Sabtu, 06 Oktober 2012

Rasio Biner


Baru saja sampai di rumah ini, rumah yang kecil mungkin bagi mereka yang mempunyai rumah lebih besar dari rumah ini, rumah yang mungkin lebih besar jika dibanding-bandingkan dengan yang lebih kecil. Seperti itukah mungkin perbandingan.

Rasio, atau perbandingan merupakan alat ukur untuk menilai bahkan menghargai sesuatu, biasanya dalam perbandingan itu kadar konstantanya berbeda, namun bukan untuk menentukan sebuah jumlah yang berbeda semisal A=A atau mungkin jika penilaiannya A=2B sehingga didapat nilai yang sama.

Dulu ketika belajar menjadi mahasiswa kerap kali saya dengar kata rasio, sebagian teman menganggapnya sebagai pikirannya, atau mungkin lebih pastinya penjumlahan saja, hanya untuk mencari sama dengan (=), sehingga kadang kala bilangan yang digunakan itu sifatnya tunggal.

Dalam jenis bilangan ada kategori biner, sehingga bukan angka pasti yang didapat, semuanya tidak terlalu jelas, mungkin jika menyambung-nyambungkan atau mungkin hanya sekedar tafsir saja, efek penggunaan bilangan biner dalam matematika turut mempengaruhi penggunaan teori invisible hand atau tangan tuhan dalam teori ekonomi david ricardo, bahkan mungkin beberapa paham yang mengacu pada nihilisme hingga absurditas mungkin juga efek dari penggunaan bilangan biner dalam akumulasi ilmu yang digunakan dalam konsep berpikirnya.

Ada beberapa kata yang mungkin dalam bahasa Indonesia sering kali menjadi pertanyaan yang tak terjawab, kata misteri dan masa depan.

Saya sendiri sangat takut untuk dua kata tersebut, takut jika misterinya tak akan terungkap karena umur tak sampai. Begitu juga masa depan, seolah semunya terkesan hanya canda gurau saja.

Dulu sering kali saya anggap hidup itu semuanya sudah diatur bahkan sudah dipastikan masuk neraka atau masuk surga, sehingga yakin sekali dengan Qada dan Qadar seseorang hingga pemahaman itu sedikit berkurang karena kata ikhtiar yang sering kali saya dengar untuk beragam maslah yang mungkin sepele, bahkan mungkin dianggap besar.

Sehingga saya sering kali berpikir semuanya itu hanya anggapan saja, da itu saya pastikan biner, seperti halnya teori kemungkinan, atau mungkin memberikan kemungkinan untuk menerima anti thesis, hingga menolak thesis yang telah diterima masyarakat.

Dan kadang kala saya berpikir bahwa semunya itu hanya kumpulan variabel-variabel yang terjumlah saja, namun pemahaman manusia menamakannya biner karena tidak tahu konstanta yang jelas seperti apa. Singkatnya saja semua hal baik secara jelas dapat diterima oleh naluriah manusia, namun untuk sangsi bagi hal buruk itu berbeda tergantung konstanta masyarakat yang dikandungnya.

Sepertinya kata selera menjadi jawaban dari semua hal-hal yang dianggap berbeda penilaiannya oleh sebuah masyarakat.

Bukannya menolak persamaan dari sosialisme namun ada hal personal yang tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Selera seseorang adalah miliknya sendiri, meskipun itu adalah hasil akumulasi dari selera-selera yang dibangun lingkungannya.

Tapi bagaimana dengan selera tuhan, apakah itu dibangun oleh makhluknya, atau hanya anggapan makhluknya saja mungkin seperti jumlahnya saja biner. Surga dan neraka.


*diketik sembari senggang