Jumat, 30 Desember 2011

Teruntuk Nenden Komalasari

Dikelas itu, ya maksudku kelas di gedung x itu, mungkin kau juga tahu itu adalah tempat kelas kita biasa berkumpul untuk menempuh mata kuliah, dan jikalau kau tahu kelas itu sangat berkesan bagiku. Karena telah menemukanmu.

Pagi yang cerah di bulan Agustus membawaku melihat kau, awalnya kukira kau itu orang Bandung, ternyata perkiraanku meleset jauh, kau itu mojang Cianjur, sebuah kota yang kerap kupanggil untukmu.

Diawal pertemuan kau mengenalku mungkin aku ini kurang ajar, suka mengkritisi atau mungkin tak berbakat untuk menempuh kuliah dengan benar dan baik, dengan pakaianku yang nyaris kusut tiap hari aku pakai, bahkan motorku saja jarang aku bersihkan, dan kebiasaanku yang jarang menyisir rambut membuat penampilanku jauh berbeda dengan teman-teman sekelilingku.

Dan aku masih ingat, di minggu awal bulan Februari aku menyatakan rasaku padamu, dan kau ingin aku jadi temanku adalah jawabannya, kau tahu dihatiku berbisik tiga bulan lagi aku akan mengatakan hal yang sama padamu, mungkin banyak yang mengatakan aku ini kurang waras jika menyangkut perasaan.

Tiga bulan selanjutnya, aku melakukan hal yang sama, namun ketika itu waktu liburan sehingga, sebelum deadline aku harus melakukan sesuatu, aku pergi ke Cianjur, dan kau tahu ketika kutahu kau itu sedang sakit aku ingin sekali bermain ke rumahmu, dan ingin tahu mengapa kau bisa sedemikian dingin terhadapku.

Padalarang itu telah aku lewati, dan Ciranjang adalah tujuan selanjutnya, dan kau pun menolak kehadiranku disana, sempat aku ketus, namun ada ide gila lain dipikranku, aku mengajak temanku yang lain untuk sekedar bermain-main di kota pengasil beras itu, ternyata itu kota yang kecil, dan sebagian besar waktuku habis di bendungan Cirata makan ikan dan tidur-tiduran, karena aku mulai rindu kamarku yang acak-acakan, aku segera pulang dan berpamitan lewat sms saja padamu.

Aku pikir, aku telah ditolak habis-habisan oleh mu, namun karena aku ini jarang menyerah sehingga aku mencoba kembali, menjelang akhir semester genap itu, aku akhirnya bisa mengajakmu hanya untuk sekedar menonton band kesukaanku dari SMP, Pure Saturday, dan ketika lagu Desire dilantunkan, aku ingin berbisik padamu, lagu itu refresentasiku untuk mu, namun karena suara yang hingar bingar niat itu tak terlaksanakan.

Selanjutnya aku mengajakmu maka surabi di Setiabudhi, tempat yang lumayan nyaman, namun kau tetap saja menatapku asing, yang aku pikirkan mungkin ini baru kedua kalinya aku ajak kau keluar dari kosanmu lewat waktu Isya.

Kau tahu aku sangat senang melihatmu, sungguh senang sekali bisa makan bareng denganmu, walaupun akhirnya kau tak memberi jawaban untuk perasaanku, ketika motorku mengantarkanmu menuju pintu kosanmu di Cibiru.

Hal itu membuat aku terus berpikir mungkin ada yang salah pada diriku, atau ada yang salah padamu, ah entahlah, itu membuatku pusing ditambah kepusinganku yang lain.

Mungkin karena pola makanku yang tak baik dan benar sehingga Thipus mulai lagi mengisi dua mingguku di rumah sakit, dan hanya ada satu teman yang datang yang paling kuharap sekedar sapaan darimu namun itu tak kunjung datang jua hingga aku mulai untuk kuliah lagi, Setelah itu malas sekali kerjaku, yang kukerjakan hanya bisnis dan bisnis lalu menghitung laba rugi di catatanku, mungkin hasilnya tak banyak, tapi aku bangga telah bisa membantu keluargaku.

Hingga akhirnya kau diwisuda juga, kau tahu aku menunggumu di gerbang depan Fakultas Psikologi, dan kau tak hadir juga, dengan sedih akupun pulang untuk menghadiri resepsi pernikahan saudaraku.
Akhirnya setelah beberapa kali aku mencoba untuk mendekatimu namun kandas juga, mungkin kurang keras usahaku ataupun caraku yang tak benar, bahkan mungkin kau bukan jalan dari takdirku.

Hinga kini aku tak tahu kabar darimu, bahkan untuk sekedar SMS pun kau tak menjawab. Mungkin aku ini terlalu mengganggu untuk diingat, semoga catatan ini bisa jadi katalis yang baik jikalau istilah teman itu masih ada.



*diketik malam-malam dengan hati yang senang. penawar ingatan melawan lupa

2 komentar: