Rabu, 30 Mei 2012

Malas Menulis

Sepertinya aku sedang malas menulis, malas untuk mencatat, baru saja aku terbangun dari tidurku ternyata Isya belum aku jelang.

Aku sepertinya sedang malam hari ini, malas untuk mengobrol, malas untuk mengingat hari ini ada apa, malas untuk berolahraga.

Aku malas untuk menceritakan pagi ini sangat cerah, begitu cerahnya, bahkan mematahkan ajakan untuk tidur kembali dan beristirahat dari panjangnya hari kemarin, begitu pun ajakan ibuku untuk mendengarkan ceramah pagi ini, ceramah ustad Arif apalah itu terusannya, aku kurang hafal.

Aku malas untuk menceritakan bahwa Pa ustad telah lama telat untuk datang, mungkin dari persiapan penyelenggaranya, PC Persis Banjaran, begitu pun isinya sangat Persis sekali, bab kejamaahan, begitu pun aku malas untuk mencatatnya, aku hanya mendengarkannya, dengan kesimpulan, bahwa ajakan untuk mendapat kartu anggota Persis, tapi seberapa penting mendapat kartu tersebut, walaupun banyak unek-unek untuk Persis, yang aku kira lebih ortodoks dari sistem Ormas lainnya.

Aku malas untuk menceritakan bahwa alun-alun pagi ini sangat ramai dengan para penjual, barang, mulai motor hingga basreng, ternyata banyak kegiatan ekonomi di sana, walaupun Perdanya tertera jelas di setiap gerbang yang ada di alun-alun kota saya, Banjaran.

Aku malas sekali berbicara untuk membuat surat pembaca ke media, soalnya aku kira alun-alun kota aku tetap akan jadi taman kota, begitu pun malam harinya akan tetap jadi ajang prostitusi terjelas yang aku ketahui sepanjang hidupku, dan aku kira akan tetap begitu selama masyarakatnya merasa tidak memiliki alun-alun sebagai ciri dari masyarakatnya.

Aku malas sekali hari ini, sehingga aku tidak segera untuk hadir di pernikahan temanku, sebenarnya kata teman mungkin saja dipertanyakan kembali, memang ia teman seangkatanku dulu ketika di pesantren dan mungkin saja ia tahu siapa aku, tapi saya kurang tahu dia siapa selain nama dan alamatnya, yang dulu aku kenang sebagai tempat rekonsiliasi reuni yang tak jadi.

Inginnya aku tidak malas hari ini, karena hari ini kemacetan aku jelang dengan berkeringat-keringat, begitu pun alamatnya Rika NS aku jelang di Rancaekek, lebih tepatnya di rumahnya, soalnya saya tak tahu apa nama desa yang ia tempati, ataupun nama gang yang harus saya tulis hari ini, begitu pun dari undangannya, lewat SMS dari Rivan saja, menunjukkan hanya rumahnya saja.

Sepertinya kemalasan membuat hasil yang jelas, ketika datang ke resepsi pernikahannya sang mempelai wanita tidak hadir di tempat duduknya, aku kira teman-teman sudah lebih dulu datang dan mungkin sudah pulang, dan aku temukan Dendi dengan baju yang serba kuning emas, keren! Sekedar bersalaman dan ucapan goodluck terucap pelan, dan selanjutnya mengantri untuk makan siang di resepsi pernikahan.

Dan yang aku tahu, ketika makan itu tidak boleh membuat hal mubazir terjadi.

Begitu pun hari ini sepertinya sepertinya aku akan segera pulang setelah bersalaman dengan mempelai nanti, namun sebelum pulang ternyata Wahid dan belahan hatinya datang, Wahid, saya kenal itu sebagai teman yang lebih saya kenal dari pelaku pernikahan hari ini, ia itu warga Cigondewah yang awal mengakunya warga Mahmud, atau apalah itu tempatnya.

Sebenarnya aku sangat malas membahas Wahid itu seperti adanya, yang saya tahu ia itu aktivis HIMA HIMI Persis yang ga jelas juntrungannya, ya maksud saya tak tahu akhirnya, ia akan tetap jadi aktivis atau jadi apa setelah jadi aktivis, dari ucapannya ia berminat jadi sepenuhnya belahan hatinya Lena, ia berminat untuk berbisnis makanan ringan, oleh karenanya itu semoga ia sukses untuk usahanya, berbeda jauh dengan masa lalunya yang kelam di pesantren dulu, yang kerap kali tersingkap dari obrolan semua teman.

Begitu pun lena aku tahu ia itu dari facebook, dan dari group yang telah aku sadari aku keluar dengan sadar, begitu pun lena, ia bertunangan dengan Wahid, namun aku bisa tak datang di harinya, sepertinya aku sedang lupa hari itu aku ngapain saja.

Wahid dan Lena berjalan di depanku, berjalan menuju rumah Riska, yang aku kenal juga hanya dari facebook saja, ia telah menikah dulu, ya maksud saya ia telah menikah dengan suaminya mendahului Rika NS teman seRancaekeknya.
Jika tak salah ia menikah dengan seniornya dulu di pesantren, dan begitu pun suaminya aku kenal ia dengan Hasan, dan aku tak tahu lebih dari ia siapa selain ia suaminya Riska, ingatan dan pengetahuan saya terbatas dari hal-hal itu saja.

Dan saya sedang duduk di rumahnya Riska, di depan saya ada minuman yang saya bawa dari resepsi tadi, dan begitu pun di depan saya ada Ulan, dan siapa itu saya lupa lagi, sepertinya ia juga teman seangkatan saya dulu di pesantren, di samping saya ada Leli, ia itu seorang ibu guru yang belum menikah, ia itu barusan menanyakan apakah saya bawa sampel kaos atau tidak, sepertinya ia harus mengerti saya itu datang menghadiri resepsi pernikahan bukan untuk berbisnis.

Adalah Leli yang saya kenal dulu ketika konsolidasi reuni yang ga jadi, begitu pun ia, saya kenal ia sebagai teman seangkatan saya dahulu di pesantren.

Siang kini telah makin siang, sepertinya aku sedang malas hari ini untuk berdiam lama-lama, dan ternyata teman-teman telah datang, begitu pun kami berjalan untuk menemui sang mempelai, dan teman-teman telah duduk di kursinya ketika saya datang, Danil telah berkemeja, begitu pun Rijal Bejo, dan ada Faisal Icang telah duduk di kursinya bersama istrinya.

Dan aku malas untuk menulis hari ini, esok aku teruskan lagi



*diketik sembari senggang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar