Sabtu, 10 Juli 2010

Ketika malam di Juli ini

Oh, jikalau kau tahu Juni ini banyak sekali kegiatanku yang bermanfaat hingga tak bermanfaat, namun sekarang itu bulan Juli, sehingga Juli ini aku ingin bercerita, sekedar penawar sakit lupa.


Tahukah kamu siapa ini yang menulis, ya ini aku, hanya aku sendiri, bukan mereka tentunya. Biasanya temanku memanggilku ‘God’, seperti panggilan atas tuhan dalam bahasa Inggris, mungkin mereka menyembahku. Tapi aku husnudon aja mereka kan orang Indonesia, ya sebagai warga lokal mereka kurang tahu bahasa. Aku maklum.

Tahukah kau, bulan Juni itu aku putuskan untuk tak memaksakan kehendakku untuk magang menjadi pacar dari bidadari asal Cianjur, ya mungkin aku ini telah bosan ataupun ungkapan rasa menyerahku. Tapi tak apalah kenangan itu akan aku tulis saja. Biar menjadi kenangan yang akan aku kenang untuk masa depan, itupun jika umurku masih ada.

Malam itu, tanggal berapa ya? Aku lupa lagi namun aku masih ingat bulan telah melewati purnama, aku mengajak temanku untuk sekedar makan surabi di Setiabudhi, sebuah rencana yang telah aku rancang jauh hari, akhirnya bisa aku laksanakan juga. Namun malam itu hanya seperti malam biasanya. Aku masih saja gugup walaupun hanya untuk mengobrol dengannya, nya siapa? dan tak kah apalah juga. Cuma tulisan, perlulah aku sebutkan Nenden namanya. Kukira kau akan tahu dengan membaca.

Oh, aku telah khilaf untuk menulis namanya itu, ketika ia baca ia pasti tak akan suka dengan hal tersebut. Kau tahu kenapa ia begitu, jikalau kau tahu ia sendiri yang berbicara itu padaku.

Untuk beberapa kalinya aku hanya tersenyum, melihat tingkahnya, ia seperti tisyu yang putih, dan tak rusak oleh kepalan tangan kotor dan tak berubah warnanya, ah kenapa jadi begini model tulisnnya kau tak akan pernah tahu aku menulis kebenaran atau kebohongan. Tebak saja.

Ia hanya mengobrol seperlunya, kau tahu hal itulah yang paling aku sukai darinya, ia tak pernah berubah dari dulu aku mulai mengenalnya, jikalau kau tahu sampai kapan aku berada di Setiabudhi itu sampai jam dua belas malam mungkin kau akan marah karena membawa anak gadis orang untuk hanya sekedar menjadi teman makan nasi goreng seafood, dan segelas Nutrisari panas tentunya.

Dalam perbincangannya, aku mulai menanyakan tentangnya padaku, jadi curhat, tapi kau juga kan tak tahu ini benar atau bohong adanya, dan ku yakin kau tak akan percaya.

“Gimana udah menerima pendaftaran belum?” ujarku
“Daftar apaan ?” jawabnya

Memang telah lama aku tanyakan tentang kapan ia membuka pendaftaran untuk menjadi pacarnya, namun.

“duka,” jawabnya singkat

Dan kau tahu, aku hanya tak habis pikir mengapa ia bingung seperti itu, namun ketika ada cermin di ruangan itu aku mulai mengerti. Aku seperti labirin.

Hingga akhir jam kami berada di Setiabudhi, ternyata dalam perjalan ketika aku tanyakan ulang masih memberikan jawaban yang sama.

Dan akhirya aku pulang ke SUAKA, dan mungkin dengan perasaan sedikit lega. Namun malam ini jika kau tahu, aku mengurangi minatku untuk magang menjadi pacarnya, dengan beragam alasan, jika hanya alasan mulut bisa berkilah namun tulisan tak pernah bisa berkilah.

Aku telah mulai lupa dengan tanggalnya, namun jika kau tahu siang hari itu aku mengajaknya sekedar untuk berjalan-jalan, ya hanya sekedar untuk mencari jawaban selain, “duka,” dan aku harapkan itu adalah jawaban lain, namun masih saja sama.

Yang kau tahu siang itu setelah aku mengantarnya pulang aku menonton The Trees And The Wild dan Rosemary, oh itu sungguh menarik jika tak ada gangster yang merusak acara.

Namun perasaan itu masih terngiang hingga malam belum menutup mataku untuk tidur, dan kau tahu SMS terakhirku padanya adalah menunggu jawabannya sampai hari Ahad aja, berarti hari itu adalah hari Rabu, dan jikalau kau percaya hingga hari itu jawaban masih belum berubah. Bahkan setelah hari Selasa berlanjut menuju rabu ketika sepatuku menginjak kendaraan asal Garut. Di sana, ya maksudnya di ELF itu, aku berfikir itu adalah sebuah penolakan. Dan aku berterima kasih untuk hal itu.

*ditulis dengan senang hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar