Rabu, 01 Mei 2013

Terima kasih


“I think it possibly may be i falling for you..” Landon Pigg

Itu liriknya yang baru saja dinyanyikan di speaker Altec lama, suaranya hampirmasih sama, ya lagu ‘jatuh’ bagus menurut saya, jika mendengarnya saya ingat KingOf Convenience, dan Fumblenya Architecture In Helsinki, petikan gitar yangbagus sekali.

Semalam gerhana Matahari, dimulai dari 3an, ternyata sangatsebentar, ya tak mungkin juga gerhana itu berhari-hari , jika gerhana yangsinetron di RCTI dulu itu mungkin lebih lama dari beberapa hari, jadi ingat Gerhanasekedip lalu kemudian beberapa orang terpental dan ada Genta, seorang anak yangpunya kemampuan sama, yang jadi takut adalah jika mereka yang punya kekuatankedipan sedahsyat itu kelilipan dan itu sangat membahayakan banyak orang disekelilingnya. Kadang kala cerita fiksi jika dibawa ke kenyataan hanya akanjadi pertanyaan besar saja. Terus jika ada orang yang cita-citanya jadiGerhana, pas ia kedip-kedip paling orang sekitarnya bilang, “Ari kamu cageur?”

Gerhana dalam Islam punya kedudukan yang sangat istimewa, dalamwaktu yang pendek itu disuruh untuk solat, ya dengan empat takbir dengan empat Al-Fatihahdan empat surat, dua ruku dan empat sujud, dengan diakhiri ceramah semuanyasatu paket dalam waktu yang pendek itu, ya dalam  waktu yang pendek itu saja. Gerhana.
Dalam Gerhana biasanya orang-orang mulai melihat ke atas, yabulan purnama yang indah itu, dan kerlip bintang hanya beberapa di sampingnya,ya hanya beberapa saja terlihat di Ciapus ini, Halo tak terlihat jelas namunbulan malam tadi sangat indah, saya tak lihat gerhananya seperti apa, jujursaja saya takut melihat fenomena seperti itu secara langsung, takutnya jikadengan kehendakNya memperpanjang proses gerhana jadi berbulan-bulan, dansepertinya siang akan sangat dirindukan, shalat Dhuha akan sangat diingat,begitu pun hitungan waktu akan serba salah, karena hari menjadi gelap.

Jadi ingat dengan alam dan lingkungan, sepertinya duluanggapan anomali itu jarang sekali ada, dan itu siklusnya masih bisa diprediksikan,namun sepertinya anomali menjadi wajah dari cuaca sekarang ini, ya dengan hujanyang kerap kali menyapa mesra tiap hari, bahkan untuk pelataran rumah jait punjika hujan datang genangan akan terjadi secara alamiah, begitu pun denganpenampakan dari lapang voli di selatan rumah saya yang dulu, seperti genangansaja, dan parahnya itu sebesar lapangan voli dan beberapa tempat dudukpenonton, entah mengapa saya sewaktu dulu, untuk melihat pemandangan sepertihanya jika hujan sangat besar saja, dan kesibukan lainnya sewaktu hujan besarberhenti ialah mencari jamur yang banyak tumbuh setelah hujan reda, dansekarang hampir tak mungkin, jarang sekali saya dapati hal itu, nampaknyakesuburan bukan lagi milik tanah, tapi milik seorang eyang yang gagap mengucapkanAl Fatihah di layar TV.

Dulu sewaktu SD jika hujan datang lapangan bola yang menjadibanyak tujuan orang, sungguh menyenangkan bermain bola, meskipun make upnya itu lumpur, dan aturannyahanya satu. Bersenang-senang.
Meskipun kadang sakit demam karena bermain bola sebelummakan itu ternyata membuat sakit, dan entah beberapa kali itu terjadi, tetapsaja aturan senang-senang menjadi tujuannya, maklum saja anak-anak tahunyahanya permainan, bukan seperti orang tua yang tahunya hanya penghidupan.

Hujan kini menjadi wajah lain di sekitarku, sepertinya rasatakut menjadi bagian di dalamnya, takut rumah saudara di daerah Kamasan terendam,takut luapannya akan merendam rumah teman di Cirengit dan Sayangsari, dan takutakumulasinya akan merendam Bandung, dimulai dari Bale Endah dan Dayeuh Kolot.

Hujan, seperti semua orang mengejanya, dari lima huruf yangsering beberapa penyair katakan sebagai metafora romantisme, ataupun sebuahejaan tentang kesederhanaan kasih sayang, Sapardi juga menuliskannya demikian,namun kadang kala perumpamaan tidak semuanya bisa menjadi hal-hal indah saja.Kadang unsur ketakutan akan lebih dominan untuk alam yang anomali.

Sepertinya air akan tampak menjadi berkah jika padatempanya, ingat perkataan Erik senior saya dulu di Suaka, “Yeuh, mun aya cai ngeclak, tapi butuhnya sagelaseun, tandean we! Tapikudu sabar,” ujarnya ketika saya mengeluh kenapa tulisan saya lebih jelekdari teman-teman yang lain. Namun pada kenyataan sekarang segelas air yangdiperlukan tapi yang datang bukan air dengan tetesan namun dengan galonan.

Sepertinya perlu adaptasi yang baik untuk alam yang semakinganas ini, sekarang bukan di gunung saja yang alamnya ganas, namun di desa dan kotapun alam demikian.

Dari semua keluhan sepertinya hanya akan membuahkanomelan-omelan saja dan lupa bersyukur, sepertinya rasa syukur harus tetap ada,ini hujan hanya beberapa jam, dan bersyukur bukan berbulan-bulan, ini banjirberhari-hari dan bersyukur bukan bertahun-tahun.

Terima kasih, dan terima kasih sepertinya harus menjadikebiasaan dan selanjutnya menjadi budaya bersyukur.

Terima kasih juga untuk teh kotak dari Nirra dan Ratu untuksore yang menyenangkan kemarin.



*diketik dengan senang hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar