Sabtu, 10 Juli 2010

Tertanggal 29 Juni 2010

Ahahahahahahayyy Tahukah kamu aku sedang berada dimana, aku berada di sebuah kamar di daerah Garut, dan perlukah aku terangkan namanya Rancabango. Terima kasih Allah yang Maha Keren telah memperkenalkanku dengan teman-teman yang luar biasa.

Sekarang itu adalah tanggal akhir dari bulan Juni, sebuah tanggal yang genap, dan tahukah kamu bahwa sehari sebelumnya temanku Khaerul Ervan meninggalkan statusnya sebagai orang biasa dan menjadi calon ayah bagi anaknya dan meninggalkan gelar calon suaminya untuk istrinya, namun sayang penanggalan gelar-gelar yang ada dalam dirinya tak bisa kami lihat. Ya tentunya di tempat ia melaksanakan akad nikahnya.

Dua hari sebelumnya aku dapati pesan tentang pernikahanya, tapi bukan alasan untuk tak mendapati ia meninggalkan masa lajangnya, dan itu juga adalah haknya sebagai teman.

Senin tadi, ya senin sebuah senin yang malang buatku karena merasa telah terjadi penolakan yang sangat membuatku susah tertidur di perjalananku menuju Garut. Ditambah lagi perilaku sang kenek yang tak menyenangkan, ya ketahuilah jika uang kembalianku yang seharusnya telah berkurang oleh sang kenek mobil Elp gitu nulisnya atau apalah itu jika tak salah nulisnya Elf.

Malam itu tepatnya jam sekitar sebelasan, aku telah duduk bersila di depan Tugu Intan, bukan untuk menyembah tugu namun menunggu teman dari Rancabango, aku SMS in mereka untuk menjemputku, ternyata lumayan lama aku duduk dan hasilnya aku bosan walaupun jika kau tahu suasana malam itu sangat indah, sang bulan bersinar terang namun bintang tak ramai malam itu. Malam itu sedikit mendung.

Deru motor sering melintas di depanku, banyak yang aku dengar mulai dari seorang bapak bapak yang menawariku untuk naik motornya namun meminta balasan untuk itu tentunya. Setelah bosan dan duduk aku segera berjalan menuju arah Rancabango, namun ketika aku berjalan tiba-tiba SMS datang pedaku untuk menunggu di depan sebuah Supermarket di jalan itu, jalan apalah itu aku tak tahu namanya.

Irsyad datang dengan sebuah motor yang sulit aku hidupkan, oh terima kasih ya Allah yang Maha Keren sekali, akhirnya temanku menjemputku. Setelah membeli beberapa potong martabak rasa keju yang dibungkus oleh kertas dus. Ya motor itupun aku kendarai untuk segera memasuki area pesantren. Kau tahukah aku sangat rindu dengan tempat ini. Disini aku kembali mengingat memori kecil tentang teman.

Dengan sapaan santai ternyata telah benyak teman hadir di ruangan tersebut, ternyata teman ke resepsi pernikahan Khaerul Ervan telah disediakan, menggunakan mobil temanku Andi Ramdani, dan diisi oleh beberapa orang mulai dari yang berukuran kecil ditempati oleh Irsyad dan yang paling besar oleh Butha, ataupun Rusyad apaaa, gitu aku lupa lagi terusannya.

Kau tahu? Jikalau kamu tahu aku sedang mengobrol banyak dengan teman-temanku malam itu, walaupun obrolannya tak sepenting materi perkuliahan ataupun tugas akhir yang aku kerjakan tetap saja itu sebuah obrolan di malam hari ketika pagi menjelang.

Sang pagi akhirnya datang juga. Jikalau kamu tahu pagi itu aku sulit untuk menuju lantai 1 karena malu, Subuh ini aku tak menuju mesjid untuk menshalati mensjid dua rakaat. Tapi akhirya shalat juga dengan berteman sejadah kamar sebelah.

Pagi itu aku terbangun juga, sang langit telah menampakkkan birunya. Oh aku rindu pagi di Garut, seolah aku kembali ke jamanku masih menjalin statusku sebagai santri.

Karena pernikahan ini pernikahan yang pertama bagi Khaerul, mungkin yang terakhir juga jika Allah menghendakinya demikian. Aamiin. Tak tahu celetukan dari siap untuk menghadiahi sebuah alat kontarsepsi, oh jikalau kamu tahu kotaknya itu buatan aku sendiri, dengan dibantu oleh Anggun dan Adam sebagai peniup dari balon itu. Tragis ia harus meniupnya karena omongannya sendiri.

Setelah semua siap, ya maksudnya rombongan tersebut. Ada Anggun, Adam, Andi, Husni, Saya, Icad, Butha, ada juga Seblu sebagi pendatang terakhir di rombongan itu, ada juga Lena, Eva dan Leli dan tak lupa Rivan juga, eh iya ada Zaki dan temannya itu siapa aku tak ingat itu apa namanya.

Berbekal pakaian seadanya mobil itu, Innova tepatnya dinaiki oleh kami ya tentunya dengan seijin pemiliknya. Aduh pusing sekali naik mobil itu hampir-hampir saja aku memuntahkan cairan yang aku minum beberapa waktu sebelumnya. Namun dengan pertolongan temanku mobil berhenti dan aku menaiki motor untuk mencapai daerah pemeungpeuk.

Jikalau kamu ikut kamu pun akan turut senang karena dapat melihat pemandangan hijau yang menyenangkan pemilik mata yang memandangnya, langit yang awalnya biru dan udara segar, sungai yang bersih dan penambang yang keluar dari lubang tambangnya, kata temanku Zaki, Garut punya potensi yang sangat besar untuk segera menjadi raksasa, dan itu aku yakin bisa dengan syarat masyarakat dapat hidup baik. Baik dunia maupun akhiratnya sesuai petunjuk jaman.

Ada nama-nama yang aneh di telingaku ataupun mataku untuk dibacanya, Cisurupan, ada ya nama seperti itu,Ci itu air sedang Surupan apa itu artinya aku mengenal dengan kesurupan, masa ada air yang kesurupan, Cikoneng adalah tempatnya Khaerul Ervan melaksakan resepsi pernikahannya.

Dengan melewati sasak Padengdeng dengan sebelumnya gunung Gelap aku telah lewati. Ban motor itu akhirnya diam juga di depan alun-alun kota Pamenungeuk. Oh udaranya sangat lumayan panas ternyata, seperti yang mereka katakan bahwa Pameungpeuk itu daerah pantai.

Jas hitam dan kebaya orange bersanding mesra di pelaminan itu, sangat indah untuk mengenangnya.
Setelah makan, aduh hiburannya itu lho yang membuat selera berkurang, ada bencong, bukannya mendiskreditkannya tapi yang ini perilakunya itu tak berkenan untuk yang baru menemuh perjalanan jauh.

Eh ada Samsul,seorang teman penghuni daerah sekitar akhirnya bisa berjumpa kembali, ia datang dengan motornya yang kuning. Setelah berbincang lama dengan hujan yang membuat udara panas berkurang kami pun menuju sebuah pantai yang ada di Garut tersebut. Mereka menyebutnya Cilaut Eureun.

Pantai yang indah dan tampaknya belum banyak mengalami kerusakan lingkungan mungkin sebelum Tsunami menerjang pantai itu lebih indah.

Pasir itu tak terlalu putih untuk menyenangkan kami namun bermain bola dan berfoto ria sudah cukup indah bagiku mengisi liburanku ini, namun sayang punggung tak terlalu nyaman untuk menemaniku di liburanku ini karena dengan secara sengaja aku dilempar ke laut dengan posisi yang tak benar dan akhirnya punggungku sakit juga dan malam itu aku lumayan tersiksa karena tidur yang aku alami lumayan menyakitkan.

Tahukah kamu? Kami menginap di sana, dan malam itu aku tak tahu bagaimana keadaan karena aku sibuk dengan rasa sakit di punggungku. Ah sayang.

Pagi itu, ya pagi setelahnya punggungku telah lumayan untuk bersandar di tembok, ya setelah menikmati udara laut pagi itu kamipun bergegas untuk menuju rumah Samsul, karena ada jamuan dan bakar ikan, sebesar bayi, ah sangat besar sekali ikan itu dan harga yang lumayan besar sekali sepertinya. Tapi ada Andi yang cover. Keren.

Rumah Samsul ternyata tak jauh dari tempat resepsinya Khaerul, dengan senda gurau tadinya mau mengajak Khaerul untuk turut serta makan, namun ia sepertinya ada urusan dengan istrinya.

Aduh jikalau kau ada dan merasakan nikmatnya ikan itu, ikan yang dibakar itu, sungguh mungkin kau kan mengeluh akan nikmat yang membuat kepalamu pening sedangkan ikannya masih banyak. Keren sekali.

Sesungguhnya jika dirunut dari awal mungkin banyak kejadian tak tertulis ataupun percakapan yang terbilang aneh untuk ditulis namun ingatanku terbatas sehingga setelah makan itu, ya maksudnya makan-makan itu, aku tertidur karena ingin.

Eh ternyata mobil Andi telah bersih, namun aku tak tahu ukuran kebersihannya seperti apa, Karena mungkin Andi punya ukuran tersendiri seperti para pemilik mobil lainnya. Dan kau tahu dalam perjalanan pulang, cuaca kadang terasa dingin dan kadang terasa panas, dan kaupun harus tahu jika jalan yang kami tempuh itu sangat berkesan untuk dilalui, apalagi ketika beberapa kali mobil harus berhenti karena aku ingin muntah. Tragis namun pengalaman itu sangat indah.

*diketik malam-malam dan diedit juga malam-malam, tentunya dengan senang hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar