Selasa, 26 Juni 2012

Jikapun marah, saya harap tak pakai benci


Saya telah duduk lama di kursi ini, begitu pun layar di MS Word di depan mata saya telah lama kosong, Cuma judul tentangmu yang tetap ada di pikiranku, telah lama aku berpikir, obrolan-obrolan yang kita pernah bicarakan, baik saling berhadapan atau kau ada di belakangku, obrolan yang mungkin kau anggap sebagai angin lalu hingga hanya bayangan yang telah lama meninggalkan tepatnya ketika kita berkendara berdua saja.
Begitu pun gelas berisi air panas telah menjadi dingin ketika saya sentuh kembali, ternyata baru setengahnya saya habiskan.
Di telinga saya sedang berbisik Cholil dari efek rumah kaca berkata, “Tubuhmu membiru.... Tragis..,” ucapnya pelan, sepertinya bukan tubuhku saja yang terkulai membiru dan tragis, tapi rasanya semuanya bagian dalamnya juga.

Aku harap Vampire Weekend menyanyikan I Stand Corrected untukku siang ini, memberikan semangat indah kalau hidup itu banyak teman untuk tetap menganggap hidup itu indah, meskipun tanpa adanya dialog tentang teman.

Jikalau kau tahu siang ini cerah sekali, aku ingin bertemu nenekku yang sangat aku cintai setelah ibuku, ternyata aku sangat matrilineal untuk seseorang yang sangat aku sayangi, beliau tengah terbaring di RSUD Hasan Sadikin, entah mengapa ketika perasaanku kalut, aku menjadi tenang di sampingnya, walaupun ucapannya pasti telah aku tebak, “Sok, sing soleh hidep teh,” ucapnya singkat, beliau jarang untuk berkata banyak di usianya yang renta.

Hari ini banyak pesanan datang, banyak juga yang harus aku kerjakan, namun ternyata pikiranku masih ada dalam dialog tentangmu, tentang ucapan-ucapan yang mungkin sempat membuatmu marah, dan yang aku harap jika pun kamu marah tak memakai benci di dalamnya.


*diketik sembari senggang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar