Baru saja sampai di rumah ini, rumah yang kecil mungkin bagi
mereka yang mempunyai rumah lebih besar dari rumah ini, rumah yang mungkin
lebih besar jika dibanding-bandingkan dengan yang lebih kecil. Seperti itukah
mungkin perbandingan.
Rasio, atau perbandingan merupakan alat ukur untuk menilai
bahkan menghargai sesuatu, biasanya dalam perbandingan itu kadar konstantanya berbeda,
namun bukan untuk menentukan sebuah jumlah yang berbeda semisal A=A atau mungkin
jika penilaiannya A=2B sehingga didapat nilai yang sama.
Dulu ketika belajar menjadi mahasiswa kerap kali saya dengar
kata rasio, sebagian teman menganggapnya sebagai pikirannya, atau mungkin lebih
pastinya penjumlahan saja, hanya untuk mencari sama dengan (=), sehingga kadang
kala bilangan yang digunakan itu sifatnya tunggal.
Dalam jenis bilangan ada kategori biner, sehingga bukan
angka pasti yang didapat, semuanya tidak terlalu jelas, mungkin jika menyambung-nyambungkan
atau mungkin hanya sekedar tafsir saja, efek penggunaan bilangan biner dalam
matematika turut mempengaruhi penggunaan teori invisible hand atau tangan tuhan
dalam teori ekonomi david ricardo, bahkan mungkin beberapa paham yang mengacu
pada nihilisme hingga absurditas mungkin juga efek dari penggunaan bilangan
biner dalam akumulasi ilmu yang digunakan dalam konsep berpikirnya.
Ada beberapa kata yang mungkin dalam bahasa Indonesia sering
kali menjadi pertanyaan yang tak terjawab, kata misteri dan masa depan.
Saya sendiri sangat takut untuk dua kata tersebut, takut
jika misterinya tak akan terungkap karena umur tak sampai. Begitu juga masa
depan, seolah semunya terkesan hanya canda gurau saja.
Dulu sering kali saya anggap hidup itu semuanya sudah diatur
bahkan sudah dipastikan masuk neraka atau masuk surga, sehingga yakin sekali
dengan Qada dan Qadar seseorang hingga pemahaman itu sedikit berkurang karena
kata ikhtiar yang sering kali saya dengar untuk beragam maslah yang mungkin
sepele, bahkan mungkin dianggap besar.
Sehingga saya sering kali berpikir semuanya itu hanya anggapan
saja, da itu saya pastikan biner, seperti halnya teori kemungkinan, atau
mungkin memberikan kemungkinan untuk menerima anti thesis, hingga menolak
thesis yang telah diterima masyarakat.
Dan kadang kala saya berpikir bahwa semunya itu hanya
kumpulan variabel-variabel yang terjumlah saja, namun pemahaman manusia
menamakannya biner karena tidak tahu konstanta yang jelas seperti apa. Singkatnya
saja semua hal baik secara jelas dapat diterima oleh naluriah manusia, namun
untuk sangsi bagi hal buruk itu berbeda tergantung konstanta masyarakat yang
dikandungnya.
Sepertinya kata selera menjadi jawaban dari semua hal-hal
yang dianggap berbeda penilaiannya oleh sebuah masyarakat.
Bukannya menolak persamaan dari sosialisme namun ada hal
personal yang tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Selera seseorang adalah
miliknya sendiri, meskipun itu adalah hasil akumulasi dari selera-selera yang
dibangun lingkungannya.
Tapi bagaimana dengan selera tuhan, apakah itu dibangun oleh
makhluknya, atau hanya anggapan makhluknya saja mungkin seperti jumlahnya saja
biner. Surga dan neraka.