Senin, 25 April 2011

Jalur Bahasa

Suatu hari adikku yang masih sekolah SD bertanya padaku, "A ari artina mengandung arti jeung berarti artina naon?" awalnya aku sedikit bingung, "Lamun mengandung arti engke bakal lahir saatos salapan bulan, lamun berarti eta artina gaduh nami lain," jawabku singkat.

"Jadi engke iraha atuh lahirna artina?" tanya adikku lagi, "Nya engke we lamun tos waktuna oge akalan ngarti," jawabku singkat.

Mungkin ulasan di atas tak terlalu penting untuk diingat namun yang jadi ingatan di pikiran ku, ada pada bahasanya yang terkesan ambigu yang permanen, bahkan jika melihat ke aturan bahasa atau lebih dikenal dengan EYD, lebih aneh lagi, dan jikalau kau tahu adikku bertanya tentang siapa itu pelajar.
"A ari pelajar asal katana teh belajar?" tanyanya singkat, "Enya meureun," jawabku singkat.

"Lamun pekerja teh tukang kerja, pe tambah kerja, tapi naha pelajar pe tambah lajar, sanes belajar?" tanyanya lagi, karena pusing aku jawab, "Teu apal nik aa mah urang sunda sanes urang indonesia," kau tahu ia itu hanya tersenyum, "Teu apal mah nyarios we atu," tatapnya sinis.

Aduh jadi kepikiran bagaimana bahasa indonesia itu terbuat, jikalau diklaim dibuat pada sumpah pemuda mungkin, bahsa Indonesia itu adalah bahasa yang sangat baru dengan bangsa yang baru juga.
Ada yang sedikit aneh di bangsa kita ini, dalam pendidikan kita harus belajar bahsa inggris dan bahsa daerah tau bahasa ibu sekaligus bahasa para penjajahnya, bahkan dibuatkan jurusan di universitas tertentu.

Secara bahasa saja masih dijajah, bagaimana dengan sistem lainnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar