Minggu, 17 November 2013

Demi kian

Selasa, saya panggil hari ini demikian, sebuah hari kedua dalam hitungan pembelajaran saya sewaktu sekolah dulu, baik SMU maupun perkuliahan yang tak saya bereskan itu, hari kedua dalam hitungan Minggu atau hari yang saya yakini berasal dari saduran bahasa arab, entah mengapa bahasa arab dominan dalam serapan kata yang bersangkutan dengan hitungan, terutama dalam hitungan hari.


Dan entah mengapa saya dengan pasrah menerimanya, kenapa senin tak disebut gfshdgljadb atau selasa disebut gknkasjkh saja, seolah semuanya sudah menjadi ketetapan jika seminggu itu tujuh hari, sebulan itu empat Minggu dan setahun itu dua belas bulan.


Sebuah ketetapan yang membuat berpikir ulang untuk menghujatnya, ataupun untuk mencari alasannya kenapa harus demikian.


Hari dalam hitungan waktu terdiri dari 24 jam dengan empat waktu yang terselip di antaranya pagi, siang, sore, malam dan entah kenapa itu disebut demikian, seolah harus menerimanya saja, sehingga alasan kadang kala hanya sia-sia untuk mengelak dari waktu yang terus saja bergulir.


Dalam waktu semuanya terjadi begitu cepat, dengan beragam rumus yang diciptakan manusia dengan beragam konstanta hitungan yang membuatnya patokan, semisal detik itu jadi bagian dari menit dan menit membangun jam dan selanjutnya sehingga hitungan tahun pun terjadi, atau mungkin tahun yang terus dibagi-bagi dan didistribusikan menjadi bagian kecil untuk lebih mudah dipahami.


Dalam kitab saya waktu menjadi penanda yang jelas untuk surat yang sangat pendek, sangat jelas sekali esensinya, jika tak hati-hati mempergunakan waktunya pilihannya sudah jelas, keberuntungan atau kerugian.

Saya berusaha untuk menggunakan waktu dengan sebaiknya, meski kadang kala itu hanya semboyan saja, tetapi jika menghitung nilainya, saya kira itu lebih baik karena telah mencobanya.


Misalnya saya beli jam, bukan untuk gaya-gayaan tapi untuk tahu saja jika waktu sedang dalam jam apa, namun dalam jam saya kebanyakan saya gunakan ialah speedometernya saja, saya kadang penasaran dalam kegiatan saya menghabiskan berapa menit, jam, dan detik, sehingga dalam kegiatan pendakian pun saya berlaku demikian, menghitung seberapa cepat perjalanan saya, seperti perjalanan ke Pangrango kemarin, dalam hitungan lebih kurang 25 jam saya berada dalam kawasan gunung Pangrango, beserta sedikit cerita indah dan banyak cerita menyeramkan dari ganasnya alam.


Dan waktu mengajarkan saya untuk bersyukur tentang umur, sedemikian desain yang unik sekali menghantarkan saya untuk sadar berada di sini, dengan saya yang seperti ini, dan keadaan yang harus saya terima, baik dan buruknya.


Demikian dalam hitungan waktu beserta cita-cita dan banyaknya harapan esok akan seperti apa tetap akan saya jelang, dengan baik dan buruknya.


Demikian dalam hitungan waktu umur saya akan jelang dengan seadanya kemampuan saya, dan sepertinya mengapa saya harus dustakan untuk nikmat semegah ini.



*diketik dengan senang hati | Your Hand In Mine – Explosions In The Sky

Tidak ada komentar:

Posting Komentar