Senin, 25 April 2011

Suci juga

Banyak bertanya perihal kesucian, jika benar manusia itu dilahirkan suci, apa yang kemudian membuatnya bernoda, tidak suci lagi, ataukah suci itu hanya nama sebuah jalan? Ah tak penting juga untuk terus bertanya dimanakah Suci berada, kita tinggal jawab Suci itu sedang ada di rumahnya, atau kita terus bertanya suci itu apa, tinggal jawab suci itu empat hurup, diawali oleh s dan diakhiri oleh hurup i, tak sulit namun begitulah adanya jika nalar yang lain menjawabnya.

Namun kata suci sendiri jika bersanding dengan imbuhan ke dan akhiran an akan lebih bermakna lain, menjadi sesuatu yang lebih mempunyai sifat tertentu, dangan artian yang berbeda pula.

Jika di mesjid mungkin akan jadi “jagalah kesucian masjid ini,” sehingga mungkin orang-orang yang bikin masjid ini jangan dimasuki oleh orang yang tidak suci, atau masjid ini hanya dimasuki oleh orang-orang yang suci saja, atau juga masjid ini khusus untuk tempat yang akan mensucikan diri, ah terkesan mubazir tulisan ini, tapi tak apalah jua dalam rangka mengisi waktu luang.

Jika dalam sebuah ritus agama yang dibawa dari arab, makna kesucian sendiri akan lebih rumit karena kesucian harus selalu senantiasa terjaga, ya maksudnya lima waktu dalam sehari mereka meyebutnya berwudlu. Ataupun hal lainnya yang menyangkut wanita ketika setelah menstruasi ia harus bersuci sehingga ada anggapan klo sedang melaksanakan ritual menstruasi itu wanitanya itu tidak suci.

Namun jikalau melihat pada kosakata bahasa Indonesia yang sedikit absurd ini, kesucian itu lebih pada pada pemaknaan kata sebelum dan sesudahnya, karena dalam kosakata bahasa Indonesia itu banyak kata yang akhirnya bersifat ambigu, mungkin karena bahasanya itu masih baru dibangun sejak tahun 45 dan dibangun oleh banyak umat, ada umat jawa, sunda, melayu, maluku, aceh, batak, dan lain sebagainya.

Kesucian diartikan sebagai kata yang identik dengan kebersihan dan hal-hal yang belum terjamah, mungkin kata terjamah itu kurang cocok karena terjamah apa dulu? Ah mungkin juga seperti halnya kata yang lain jika pemaknaan itu subjektif, yang terus ditularkan oleh individu lainnya sehingga adanya standarisasi pemaknaan yang bersifat kolektif.


*diketik pagi-pagi dan diedit juga demikian dengan hati senang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar