Senin, 25 April 2011

Polisi Tidur

Ah kamu pasti gak ada kerjaan membaca notes seperti ini, soalnya saya juga yang buat dalam rangka mengisi waktu luang saya dalam beribadah, hah sungguh terkesan alim pisan, namun dalam rangka mengisi waktu luang dalam kerendahan hati ,maka saya akan bercerita tentang polisi tidur.

Polisi..... hah ia pasti sangat suka tidur, ah kata-kata yang basi untuk dibaca ....... gimana kalau ia itu terkena racun tertidur selamanya... ah juga sangat konvensional, bagaimana jikalau ia itu mengidolakan seseorang, itu mungkin akan lebih bermakna.

Dahulu kala hiduplah seorang bernama.......... ah jadi pusing klo nulis si Ahmad, takutnya ada bapanya yang namanya Ahmad, atau ia sendiri yang bernama Ahmad, karena saya suka sama Mirza Ghulam Ahmad maka kita sebut sebagai Miras aja, biar sedikit memabukkan.

Miras ini ialah seoranga anak dari keluarga kaya, seorang yang sangat mapan, dan secara material ia itu tak kekurangan apapun, jika ingin makan ia tinggal ngomong mau makan apa, “Aku ingin makan sup kuda nil,” ujarnya, maka para pembantunya segera membuatkannya, namun ia itu menghayal terlalu tinggi, ah sepertinya tingginya langit dan dalamnya lautan itu bisa diukur namun dalamnya dan tingginya keinginanya itu sulit untuk diukur karena sampai sekarang tak ada ukuran dalam nafsu, kan klo panjang mah ada mulai dari milimeter hingga kilometer, tapi klo nafsu masa sebutannya milinafsu hingga kilonafsu, ah sulit juga klo ngomongin ukuran nafsu.

Secara.. Miras itu anaknya pejabat, ya seperti yang diungkapkan oleh Andy RIF mungkin, tinggal tunjuk ini, tunjuk itu tetep aja mirip yang ditunjuknya ga ada perubahan maksudnya… hah!

Aduh mulai bosen, mari kita obrolkan apa yang diinginkan oleh si Miras ini, ternyata ia sangat ingin jadi polisi, maka dalam waktu panjang iapun menjadi polisi, kenapa dalam waktu panjang, ya biar terbaca ada prosesnya, masa ujug-ujug bleg we jadi polisi kan teu rame, singkat kata karena keinginannya yang kukuh menjadi polisi iapun menjadi seorang polisi.

Aduh ternyata ia mempunyai tokoh yang sangat ia kagumi, namanya Malin Kundang, dan kau tahu ia telah mengidolakannya dari ia kecil rupanya, ia sangat terkesan dengan keteguhan hati dari malin kundang sehingga demi prinsipnya ia rela jadi batu dan tetap mengabadikan prinsipnya bersama hidupnya yag singkat.

Tak tahu mengapa ia menjadi mirip sekali Malin Kundang, dan orang tuanya pun sadar dengan perubahan yang terjadi pada Miras, ah mereka menyesal dengan semua kasih sayang yang telah tercurah bagi Miras, apapun yang diinginkannya mereka tepati, bahkan ketika Miras ingin menjadi juri dalan African Idol, merekapun menyanggupinya dan menyewa orang sejumlah benua Afrika untuk berakting dan demi mengabulkan permintaan anaknya.

Miras tumbuh menjadi pribadi yang sehat wal afiat, ia rata-rata tak pernah sakit, Cuma sakit yang sepele saja yang menimpanya, seperti patah tulang rusuk, HIV, batuk meradang menahun, dan sakit itu sangat membuat para orang tuanya semakin sayang padanya. Sehingga mereka tak sadar rasa saya itu telah membuat buta mata Miras.

Ada cerita pendek tentang nama Miras dari orang tuanya, nama itu ia dapatkan ketika berada di apotek ketika mereka sedang mabuk, “HINDARI MIRAS” ujar tulisan di dinding apotek tersebut, karena orang tuanya yang sedang mabuk maka ia berkata, “Ibu nanti jika kita punya anak kita kasih nama MIRAS aja,” mungkin yang dipikirkannya Mira situ sangat disegani dan entah mengapa asisten seumur hidup ayahnya Miras itu menuliskannya, sehingga ketika ibunya melahirkannya kontan diberi nama seperti itu.

Ah sungguh makin kacau saja ceritanya ini, Miras kini telah mencapai pangkat yang lumayan tinggi dari juniornya kali ini, namun karena ia sombong dan durhaka kepada ibunya, kakeknya, bibinya, pamannya, bapaknya, dan tetangganya, iapun dikutuk oleh atasannya menjadi batu, mendengar kutukan itu Miras tak kunjung juga sadar, mengingat ia itu sangat terinfluence oleh Malin Kundang maka ia berkata,”Malin Kundang aku juga sepertimu, tegar akan keputusanmu yang membatu, dan kekal akan jiwamu yang keras,”

Tak beberapa lama ia mencapai komplek yang dihuninya lewat THR yang ia dapat, kemudian dengan ijin tetangganya ia menjadi batu di depan pekarangan rumahnya.

Siapa mau dikata, ternyata karena ia polisi dan membatu di jalan iapun diabadikan oleh rata-rata arsitek Indonesia dalam setiap karya perumahannya dengan sebutan polisi tidur, dan kau pasti jumpa dengannya di setiap perumahan atau jalan-jalan setempat.

Memang terkesan tak terlalu nyambung namun dalam rangka beribadah tolong tersenyumlah.



*diketik dengan jari dan dalam senang hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar