Senin, 25 April 2011

Tafsir keperawanan

Mungkin kata tafsir pada judul sebenarnya kurang refresentatif karena terlalu berbau agama, tapi itu tak penting. Kata keperawanan itu sebenarnya sebuah tema yang dikasih temenku. tapi apa yang mesti digali dari tema tersebut?

Dari pirasatku kata perawan itu sebetulnya sebuah akronim dan mengalami perubahan penyebutan dan penulisan, jika menilik kata tersebut sepertinya itu ‘perawan’ terdiri dari dua kata ‘pra dan wanita’, memang sepertinya sepele, namun jika melihat sindikasi dua kata tersebut, yaitu ‘sebelum menjadi wanita’, kalo di daerah saya awam disebut gadis.

Kata wanita sendiri mempunyai artian yang spesifik, soalnya identik dengan yang telah menikah, sehingga kadang ada ungkapan kalo sudah menikah pasti sudah tidak perawan lagi, mungkin karena hubungan yang telah legal tersebut sehingga ungkapan tersebut muncul di masyarakat setempat, tapi jika sindikasinya hanya pada organ-organ tertentu mungkin itu sepele, tapi bagaimana kata keperawanan sangat sakral di masyarakat kita.

Kata keperawanan itu identik dengan kesucian, khususnya untuk perempuan karena untuk para kaum adam sebutannya itu keperjakaan. Memang suci gitu? Suci kan nama jalan, ah tak penting. Kaum hawa umumnya menganggap kesuciannya sebagai gadis itu seperti mahkota yang harus dijaga sebagai barang yang sangat mahal, yang ga mahal mah mungkin yang suka dijajakan dengan seenak hatinya, ataupun seperlunya, ya mungkin ia itu perlu makan, dll, atau mungkin yang sudah pasrah dan merasa pantas untuk diambil mahkotanya oleh pangerannya. Ah sudahlah jangan mengungkit mereka yang pacaran mungkin mereka akan menikah, tapi jikalau tak jua pun selamat hilang mahkotanya.

Kalo untuk jaman sekarang perlu ga sih sebuah keperawanan, atau menafsirkan keperawanan itu sesuai yang ia ingini sehingga standarisasi tafsiran ‘keperawanan’ di masyarakat makin absurd saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar