Adalah saya yang sedang mengendarai motor pagi ini menuju Bandung,
Leles telah aku lewati beserta razia polisi itu juga aku telah lewati,
pemandangan yang sedikit aneh untuk sepagi ini, tapi itu tak akan
merubah pandangan burukku untuk polisi, mayoritas polisi maksudku,
mereka para sipil yang bersenjata.
Begitu pula Rancaekek
itu akan saya jelang dan ternyata Dinda masih ada di Subang tengah makan
mie, dan segera ia akan ke Bandung untuk mengurusi urusannya dengan
beberapa orang yang ia mendapatkan urusan dengannya, dan tentunya dengan
kuitansinya.
Saya tengah sampai di Suaka, sebuah daerah
yang ada di Cibiru, sebuah Sekre yang selalu saya kenang untuk masa
mahasiswa yang telah saya lewati tanpa kesimpulan yang pasti, saya ingin
mendengar khutbah di mesjid As-Siraj siang ini.
Jalanan
cibiru tengah lengang siang ini, dan begitu pula Dinda tengah ada di
buah batu untuk urusannya yang mungkin ia sangat pentingkan. Dan saya
menuju kesana setelah Jumaahan selesai.
Sepulang dari
masjid saya dapati Dede, ia seorang mantan presma saya dahulu ketika
saya masuk kelas MKS, sepertinya ia tegah gusar kerena baru saja resign
dari pekerjaannya, terkesannnya saja, soalnya perkataanya sepertinya
tidak teratur untuk siang ini, ia tengah bersama seorang perempuan,
mungkin ia itu istrinya, atau mungkin pacarnya, ia dulu kerjanya di
CIMB, tapi itu dulu, saya hanya memberi saran yang mungkin tak banyak
merubah keadaan, mencari kerjalah atau berwiraswasta.
Dan sayapun pamit pada Nasrul dan Salman, juga Hamdan untuk segera menuju Buah Batu.
Dan
itu adalah saya yang telah duduk di halaman Stembi, untuk menunggu
seorang bidadari jatuh dari tangga lantai dua, dan Dinda tengah ada di
halaman lain parkiran sekolah tersebut.
Kami punya
renacana untuk hanya bermain-main di Bandung ini, telah lama saya tak
jumpai Dinda ternyaa hari ini ia pakai celana, saya tak menduganya
sebenarnya, tapi begitulah adanya, dengan dandanan serba hitam ia
terlihat seperti itulah. Cantik sekali.
Sembari menunggu
waktu,menunjukkan jam 3 sore saya mengajaknya mencari panganan ringan di
Buah Batu ini, dan SMU 22 adalah tempat saya sekolah dulupun saya
jambangi saja, semoga ada jus dingin disana, dan tentunya ada Panji
juga, saya masih ada urusan keuangan dengannya.
“Nda tanggal sabaraha ayeuna?” tanyaku singkat.
“Tanggal 13,” ujarnya singkat.
“Pangnandaankeun dina HP, taun engke jadi hari anniversary,” timpalku singkat.
“Najong...” jawabnya sembari tawa terurai.
Dan
saya harap itu jadi kenyataan, tapi jiakpun harus kisah sedih sayapun
akan menikmatinya, soalnnya sudah lama saya tak bersedih, tapi itulah
adanya, saya sangat tahu pilihan kata sedih itu lebih sedikit dari
senang.
Sebenarnya banyak sekali alibi yang saya bangun
siang ini, hanya untuk berdua saja, eh mungkin banyakan dan itu saya
dengan dinda, beberapa malaikat dan ratusan setan sedang ada dipikiran
ataupun pada beberapa hal yang saya anggap itu sangat ghaib.
Dan
ternyata Panji belum datang siang ini, dan para warga teater bohlam mau
siap-siap untuk MOS hari senin esok, semoga saja saya bisa hadir esok,
tapi entahlah, banyak kain di rumah saya soalnnya.
Mesjid
di 22 tengah diam saja ketika koridornya mendapat penampilan baru,
keramik yang baru mungkin untuk menyambut murid baru tahun ini, banyak
sekali penampilan yang lebih hijau di 22 tahun ini, begitupun Dinda
tengah shalat ditemani genderang drumyang ditabuh bertalu-talu.
Da
hari ini saya akan kenang untuk beberapa jam yang singkat, saya tak
ingin membaginya menjadi tulisan mengingatnya saja sudah cukup,
mengingat kalau hari ini adalah hari yang indah, meskipun ke Cimahi
hanya untuk mengisi bensin premium, dan sedikit mengantuk ketika
menjalankan motor menuju pulangnya badan ke rumah di Banjaran, dan itu
adalah saya yang mengetik catatan pagi ini.
*diketik dengan senang hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar