Minggu, 20 Januari 2013

Papandayan, Catatan Si Doy

Minggu, seperti biasa orang-orang mengartikannya sebagai hari, bahkan sebagai haripun ia dianggap menjadi jumlah dari 7 hari yang membangun empat jumlah lainnya dalam bulan, ya hari ini hari minggu, sebiasa orang mengartikannya sebagai hari minggu di akhir bulan Desember, dan itu adalah hari minggu terakhir dalam tahun ini, masehi tentunya.

Adalah saya yang akan menaiki gunung Papandayan bersama teman-teman yang saya kenal sebelumnya dan tentunya bersama kawan baru yang saya akan kenal setelahnya.

Pagi ini saya buat tas kuning dengan warna hitam dan abu sebagai padaannya, entah kenapa saya sangat suka abu dan hitam, atau mungkin juga karena adanya bahan-bahan untuk tas ya seperti tersebut tadi. Dan akhirnya tas telah siap.

Tas itu rencananya akan diujicobakan oleh Dian teman saya, tepatnya Dian Mardiana jika menilik nama di phonebook saya.

Sore itu telah saya sampaikan pesanan Azis Muttaqien, seorang teman dari jaringan pers yang saya kenal dulu, ia membuat sebuah tas sebagai ciri sebuah tempat, MKAA itulah sejenis museum yang sering orang pakai untuk mengawetkan sejarahnya dengan lebih elegan.

Dari Pungkur saya melaju ke parakan saat, dimana saya akan memulai perjalan bersama.

Di depan jalan terlihat banyak orang membawa tas yang besar-besar, sepertinya mereka adalah calon teman saya nanti mendaki.

Adalah, Widia seorang mahasiswi ilmu hukum, Prem atau Annisa yang seorang mahasiswa tingkat atas sekali dari Widyatama, Fiersa seorang yang mengambil sastra untuk mengisi hidupnya,  temannya Teh Uci yang dari Bogor, Zul seorang akuntan dari Widyatama dan teman wanitanya, Nadia gitu klo tak salah hafal, jikapun salah saya ingat ia itu empunya beasiswa di Widyatama, Dian dan Wildan pun sudah ada di depan rumahnya.

Dan kami menunggu untuk beberapa saat dua teman kami belum datang, Azie dengan Aldy yang kerap disayangi dengan Adoy.

Kami naik angkot hijau dengan jurusan Cibiru, sepertinya kurang pas untuk identitas, karena penamaan dengan warna kendaraan bersilang lain dari nama jurusannya, tapi itu adalah lumrah, karena tak mungkin jurusan Cimahi itu pengisinya mempunyai ukuran baju m semua, Mahi lah.

Di simpang bundaran kami menunggu Faisal, seorang adventurer dengan hobi yang berbeda dari kaum muda lainnya memelihara burung, maksudnya burung hidup dalam sangkar bukan burung yang selalu dikoarkan dalam On Clinic ataupun toko obat kuat disampng jalanan di Bandung raya, mungkin Faisal sudah punya jika itu mah.

Adapun hal lainnya dari faisal, saya jadi tahu, eh maksudnya mengetahui, jika trangia itu hanya barang biasa aja, dan bukan sesembahan ketika mendaki, dengan anggapan keren jika punya trangia dan bisa bmendaki gunung, ternyata alat buatan faisal lebih keren jika dibandingkan trangia, meskipun kereknya itu Luis Vuitton, keren kan?

ia mengadu soalnnya hobinya dalam memelihara burung terkesan suram, ya memang begitu sih kesannya, tapi saya yakin ia itu orang keren yang sengaja UPI pilih untuk jadi mahasiswanya.

Kami nego dengan supir sudah lumayan lama, dan begitupun hasilnya lama rupanya, dan ketika Husni menelepon kami, kami sedang nego harga untuk perjalanan kami menuju area pesantren Rancabango.

Guntur akhirnya kami jambangi juga, mas Andi dari Jakarta akan ikut kami mendaki gunung Papandayan esok harinya, rupanya waktunya pas. Ia turun dari bus dan ikut elf kami menuju Rancabango.

Rumah Husni menjadi tempat singgah yang membuat kami bersyukur mempunyai teman, teman yang dengan relanya membantu, terima kasih yang sangat besar untuk Husni Muttaqien saya tuliskan, dan mungkin teman-teman lainnya pun demikian.

Husni tengah sakit gigi rupanya, moodnya untuk mengobrol sepertinya tak baik malam itu, dan kami mengobrol dengan ramai saja, hingga tak tahu jika malam akan segera berganti waktu, namun kenapa Widia mandi malam-malam, sepertinya perubahan suhu kotanya membuatnya gerah dengan sangat cepat.

Pagi harinya kami telah sarapan, dan telah siap untuk mendaki, gunung Guntur terlihat indah namun papandayan berkabut, saya dan husni pergi mencarter angkot pagi ini, teman-teman telah siap untuk harinya.

Ternyata angkot telah dibayar oleh Uni dan kami harus berterimakasih untuk bantuannya lagi, dan kami jelang Papandayan.

Hingga cisurupan kami naik mobil colt bunting, dengan duduk saja, semua orang sepertinya menikmati perjalanan ini, hari ini tampaknya cerah, namun itu berbeda dengan 30 menit setelahnya, kabut mulai turun, hujan rintik mulai temani kami dalam jalan berpasir dan batuan yang khas dengan bau belerang.

Sepertinya jika memilih antara naik gunung ketika musim hujan dan musim panas, saya akan memilih musim panas saja, karena dingin lebih menguras tenaga dibandingkan panas hari karena haus.

Di Lawang Angin pun demikian, celana sudah basah, negitupun kaos yang saya pakai, poncopun telah tembus air, dan kantuk karena lelah mulai datang dan sore akan segera kami jelang.

Di Pondok Saladah, kami bisa lihat yang mereka katakana Dead Forest, atau mungkin karena banyaknya tanaman yang mati di sana, dari saya berdiri terlihat banyak eidelweis yang tengah menguncup, jika hari panas mungkin akan segera mekar lagi.

Beberapa yang saya catat sebagai kesalah jika mendaki, sebaiknya membawa bahan yang tahan air dengan sangat banyak karena air itu sangat baik, hingga nanti akan menyerap dengan baik pula.

Buatlah tenda dengan baik, karena sayapun merasakan demikian, mungkin tenda yang saya buat itu kurang efektif sehingga tak ccocok untuk saya buat, sepertinya penasaran saya sudah cukup untuk tenda, saya sebaiknya buat jaket saja.

Jangan jorok seperti menyimpan celana dalam sembarangan dalam tenda yang banyak orangnya, mungkin untuk itu Aldy sangat memberikan pengalaman yang berharga. Catatan ci doy bukan?

Jangan lupa dan panic, sepertinya itu juga yang membuat tas dan semua isinya basah karena panik dan lupa oleh hujan besar yang mendadak menyambangi kami, atau ketika minuman rasa spirtus hinggap di bibir dan menyembur lagi, catatan si Doy lagi kah?

Dan dingin itu perlu dinikmati, seperti dinginnya air yang kami rasakan untuk malam yang membuat kami lebih dekat. Seperti hurup T dalam kata teman.

#diketik sembari senggang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar