Selasa, saya panggil hari ini demikian, sebuah hari kedua dalam
hitungan pembelajaran saya sewaktu sekolah dulu, baik SMU maupun
perkuliahan yang tak saya bereskan itu, hari kedua dalam hitungan Minggu
atau hari yang saya yakini berasal dari saduran bahasa arab, entah
mengapa bahasa arab dominan dalam serapan kata yang bersangkutan dengan
hitungan, terutama dalam hitungan hari.
Dan
entah mengapa saya dengan pasrah menerimanya, kenapa senin tak disebut
gfshdgljadb atau selasa disebut gknkasjkh saja, seolah semuanya sudah
menjadi ketetapan jika seminggu itu tujuh hari, sebulan itu empat Minggu
dan setahun itu dua belas bulan.
Sebuah ketetapan yang membuat berpikir ulang untuk menghujatnya, ataupun untuk mencari alasannya kenapa harus demikian.
Hari
dalam hitungan waktu terdiri dari 24 jam dengan empat waktu yang
terselip di antaranya pagi, siang, sore, malam dan entah kenapa itu
disebut demikian, seolah harus menerimanya saja, sehingga alasan kadang
kala hanya sia-sia untuk mengelak dari waktu yang terus saja bergulir.
Dalam
waktu semuanya terjadi begitu cepat, dengan beragam rumus yang
diciptakan manusia dengan beragam konstanta hitungan yang membuatnya
patokan, semisal detik itu jadi bagian dari menit dan menit membangun
jam dan selanjutnya sehingga hitungan tahun pun terjadi, atau mungkin
tahun yang terus dibagi-bagi dan didistribusikan menjadi bagian kecil
untuk lebih mudah dipahami.
Dalam
kitab saya waktu menjadi penanda yang jelas untuk surat yang sangat
pendek, sangat jelas sekali esensinya, jika tak hati-hati mempergunakan
waktunya pilihannya sudah jelas, keberuntungan atau kerugian.
Saya
berusaha untuk menggunakan waktu dengan sebaiknya, meski kadang kala
itu hanya semboyan saja, tetapi jika menghitung nilainya, saya kira itu
lebih baik karena telah mencobanya.
Misalnya
saya beli jam, bukan untuk gaya-gayaan tapi untuk tahu saja jika waktu
sedang dalam jam apa, namun dalam jam saya kebanyakan saya gunakan ialah
speedometernya saja, saya kadang penasaran dalam kegiatan saya
menghabiskan berapa menit, jam, dan detik, sehingga dalam kegiatan
pendakian pun saya berlaku demikian, menghitung seberapa cepat
perjalanan saya, seperti perjalanan ke Pangrango kemarin, dalam hitungan
lebih kurang 25 jam saya berada dalam kawasan gunung Pangrango, beserta
sedikit cerita indah dan banyak cerita menyeramkan dari ganasnya alam.
Dan
waktu mengajarkan saya untuk bersyukur tentang umur, sedemikian desain
yang unik sekali menghantarkan saya untuk sadar berada di sini, dengan
saya yang seperti ini, dan keadaan yang harus saya terima, baik dan
buruknya.
Demikian
dalam hitungan waktu beserta cita-cita dan banyaknya harapan esok akan
seperti apa tetap akan saya jelang, dengan baik dan buruknya.
Demikian
dalam hitungan waktu umur saya akan jelang dengan seadanya kemampuan
saya, dan sepertinya mengapa saya harus dustakan untuk nikmat semegah
ini.
*diketik dengan senang hati | Your Hand In Mine – Explosions In The Sky
Tidak ada komentar:
Posting Komentar