Jumat, 14 Juni 2013

Mengingat Kemarin


Saya targetkan untuk menulis catatannya dengan 30 menit sajasoalnya banyak bahan baju yang harus segera saya potong menjadikannya kaospesanan A Sofwan dari RSHS dan hoodiespesanan Gifi sampai flysheet dadakan pesanan A Ucan.

Kemarin adalah hari yang lumayan panjang dengan malam yangpanjang. Terasa aneh juga dengan kegiatan malam yang datang tergesa-gesa dengankesibukan yang berubah dengan drastis.

Saya sebagaimana saya tahu selalu berusaha menjunjungnilai-nilai yang saya pegang. Dalam hal menulis, dalam hal berekonomi hinggadalam hal lainnya. Bahkan hingga saya kira terlalu memaksakan untuk sebuah halyang sentimentil.

Sabtu kemarin saya dapati jika SUAKA mau mengadakan plenotengah dan tempat pelaksanaannya itu berubah, maksudnya dipindah tempatkan.Masih di Bandung, saya sanggup mencarinya, terutama masih di Cibiru. Sebuahtempat yang kadang kala saya rindukan untuk kembali ke sana. Tempat yang kerapkali membuat saya bingung kenapa harus ke sana.

Baru enam menit ternyata saya menulis, ya menulis catatanyang tak terlalu penting rasanya,toh masa depan itu saya belum tahu dan sejarahhanya akan dicatat dan dikenang.

Seperti pleno kemarin, sepertinya bagi saya itu kenanganyang cukup diingat saja, saya tak menuliskannya sebagai sebagai sejarah yangsaya harus catat dan menjadikannya sebuah pelajaran, karena kewajiban sayahanya sebatas saran yang tak penting juga, secara struktural hingga sistematis,toh itu saya anggap silaturahmi saja.

Dalam tujuan saya, saya ingin bertemu teman lama saja,kabarnya ada Wicak ke sana, dan ternyata lebih dari itu ada Miko, jugapermaisurinya begitu pun ada Ojan, Bayu, Hamdan, Iqmah dan Ivan, dan tentunyasekali ialah para anggota LPM SUAKA, tempat saya belajar untuk tahu sebuahnilai dan mempelajari harga dari teks dan konteks.

Entah kenapa saya sukasekali kalimat sebelum ini, sehingga kesannya keren sekali.

Sebenarnya dalam pleno tengah itu acara yang biasa saja,biasanya adanya evaluasi dan biasanya para pengurus itu keteteran akan programnya masing-masing, saya tahu pasti soalnyabegitu pun saya dulu menjalaninya, namun dengan situasi yang berbeda.

Rapat berlangsung cepat dengan para anggota yang mulai lelahdan hanya semangat saja saya kira itu penolongnya. Hingga mereka dengan sadarakan menentukan bagaimana LPM SUAKA ke depannya, tanggung jawab sebagaimahasiswa yang bisa bersikap cerdas dalam keadaan yang buruk dan mempengaruhisecara tulisan dan perilaku bercirikan kejujuran, seperti kejujuran sebuahtulisan, tak mungkin sebuah tulisan terbaca ‘jujur’ harus dibaca ‘bohong.’

Saya kira akan membahas dari segi karya namun entah mengapasaya kira kualitas tulisan SUAKA kini makin berkurang, entah karena isunyaitu-itu saja, atau mungkin karena berkaca apa kualitas yang dahulu, ataumungkin, paradigma dalam penulisan hingga peliputan telah berubah, sepertiberubahnya sebuah pandang satu hal dengan hal lainnya.

Namun dalam pandangan saya, karya yang baik adalah yangberkelanjutan, maksudnya sebuah isu tidak akan habis setelah penerbitan, karenasaya kira penerbitan itu dikategorikan sukses jika mendapat tanggapan, baik promaupun kontra. Bukan setelah ditulis berita kemudian beres, dan itu hanya jadiangin lalu. Seperti melihat air saja, air yang baik itu air yang mengalir,begitu pun jika ingin tahu jumlah akumulasi air di lautan, dapat menghitungnyadari debit air di sungai hilir ke hulu, namun kadang kala pers mahasiswa sangatsuka sekali dengan hal baru dan mungkin hanya sampai muara saja.

Saya tahu korelasi sangat penting sebuah produk, bahkanuntuk sebuah tulisan, namun tulisan yang bagus tidak menentukan kemasan yangmewah. Saya ingat sebuah mini sekali majalah, atau lebih cocok buku saku,namanya OPEN MIND, itu buatannya para mahasiswa Bandung dan entah mana lagi,penulisnya sangat banyak, kemasan kecil dan fontyang kecil sedikit art work, bahkan iklan yang ada itu iklan layanan masyarakat atau lebih tepatnya, propaganda konstruktif, dan yang palinganeh dari semua tulisannya, pasti diakhiri dengan pertanyaan bagaimana dengankamu? Ya sebuah pertanyaan singkat seolah media dialog saja. Senang sekali jikaitu menjadi pertanyaannya dari SUAKA untuk para mahasiswa.

SUAKA juga begitu mungkin, umur yang sudah mumpuni tidak mempengaruhi kualitas sebuah organisasi semisal SUAKA, toh kekurangan itu hadir untuk bersanding dengan kelebihan, tulisan juga hadir sebagai penanda saja,tanda bahwa telah dicatat dengan tulisan, bukan hanya kenangan saja.

Suasana makin larut saja dan begitu pun hari itu makin malam saja, dan bermain kartu sangat membantu melepas penat, seperti dulu lagi sepertinya namun dengan orang yang berbeda dan situasi yang berbeda juga.

Sepertinya inilah mungkin perasaan alumni ketika kami disindir habis di pleno tengah dulu dan begini rasanya menjadi bagian yang telah lama meninggalkan keorganisasian.



*diketik dengan senang hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar