Sabtu, 05 Juni 2010

Sabtu, nonton dangdut

Sabtu kemarin merupakan hari yang terasa lumayan ganjil, bukan maksud menyalahkan orang tuaku yang mengajakku untuk mengikuti sebuah seremonial syukuran pernikahan kerabat, namun hiburannya itu yang memmbuatku tak habis pikir apa bedanya pendidikan dan hiburan yang mempunyai agama dengan yang bernafsu akan tontonan syahwat.

Siang itu hari yang lumayan melelahkan, bukan menyalahkan hari sebelumnya yang menguras banyak tenaga, tapi hari itu aku menolak untuk menggunakan sepeda motorku, bukan alasan karena rantainya yang mulai longgar atau bensinnya yang disimpan biar irit, tapi perasan ini menolak untuk menggunakan kendaraan, lebih baik untuk berjalan kaki menuju rumah nenekku sembari menuntun kedua adikku, namun sayang rasa capek itu bertambah, ketika adikku yang bungsu minta digendong hingga beberapa saat sampai di rumah nenek.

Ternyata bukan hanya ibuku dan nenekku yang akan berangkat menuju tempat syukuran tersebut, keluarga besar pun ikut serta.

Akhirnya satu Angkot penuh dengan keluarga besar kami, dan sesampainya di tempat syukuran kami disuguhi speaker besar di pintu masuk, terasa ganjil mengapa yang jaga daftar tamu bisa kuat, ternyata tidak begitu, "Teh nyungkeun souvenirna dua," ujar ibuku, ia menjawab, "Da atos lami bu, mangga linggih," ujar wanita penunggu daftar tamu tersebut. kontan ibuku dan sekeluarga yang sedang menulis nama di daftar, tersenyum simpul, "Sugan teh kuat, apek teh si eneng katorekan oge." ujar nenekku, yang berada di sampingku.

Karena tak kuat akan suara lagu dangdut yang keras, kami sekeluarga berada paling ujung tempat syukuran tersebut, ternyata berbeda dengan keluargaku yang lain, pamanku berada paling depan dan melihat sang penyanyi berlenggak-lenggok, "Cik atuh mikir geus aya urang," ujar bibiku, kontan aku terbahak-bahak melihat pamanku dimarahi istrinya, "Salaki seneng teh ulah we," ujarnya singkat.

Memang terasa aneh, adegan yang terbilang vulgar, busana yang minim, mengucap salam, berlenggak-lenggok di depan para suami, anak kecil. Tapi itulah yang terjadi untuk saat itu , dan sangat sayang sekali ketika orang tua yang membimbing anaknya dengan pendidikan dan hiburan yang tidak refresentatif untuk masa depan sang anak, saya sendiri paling menyayangkan ketika beberapa anak kecil digiring oleh para orang dewasa untuk ikut berjoget di panggung bersama sang penyanyi.

Akhir kata rasa kesal ini hanya bisa tertuang dalam beberapa kalimat, semoga pendidikan dan hiburan menjadi lebih baik di hari esok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar