Sabtu, 05 Juni 2010

Tafsir Bebas

Biasanya seorang ahli tafsir itu seorang yang mempunyai ketentuan lebih, dari segi ilmunya, pengetahuan, buku yang dibacanya, berat badannya, atau pun istrinya jika ia lelaki atau suami jika ia seorang wanita atau mungkin juga simpanannya mulai dari berbentuk hidup atau pun tak hidup.
Secara pengetahuanku tafsir itu sebuah gambaran saja bukan sebuah artian yang sebenarnya hanya sebatas analisa atas sesuatu, jika saja kau tahu siapa itu seorang mahasiswa namanya, yang ia mengatakan bahwa tafsir itu ialah meraba hal yang tak mungkin teraba, seperti menjambak rambut
kepala orang botak mungkin.

Kadang kala aku sering menafsirkan banyak hal yang mungkin kata orang itu tak berhubungan sama sekali, atau mungkin berhubungan secara tak kasat mata.

Kembali lagi ke tafsir bebas yang menjadi topik dalam tulisanku ini, kata tafsir mungkin berasal dari bahasa arab, soalnya prasangka burukku mengatakan hal tersebut bukan berarti menolak arabisme tapi itulah yang aku ketahui, bahasa yang aku anut seringkali tidak original atau malahan tak ada originalnya sama sekali, semuanya serapan dari bahasa yang beragam pula toh umur bangsa Indonesia dimulai dari 1945.

Kata ‘tafsir’, sering kali aku potong-potong menurut opini ku sendiri, ‘ta’ dan ‘fsir’, kata tak sendiri mungkin aku asumsikan itu merupakan sebagian dari tafsir yang berarti tidak, soalnya aku sering kali berangan-angan membuat bahasa sendiri, tapi karena aku orang sunda aku lebih suka bahasa sunda. Jadi tak apalah, mereka yang selain aku tak atau mengerti bahasaku. Kembali lagi ke ‘ta’, aku ingin mengartikannya sebagai ungkapan ‘tidak’ dan ‘fsir’ tak bisa aku artikan karena tidak tahu mau kuartikan apa, jadi tafsir itu tidak tidak tahu, sehinga pantas saja mereka selain aku atau juga termasuk aku mencoba menafsirkan, mereka juga asalnya tahu tafsir hanya prediksi atau ungkapan ketidaktahuan saja.

Tafsir, kata yang menarik sekali bagiku seperti kunci menuju sebuah labirin yang ujung dari labirin sendiri ialah labirain lagi, memusingkan tapi mengapa orang mencoba membuat terkaan bagi suatu hal, tersirat maupun tersurat, mencoba mencari hal tersirat dalam tersurat atau mencari hal yang tersurat, jadi lebih baik menurutku saling bertukar surat saja, toh pesannya akan tersampaikan jika itu diterima dan dapat dibaca, tapi itulah menariknya pesan.

Ada yang menarik dalam kata tafsir, biasanya tafsir merupakan sebuah refresentasi subjektif pesan seseorang menurut tafsiran mereka sendiri, aku berani menulisnya subjektif karena tafsiran nabi, tidak dikatakan tafsir tapi hadis. Dan mungkin tulisan ini juga merupakan hasil tafsiran saya sendiri dan itu ku akui subjektif.

Aku sering berkhayal kenapa Allah tidak langsung memberikan pesannya ke setiap individu di dunia ini, namun ia memberikan kesempatan manusia untuk menerima utusannya, dan lewat akal para penerima pesan lewat utusan tersebut menafsirkan banyak hal yang mendekati mungkin, jadi hanya sebatas opini saja. Sehingga banyak sekali hikmah yang aku dapat dan bersyukur dapat menafsirkan karunia Allah dengan lebih besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar