Sabtu, 05 Juni 2010

D3 yang aku ikuti part I

Aduh, malang nian nasib mahasiswa D3 MKS, sebuah jurusan yang kini aku ikuti di kampus yang ada di Bandung Timur, aku sangat riskan untuk menulis bahwa namanya uin, dengan huruf kapital tentunya.

Yang aku maksud malang di paragraf awal itu bukan Malang sebuah kota tapi sebuah kondisi, tapi gimana yang mau menuliskannya soalnya tahun ini tak ada lagi jurusan D3 mks, katanya mah sih mau jadi universitas jadi we jurusan itu harus hilang, jurusan tersebut membuatku banyak belajar tentang kelicikan dan bersiasat.

Jika mau bercerita awalnya aku memilih jurnalistik tapi banyak alasannya untuk merubah pilihan menjadi PA, santai belum sampai ke alasan menjadi D3 mks, nah alasan yang paling cocok untuk pindah pilihan karena, pada masa itu, sebaiknya jangan kalimat pada masa itu soalnya siga jaman baheula kitu, lebih baik pada waktu itu, jadi pada waktu ekonomi perbankan syariah mulai booming bahasa kerennya mah padahal mah biasa aja, soalnya di desaku BMT sudah dikenal sejak aku kecil, jadi aku telah terbiasa dengan produk BMT.

Nah jadi we aku teh memilih D3 MKS, walaupun D3 tapi mending lah daripada gak ada, tul ga? selanjutnya aku mulai mencari info tentang jurusan tersebut. Sesuai dengan usulan orang tuaku aku ikuti jurusan tersebut, dan hasilnya lumayan menarik.

Aku mendaftar biasa saja dengan mengisi formulir seperti mahasiswa pada awamnya, namun perasaan males datang ketika tes, sepertinya itu bukan tes karena pada tes tertulis khususnya bahasa arab aku mengisi seenaknya, dan tentunya itu bukan jawaban karena aku keluar lebih dahulu dibandingkan yang lainnya. dan selanjutnya yaitu tes lisan ternyata bukan aku yang menjawab karena sang bapak pemberi wewenang tes terus berbicara dan hampir saja waktunya habis karena dari semua percakapan aku hanya menyebutkan nama, asal, dan alumni mana? dan yang paling patut disyukuri oleh semua orang ternyata aku lulus di D3 MKS. Hingga saat ini aku hampir menyelesaikan studiku untuk D3 MKS, dan menjadi Amd. Aamiin.

Semester satu aku sangat bingung dengan jadwal kuliahku namun aku punya teman untuk bingung lainnya, namanya Fajar ia tinggal di sebuah kamar dalam rumah orangtuanya tepatnya di Soreang, namun karena ia itu baik sekali dan aku juga sangat baik sekali orangnya, aku akhirnya menjadi teman seperjuangan di MKS.

Namun perjuangannya harus terhenti di beberapa semester awal karena 'pen' gitu? atau apalah itu namanya yang harus menempel ketika seorang mempunyai kaki yang retak dan harus memakai beda itu, kembali ke perbicangan akhirnya benda itu diangkatnya, tentunya oleh dokter yang Fajar percayai.

Dalam beberapa semester awal kukenal ia sangat cerdas karena argumennya yang tepat sasaran, ditambah lagi ia mempunyai tubuh yang gempal ,namun tak segempal temanku Iqbal, nanti lah ku ceritakan juga.

Oh ternyata beberapa bulan ia tak masuk kuliah, akhirnya tak ada teman untuk kebut-kebutan bersama di jalan Soekarno-Hatta ketika pulang kuliah. namun hal yang mengejutkan ialah aku mendapat surat undangan darinya. ia menikah.

Jafra teman-temannya memanggilnya, namun aku dan Iqbal lebih suka memanggilnya Fajar atau Jar, dan ia salah satu teman baikku, dan semoga ia baik-baik saja. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar