Sabtu, 05 Juni 2010

Tersesat teman di Syariah

Oleh Godi Rangga Budi Anshary

Ramadhani terlihat sedih, merasa sangat kecewa, karena dikhianati oleh temannya sendiri, selama kuliah ia merasa mereka adalah teman baik sedangkan mereka menganggap Ramadhani sebagai target dari bai’at dengan iming-iming derajat pahala dan jihad di jalan Allah.

Awal cerita di semester 1 Ramadhani mulai berkenalan dengan Tulip, Melati, Mawar dan Irma red—mereka seniornya di Hima, sedari awal Ramadhani telah akrab dengan Cahaya, mereka mulai berteman baik,

Ke 6 teman ini sering kumpul dan menghabiskan waktu bersama hal itu dikarenakan mereka mempunyai minat yang sama di bidang ekonomi syari’ah, pada awalnya Ramadhani dan Cahaya merasa nyaman berteman dengan mereka, namun dengan seiring waktu ada mengganjal di hati Ramadhani, ia mulai merasa aneh dengan perilaku ke 4 teman barunya. Mereka mulai sering ditraktir oleh Tulip, walau merasa sungkan mereka anggap itu kebaikan sebagai teman, sering menginap di rumah Tulip, dan berdiskusi tentang agama, namun ada yang mengganjal pada diskusi mereka yang selalu mengobrolkan tentang cinta kepada Allah, kepemimpinan , jihad dan dua ayat saja yaitu Al Maidah 54 dan Al Imran 31 walau Ramadhani dan Cahaya mencoba untuk mendiskusikan hal lain tapi ke empat teman barunya itu tetap saja mengalihkan kepada hal kepemimpinan “Pokoknya Allah, Rasul dan Pemimpin dan hal lainnya mah nomor berapa gitu,” ujar Mawar menegaskan. Perasaan itu semakin mengganjal ketika mulai seringnya berdiskusi dengan orang tua Tulip yang mereka kenal dengan bapak Agum, mereka mulai berdiskusi dengan sang bapak hingga mereka mengenalnya sebagai pemimpin di kelompoknya.

Anggapan yang sangat berbeda juga mulai dikenalkan kepada Mawar dan Irma, yaitu menganggap selain kaumnya itu adalah kafir, dan semua pembiayaan yang sifatnya Zakat, infak semuanya harus melalui Tulip bahkan jika tidak punya uang pun ia menyerahkan pakaiannya kepada Tulip sebagai ganti dari uang Infak.

Seorang ustad memberi kabar kepada keluarga Mawar perihal pergaulannya dengan teman barunya di UIN bahwa ia telah masuk ke ajaran sesat, dan seketika itu juga Mawar dipanggil pulang ke rumahnya di Tasikmalaya, ia sempat kaget dan memberi kabar kepada Melati bahwa ia telah diketahui oleh keluarganya “Melati kumaha abi tos kapendak ngiringan” ujarnya di SMS namun Melati mencoba untuk menguatkan Mawar bahwa ia masih tetap patuh dan lebih percaya pada pemimpinnya “Abi mah lebih percaya kepada pemimpin” jawabnya di SMS.

Mawar pun menjalani ruqyah oleh seorang ustad di Tasikmalaya. Hampir seminggu ia menjadi tidak sadar, orang tuanya memaparkan ia seperti yang linglung, “Siga nu linglung kitu, mamah nyarios naon abi ngadangu naon,” paparnya dan selang dua hari pada awal diruqyah perutnya keras dan seperti orang yang hamil tua, sering kali ia muntah dan berak darah sehingga beberapa hari wajahnya pucat selain itu ia sangat trauma dengan semua benda yang berhubungan dengan teman-temannya itu bahkan hingga sekarang ia tidak ingin untuk berdiskusi tentang masalah agama.

Ternyata ia bukan orang pertama yang telah diruqyah, Irma memaparkan bahwa ia telah pertama kali diruqyah dan selama 3 hari mengalami hal yang hampir sama dengan Mawar, namun karena ia telah bercerita kepada teman sekelasnya dan berita pun menyebar di antara temannya tersebut dan Tulip dan Melati pun mulai dikucilkan di kelasnya dan mereka pun mulai saling menjauh.

Mawar memaparkan motif dari pertemanan ialah kedok belaka yang sebenarnya hanyalah untuk mendapatkan derajat pahala karena bisa membawa teman barunya kepada kaumnnya, red—istilah bagi yang telah dibaiat. Dengan membawa teman barunya dan membaiat di depan pemimpin menjadi suatu kebanggaan dan perasaan yang luar biasa bagi Mawar namun ketika sadar ia telah menjadi sesat ia pun menyesal dan meminta maaf kepada target-target bai’atnya. Hal lainnya Mawar disuplai sejumlah makanan selama 1 setengah tahun, sehingga ia beranggapan selama kuliah ia telah diguna-guna selama disuplai sejumlah beras dan makanan oleh Tulip yang membuat perutnya menjadi keras selama diruqyah.

Motif lainnya ialah pembuatan keluarga, dan memaksimalkan fungsi keluarga sehingga sehingga untuk kelompoknya disediakan pasangannya oleh pemimpinnya “Sok bade Ridwan atawa Rijal?” papar Mawar ketika ditawari pasangan hidup oleh bapak Agum, dan mengajak kepada kaum mulai dari keluarga misalnya yaitu adik, kakak, dan saudara-saudaranya bahkan adik Tulip yang semester 3 pun mulai berprofesi seperti Tulip di jurusan yang sama.

Motif lainnya ialah melalui organisasi seperti UKM, himpunan intra kampus maupun ekstra kampus dan Senat mahasiswa, bahkan hal itu disengaja untuk dimasuki, sehingga penyusupan tidak diketahui, pernah Mawar mengajak salah seorang anggota senat yang ternyata sangat mengetahui tentang sindikat ini sehingga ketika diskusi dengan bapak red—sebutan bagi pemimpin kekelompok, target tersebut malah berdebat sengit dengan bapak, “Jadi we abi dicarekan, trus ulah ngajak jelema eta deui,” ujarnya.

Cara-cara yang digunakan kelompok ini, terbilang sangat halus, misalnya ketika Mawar dan Irma mulai berkawan dengan Tulip dan Melati dimulai dengan pertemanan yang dijalin oleh pelajaran, awalnya Mawar dan Irma dipuji dan dikagumi oleh Melati dan Tulip, sehingga mereka mulai berteman dengan baik. lain halnya dengan cara Tulip menggaet targetnya kepada setiap lelaki yang ingin kepadanya ia selalu mengajaknya ke rumahnya dan di bai’at oleh bapaknya sebagai pemimpin dari kelompoknya itu. Sedangkan target utamanya ialah kaum adam karena adanya kekuatan lebih yang dipunyai dari pengaruhnya kepada keluarga yaitu sebagai pemimpin.

Sedangkan untuk penguatan secara internal dilakukan pertemuan secara mingguan dengan pemimpinnya dan pertemuan bulanan dengan kaumnya, pertemuan itu dilakukan di sebuah villa di daerah Cileunyi, yang tempatnya hanya mampu dilalui oleh satu mobil, yang menarik setiap kali pertemuan selalu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi sehingga tidak menyiratkan adanya kegiatan di villa tersebut.

Selama ia menjadi bagian dari kaum itu ia tidak diperbolehkan untuk mengetahui siapa pemimpinnya dengan alasan jika sudah kuat akan melaksanakan makar dan mendirikan negara islam, yang ia ketahui ialah bahwa kelompok itu berafiliasi dengan yayasan ZAKARIA yang mengelola hewan Qurban di daerah Soekarno Hatta, sehingga ia menyimpulkan bahwa organisasinya itu ialah NII KW 8, bahkan ketika sadar Mawar memaparkan ia telah merugi sangat banyak “Ah seep nanaon we ayeuna mah,” ujarnya.

Perihal sindikatnya sangat besar hampir di setiap universitas besar ada, mulai dari D3, S1, S2, dan S3 sedangkan di UIN sendiri Mawar memaparkan bahwa yang ia ketahui hanyalah 10 orang termasuk ketiga temannya mayoritas berada di fakultas Syariah dan beberapa di fakultas lain, untuk staf dosen sendiri ia mencurigai salah satu dosen wanita di fakultas Syariah, sejumlah orang itu hanya yang baru ia ketahui sedangkan kemungkinan jumlah yang sangat besar bisa saja terjadi, oleh karena itu ia sangat jarang sekali ke kampus karena takut. []godi

*dibuat untuk majalah SUAKA, tahun garapan 2009, namun tidak jadi terbit dikarenakan beberapa hal, semua nama disamarkan karena narasumber minta namanya disamarkan.

8 komentar:

  1. tau darimana zakaria itu KW 8?

    BalasHapus
  2. Zakaria itu bukan NII KW 8 gan, tp kalo menurut ane sih sama sesatnya kaya Zaitun. SOalnya kalo disebut KW 8 harus merunut kpd data yg sah. Tapi teuteuuuup sesatnya ky Zaitun

    BalasHapus
  3. apa tulisan agan ini dapat agan pertanggung jawabkan?

    BalasHapus
  4. dasar manusia zaman sekarang sukanya aling tuduh sesat, bagaimana islam mau bangkit. bawa-bawa nama instansi lagi, coba dipikir lagi. NII KW, trus NII yg ga KW tuh spt apa?

    BalasHapus
  5. Yg haq itu haq dan yg bathil itu bathil,, tak bisa Anda menjudge spt itu dan apalagi membawa instansi tertentu. Data fakta perlu ada apalagi ini merupakan narasi hrs dg diksi yg jelas.

    BalasHapus
  6. Zakaria tempt ane skolah dulu se tau ane bagus gk ada penyesatan .. Hm iri x ya ke zakaria skolah berkualitas berahlaq

    BalasHapus
  7. Bukanya itu yayasan yatim piatu ?

    BalasHapus