Sabtu, 10 Juli 2010

Jalan-jalan ke Sumedang


Tahukah kamu aku sedang berada dimana? Aku berada di kamar kost temanku Iqbal dan aku ini Godi Rangga Budi Anshary, seorang mahasiswa asal Banjaran dengan konsentrasi jurusan D3 MKS, sebuah jurusan yang membuatku mengenal banyak orang yang akan aku kenang selalu untuk hidupku yang singkat ini.

Horee! Semester yang menjemukkan ini akhirnya usai sudah, tapi apakah kata selanjutnya setelah kata horee, yang aku kenal itu pasti liburan, sering kali aku tanyakan liburan mau kemana? Tapi tak dihiraukan jua, namun aneh sekali ketika semester ini akan usai mendadak, bukan mendadak dangdut tentunya, bukan aku yang menanyakan liburan kemana tapi aku diajak liburan. Horee masih terus berklanjut.

“God jadina ka imah c heppy, nginep brangkatna poe rebo jam opat ngumpul di poliklinik,” ujar Iqbal temanku, tapi kalo ga salah teksnya bukan seperti itu dalam SMS-nya, ataupun percakapan pendek dalam telepon, tapi yang penting mungkin bisa dimengerti maksudnya. Aku akan berlibur ke Sumedang.

Setelah aku membayar, dengan uang tentunya, dan kepada Iqbal tentunya juga, dan apa ya aku lupa lagi yang pasti itu aku bayar hari Selasa. Tapi perlukah aku perjelas aku telah membayar. Saya kira tak perlu, tapi aku telah mengetiknya. Jadi tak apalah.

Hari Rabu pun datang, sebenarnya aku telah berangkat ke kota Bandung sejak jam 10an, tapi aku harus pulang lagi ke rumah, dan badan ini terasa sangat cape dan hampir saja aku ingin tak jadi ikut namun melihat kondisi motorku yang pegas belakang atau yang dikenal dengan sokbrek atau apalah itu aku menulisnya jika salah mohon dimaklumi, aku makin bersemangat untuk tidak ikut. Tapi setelah aku pikir dua kali dan beberapa kali setelahnya aku pun memutuskan untuk berangkat walaupun aku sangat lelah. Dan ternyata terbayar juga.

Temanku Ihsan Saepul Millah yang dikenal dengan nama Sally, menyampaikan SMS yang kalo ga salah kata-katanya “Cepetan,” pokoknya mah gitu we lah karena teks aslinya telah aku hapus untuk itu maaf jika salah teksnya. “Otw d riung bdg,” jawabku dan tentunya via SMS juga.

Sesampainya di halaman poliklinik aku terperangah karena teman-teman ternyata belum semuanya ada, aku pikir mereka telah meninggalkanku ternyata mereka belum datang, lega juga akhirnya aku segera melaju ke SUAKA tentunya untuk mengecas HP ku yang sedang mengalami kekurangan daya listrik. Tak berapa lama aku berangkat juga menuju poliklinik, “God boncengan sama Lina ya,” ujarku temanku Lina dan kau tahu apakah yang akan aku katakan selanjutnya kepadanya, “Maaf Lin sokbreknya pecah euy, maaf aku mah jalannya sendirian aja, ga apa-apa?” ujarku berkilah. Tapi memang begitulah kedaannya aku bukan bermaksud untuk pelit sih walaupun aku merasa berat. Bukan berat badan tentunya.

“God kadieu, kieu mobil teh pinuh teuing, jadi maneh mawa hiji, si Nden jeung maneh,” ujar temanku Iqbal, dan kulihat mobil penuh juga, dengan senang hati akhirnya aku mengendarai motorku bersama seorang warga Cianjur, tepatnya Ciranjang. Nama yang aneh bukan? Ranjang kok pake Ci.

Tahukah kamu apa yang Lina katain kepadaku, “Ih Godi mah sama Lina mah ga mau, tapi sama Nenden kok bisa,” ujarnya menggerutu, dan aku hanya bisa tersenyum puas melihat temanku yang lucu mulai marah-marah.

Jikalau kau jadi aku mungkin akan mengungkapkan banyak hal bersama seorang bidadari asal Cianjur itu, namun berbeda denganku aku tak bisa berkata banyak dengannya karena aku selalu gugup berbicara dengannya, “Launan jalanna,” ujarnya, oh akhirnya ia berkata juga kepadaku, “Ceuk ce nur,” ujarnya lagi, ah ternyata itu bukan kata-kata petuah yang tulus darinya.

Aduh aku jadi curhat tapi ya begitulah mungkin,wong ini tulisan saya jadi kalo mau baca, baca aja jangan protes.

Sepanjang jalan Cinunuk telah berlalu, ternyata perutku mulai menagih jatahnya sebagai perut untuk diiisi, “Eureun heula nya dek nambut jaket,” ujar Nenden kepadaku namun karena perut ini yang lapar dan kendaraan yang sedang melaju kencang, “Ke we nya sakalian jajan lapar,” ujarku dan apakah reaksinya ia malah menggerutu.

Setelah jaket hijau muda punya Ovi itu menempel di tubuhnya. Motor itu, ya motor saya maksudnya mulai berjalan lagi melaju maksudnya klo berjalan kan pake kaki. Lanjut, dan tahukan kamu jalannya menuju Sumedang ternyata macet dan itu sungguh tak enak untuk dilihat. Hanya bemper mobil besar dan kecil yang aku lihat. Tapi menaiki kuda besi ternyata memberiku jalan yang lebih baik baik dari pada menunggu dan tepatnya di depan plang hijau bertuliskan NUURUS AZMI aku dan Nenden berhentii untuk meminum beberapa tetes, ga ketang Cuma sebotol Tebs dan sebotol lagi air mineral yang sudah dibeli dan dibayar.

Horee akhirnya bisa berlanjut lagi. Pinginnya mah aku teh ngobrol apaan gitu sama Nenden teh pas waktu istirahat tentunya, tapi tetep aja ga bisa aku gugup saja. Untuk gungkapkan perasaan saja sulit apalagi ngomong klo godi teh suka, tapi sulit ngomongnya, atau pake bahasa inggris I care gituh aku teh sulit, tapi ternyata diam adalah pilihan saat itu. Secret admirer.

Ow damn! Tetep aja aku gugup, padahal udah se-jok. Ga bisa aku teh mulai ngobrol nanyain pendapatnya tentangku dan apapun lah itu nanyanya kaya yang PDKT gitu, tapi tetep we gugup. Ah perjalanan yang membosankan.

Eh aku mau mengabsen teman-temanku yang datang dan tak ikut, ada Iqbal, Heni ga ikut, Leni, Nenden, Mila ga kut sama juga kayak Miliya, tapi Ika ikut, Mala juga, siapa lagi yah yang ikut, oh ya Kamaludin Sidik ikut dan Bengkeng juga, sama Lukman juga, sama Hardi juga, sama Ira juga, sama Ida juga, sama Upit, Ovi juga, Agnes gitu maksudnya, dari pada jadi Stress, sok milih mana? Oh iya Imas ga bisa ikut tapi Nita ikut, eh iya ada Neng Pia trus Hawa juga, trus siapa lagi ya, Lina dan Mira sama Nurhasanah juga ikut tapi sayang, Hana ga bisa ikut Natsir juga, Geria juga, Ahmad juga, Uji juga, Fajar juga, tapi Ihsan sama Mir’atu ikut dan yang paling keren yaitu tuan rum,ah Heppy makasih banyak untuk tempatnya dan potongan memori indah untuk kami semua. Untuk mereka yang tak bisa hadir dan yang hadir aku sangat berucap makasih pisan sangat banget sekali banyak untuk sudi menjadi temanku.

Oh iya dalam perjalan juga ada turis domestik yaitu Agnel pacarnya Mala sama pacaranya Mir’atu juga ikut. Tapi mereka sangat membantu dan memberikan memori lebih. Makasih juga.

Lanjut saja dalam perjalan ke Sumedang yang macet itu lho, ternyata banyak sekali mobil yang aku salip, dan aku mengikuti mobil yang Iqbal dan teman-temanku tumpangi diiringi senandung riang teman-teman, serius seperti angkutan para TKW gitu tapi ini TKWnya mahasiswa, hehehe.

Berhenti dulu di depan bank gitu atau apalah itu namany logony mah mirip BRI, tapi aku takut itu menjadi pitnah. Karena dari sedari awal kegiatan moto-menpotret telah banyak dilakukan akhirnya itu berlanjut dan kebanyakan hanya poto-poto, walau malam tetep we. Poto-poto.

Udara malam mulai mendingin eh apa ya kaya yang paling baik untuk mengungkapkan udara dingin yang mulai terasa ketika itu, sepertinya udara malam yang mendingin. Perlahan namun pasti ban yang ada dalam mobil mulai melewati belokan-belokan yang akhirnya sampai juga di rumah Heppy, awalnya aku heran kenapa parkir disana dekat dinding tak langsung masuk garasi, eh ternyata itu bukan rumah yang dimaksud, “Rumah aku mah yang ini,” ujar heppy sambil menunjuk ke atas, ternyata ia mempunyai rumah diatas rumah orang lain.

Sepertinya tak perlu dibahas klo di dalam rumah kegiatan menjadi terpencar ada yang fokus nonton TV walaupun TV nya dirusak Ihsan, ataupun mengobrol. Namun kejadian ganjil terjadi di luar rumah, para lelaki bermain kartu gapleh dengan hukuman yang syariah. Adzan, tahukah kamu siapa yang menjadi korban pertama, saudara Kamaludin Sidik adalah yang beruntung disusul Bengkeng dan Hardi, jikalau kau dengarkan alunan rusak adzan mereka mungkn kau juga akan tertawa karena adzan mereka direkam dalam HPku. Menyenangkan tertawa bersama.

Aduh giliran aku yang menjadi bahan perbincangan, nanyain kesan-kesan boncengan san Nenden lah ini lah, itu lah namun aku tak bisa menjawab, diam saja sudah cukup rasanya.

Sedang selanjutnya bakar ikan, namun di dalam ada yang ngobrol, ditato gambar absurd hingga gambar T.I.T.I.T bahkan ada yang sibuk dengan dirinya sendiri, ya main HP gitu maksudnya. Namun ketika makan, ajaib semua orang hadir, dengan makana yang enak tentunya dan peserta terakhir yang makan adalah Ovi namun kerena Ira sama Mira mereka malah asik bermain batu Ceragem. Dan akhirnya dua ikan lain ikut digoreng dan dimakan oleh mereka.


Oh malam yang sangat panjang karena aku cuma diam dan banyak godaan untuk nenden, namun aku tidur karena lelah dan makan ketika waktunya tiba. Oh malam yang sangat panjang karena jam 2an aku baru mau tidur itu juga tidurnya di mobil, dan terjadilah beberapa percakapanyang tak jelas karena mengantuk sangat. Pagi buta kira-kira jam setengah enam ada seorang pemuda yang mengetuk kaca mobil dan Iqbal bangun dan aku setelahnya aku bangun juga setelah shalat, dan beberapa rutinitas yang biasa di waktu pagi lainnya dilakukan olehku dan teman-temanku lainnya semua siap untuk menuju tempat yang namanya curug. Dengan sebelumnya ada video opera sabun dari Hardi di WC. Wkwkw.

Eh iya wilayah yang aku kunjungi itu namanya Kebon Seureuh, mungkin dulunya ada kebon seureuhnya gitu atau apalah itu ceritanya, dan itu terlertak di Sumedang Selatan, sedangkan curug yang akan kami kunjungi itu namanya curug Gorobog, nama yang aneh bukan, semoga saja itu bukan cerita aneh juga yang melatar belakangi kenapa nama itu itu ada. Sebelum kami menuju tempat itu kami maka-makan dan poto-poto di tempat yang namanya Cibingbin, nama yang aneh juga ya? Tapi perlu diketahui moment itu tak akan pernah kami bisa lupakan untuk sejarah kami. Semoga kenangan indah tetap ada.

Setelah cukup dengan makan-makan dan poto-poto akhirnya tujuan awal yaitu curug itu kami jambangi juga, namun sayang ternyata ditutup dan yang paling bersejarah ialah ban motor Kamal itu bocor dan yang memakai Hardi dengan secara bersejarah bannya itu dicopot dan diperbaiki di tukang tambal.

Aduh itu adalah kenangan yang lumayan indah soalnya bisa poto-poto dan mengabiskan waktu dengan secara sewenang-wenang bersama kawan-kawan.

Eh Hardi datang juga dan memperbaiki motor Kamal secara berjamaah hingga baik lagi, bisa dipakai gitu maksudnya, dan ternyata sebuah kejadian adalah suatu sejarah yang akan dikenang dengan banyaknya saksi sejarah membuat kami tahu bahwa teman itu adalah teman itu adanya.

Setelah berembuk akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang dan beristirahat sejenak untuk pulang sebelum meninggalkan kota Tahu itu. Sebenarnya jerih payah telah terbayar dengan udara yang nyaman untuk dihirup pemandangan karpet hijau padi muda yang jarang dilihat di kota Bandung dan air yang dingin dan nyaman menyentuh kulit sudah cukup memuaskan.

Eh tahu ga? Pulangnya Nenden itu tak bersamaku, ya tak apalah. Toh kenangan ini telah menjadi sejarah. Dan indah rasanya bisa mengenal Lina, Leni, Mira, Miratu, Ira, Ika, Ovi, Upit, Bengkeng, Kamal, Lukman, Iqbal, Hardi, Ida, Nurhasanah, Hawa, Nita, Neng Pia, Heppy, Mala, dan Nenden tentunya. Makasih banyak untuk waktunya saling berbagi waktu di hari rabu sore hingga kamis yang indah.

Semoga tali silaturahmi ini masih erat terjalin di hari esok. Amin.

*Diketik di hari Kamis malam dan diedit hari Jum’at dengan senang hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar