Sepertinya itu adalah saya yang sedang bingung mencari alamat
Cirengit tempat futsal di Garut raya, itu tempat futsal yang tengah
Husni, Udin dan teman-temannya bermain bola. Bola kaki tepatnya.
Setelah
beberapa menit saya mencari tempat tersebut akhirnya saya jumpai juga
tempat tersebut, sebuah daerah yang bisa ditempuh dengan 10 menit
berkendara motor dari Rancabango.
Mereka tengah asyik
bermain bola dengan kaki dan badannya, tawa ringan kerap kali terdengar
merdu di malam Jum’at yang dingin ini, Garut sepertinya tak menampakkan
banyak bintang malam ini, ternyata Zaki telah pulang dari kampusnya di
Malaysia, Zaki itu adiknya Husni, adik kesayangannya. Sepertinya begitu.
Malam
ini mereka sepertinya tengah asyik bermain bola dan saya pun tak
dihiraukannya, saya hanya mendengar suara merdu di telinga saya, seorang
yang mungkin jika pada waktunya akan menjadi cita-cita saya untuk hidup
saya yang singkat.
Ternyata ada Fikri tengah bermain
bola, saya sendirian sangat kaget untuk beberapa bulan tidak bertemu
penampilannya berbeda jauh sekali dari sebelum ia menikahi istrinya, ia
berubah beberapa kilo lebih banyak, dan futsal sepertinya sangat cocok
untuk jadwalnya sebagai seorang suami.
“Ka pesantren heula atuh?” ujarku
“Hampura ke we deui, aya urusan heula,” ujar Fikri
“Wah nyaan teu bisa di pending heula ieu teh?” tanyaku singkat
“Biasa malem Jumaah, nyunahan heula,” jawabnya singkat
“Aiihhh, heureuyna make status KTP euy ayeuna mah,” timpalku
Obrolan
yang singkat diakhiri oleh tawa riang dari banyak orang, ternyata
Fikri menjadi seorang petani hari-hari ini, semoga lancar saja,
diselingi oleh bermusik sepertinya, soalnya ia meminta beberapa
referensi band yang saya tahu, semisal Bloc Party dan Pale saint, Mogwai
dll, semoga saja bermanfaat.
Dan adalah saya yang tengah
mengendarai motor menuju Rancabango, Udin telah pulang mendahului
sepertinya sama akan melaksanakan tugasnya di malam Jumat ini.
Gerbang
pesantren telah tertutup malam ini, dan mi hangat sangat nyaman untuk
dimakan malam ini, sepertinya itu pun diamini Husni, begitu pula Zaki.
Malam
ini Husni hanya main poker onlen saja, sepertinya ia tengah keranjingan
main permainan itu, bermain kartu dengan entah siapa,
“Judi etamah ning, ni?” tanyaku
“Kartu,” ujarnya
“Aslinya ni,” timpalku
“Judi mah teu perlu modal, nupasti mah kawani na,” ujarnya
Entah
sampai jam berapa ia bermain game, yang pasti ketika saya terbangun
subuh sudah datang, begitu pun para jemaah telah hadir di mesjid,
jumlahnya pun seperti halnya saya dulu ketika pertama kali datang,
jumaha yang akan saya kenang, ketika shubuh itu lima shaf, dan itu
sangat keren, karena shubuh di tempatku itu paling banyak dua shaf.
Pagi
ini sepertinya cerah, tak banyak awan putih yang menemani langit Garut,
dan sepertinya hangatnya air sempat terlintas, namun ada janji yang
harus saya tepati di Bandung hari ini. Saya harus pulang.
*diketik sembari senggang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar