sembarangan dalam tenda yang banyak orangnya, mungkin untuk itu Aldy sangat memberikan pengalaman yang berharga. Catatan ci doy bukan?

Jangan lupa dan panic, sepertinya itu juga yang membuat tas dan semua isinya basah karena panik dan lupa oleh hujan besar yang mendadak menyambangi kami, atau ketika minuman rasa spirtus hinggap di bibir dan menyembur lagi, catatan si Doy lagi kah?

Dan dingin itu perlu dinikmati, seperti dinginnya air yang kami rasakan untuk malam yang membuat kami lebih dekat. Seperti hurup T dalam kata teman.

#diketik sembari senggang

bermain ke garut, lagi


sengaja saya tulis judulnya demikian, soalnya begitulah adanya dan saya sekarang tumben ada di cibiru, barusan saya sms orang sini, namun belum ada blasannya, entah masih tidur atau entah tenggan saja, dan begitulah adanya

hari ini teman say akan dinikhi oleh teman saya lainnya, dan entah saya kapan akan menikahi teman saya, dan teman saya yang akan menikah itu namanya imas jamaliah, dulu saya sekelas dengan, ia yang lulus dan saya yang tidak, tragis memang, tapi tidak bagi saya karena ternyata saya mendapat lebih banyak hikmah sepertinya, tak apalah, jua, nanti saya akan kuliah lagi.

Dan saya sedang menunggu teman saya, dinda namanya, entahlah mengapa wanita suka lama jika bersiap-siap, eh emang ia wanita gitu? ya ialah ia kan pake kerudung , lelaki mana yang sanggup pake kerudung? dan saya bisa pastikan dinda juga seorang wanita, karena dulu saya sangat suka padanya, dan kami punya rencana akan melihat imas dinikahi oleh temannya, yang sebentar lagi akan menemaninya selama ia menjadi istrinya.

imas itu teman saya yang punya banyak sekali talenta, buktinya selain ia siswa dari smea ternyata ia bisa akuntansi, dan ia masuk jurusan manajemen keuangan syariah, dan lebih mencengangkan lagi ia tidak langsung bekerja di bank atau lembaga keuangan lainnya, ia memilih untuk kerja di apotek dengan beragam obat dan sebagainya, dan sekarang ia akan menikah.

imas itu dulu aktif di teater, dan saya dulu pernah diantarnya ke basecampnya dan ternyata keren sekali, jauh sekali dari teater saya yang saya tahu, eh saya ketahui, klo saya tahu pastilah saya terbuat dari kedelai, saya kan hasil bersenang-senang kedua orang tua saya.

dan imas sepertinya akan seperti orang tua saya, bersama a dodoy ia akan bersenang-senang, ya sebagai keluarga yang keren tentunya, soalnya entah mengapa teman yang saya semua atau yang menjadi teman saya itu pasti jadi orang keren, ya minimal dalam pandangan saya.

dan ternyata tulisan ini harus dipending dulu karena saya sudah dapat panggilan dari dinda, "hayu," ujarnya.

*dengan editan tulisan ini saya hentikan, dan semoga hari ini lancar sentosa.