Rabu, 30 Mei 2012

Sembilan belas hari setelah hari buruh

Semisal hari ini, bangun pagi yang indah dimulai dengan mencuci pakaian yang telah baru saja aku dapatkan, dari temanku, sebuah celana jeans yang aku pastikan akan mengkerut, ya begitulah bahannya, entah mengapa sekarang sedang musim celana jeans yang strech, atau bisa melar, begitu pun warnanya sepertinya biru dongker akan berubah sedikit menjadi abu2, dan itu pun yang terlihat sekarang setelah dicuci, warnanya sedikit abu-abu.

Begitu pun dengan sarapan, ternyata, rice warner di rumah saya tidak hidup dengan listriknya, ada yang memutus aliran listriknya, sebuah tangan ternyata telah dengan sengaja mencabut saklar yang ada padanya, dan ternyata membuat imbas yang sedikit saya membuat pekerjaan lagi sebelum makan sarapan pagi ini, saya harus menyangrai nasi tersebut, setelah katel telah siap, saya pun memanaskannya di kompor gas tentunya, begitu pun katel tersebut, sepertinya telah hangat bahkan jikalau dipegang tengahnya mungkin akan panas sekali.

Nasi di piring telah sedia, waktunya untuk menjadi panas telah datang, dan saya pun menyangtrainya, ternyata sang katel sangat panas oleh apinya, begitu pun saya lupa untuk mengecilkan apinya, walhasil ternyata sedikit hangus dan berwarna lain dari nasi sangrai yang biasanya aku masak, pagi ini aku harus sarapan, mungkin hari ini hari yang panjang.

Sepertinya hari yang panjang bukan sebuah diksi yang baik untuk sebuah hari, namun lebih baiknya lagi aku istilahkan dengan hari yang biasa saja, soalnya masehi tetap dengan kategori 24 jam dan begitu pun hijraiah hitungannya tetap pada lima waktu, ya shalat itu tadi.

Sekarang saya belum shalat isya, maunya ingin segera namun saya tertarik untuk menyelanginya dengan menulis, ya maksud saya mengetik, sudah beberapa hari ini saya tidak mengetik, ya maksud saya mencatat, mencatat bahwa hari kemarin adalah hari yang indah seperti biasanya.

Sebetulnya, saya agendakan hari ini mendengar suara merdu di balik telepon, namun sepertinya kalah oleh hasrat untuk menulis, seolah suaranya tertulis saja, begitu pun hal itu, toh aku masih ingat suaranya seperti apa, jadi sepertinya menulis tak akan membuat waktu itu semakin mundur.

Siang ini ada motor yang terus melaju selam kurang dari empat jam tanpa berhenti maksud saya, dan jikalau kau tahu itu motor saya, motor Shogun 125 keluaran dealer tahun 2005, begitu pun dengan bannya, telah beberapa kali berganti, baik ban dalam maupun ban luar, saya sudah lupa berapa kali motor tersebut berganti ban, ataupun saya mengisi bensinnya, jika dulu saya suka mengumpulnya tanda terima dari tiap POM bensin yang saya beli bensin darinya, namun sepertinya saya sudah tidak seperti itu lagi.

Motor saya sudah hangat pagi ini, ya karena saya harus membeli bahan untuk kaos tim pesenan saudara saya, ya itu karena ibu saya terlalu pendek memotong rib untuk kaos tim tersebut, dan alhasil saya harus membelinya lagi.

Bapak saya telah siap[ untuk pergi bersama saya, begitu pun motor saya ia sudah ada di gang depan rumah saya, adik saya membawanya ke sana, sepertinya bapak saya ada panggilan mendadak untuk menuju ke sekolahnya, ya mungkin engkau tahu, selain penjahit saya juga seorang lelaki panggilan antar jemput sembari senggang, ternyata saya senggang hari ini, yaa maksud saya menyenggangkan   waktunya saja, jalanan Banjaran telah ada di depan saya, begitu pun dengan helm yang ada di kepala saya masih warnanya abu-abu, dengan ban yang masih menyentuh jalanan, berdua saja dalam motor tersebut menuju Buah Batu,

Buah batu telah aku singgahi, begitu pun di depan saya banyak anak SMP sedang bernapas, saya tak menghiraukannya, setelah berpamitan saya pun menuju Sukajadi, sebuah daerah yang kerap kali macet dengan kendaraan plat b, saya sangat ingin membuat kaos bertulisan, PLAT B NGAN NGAMACETKEUN LEMBUR di belakang, semuanya bertulisan huruf kapital, dan LEMBUR AING KUMAHA PAMARENTAHNA di depan, dan semuanya dengan kapital juga, saya suka risih dengan orang asing yang suka bawa kendaraannya, buang sampah dan membuat macet kota saya, kota BANDUNG raya.

Borma itu telah ada di depan saya, ternyata menelepon beda operator itu membuat pulsanya berkurang banyak, sebanyak sisi dari pulsa saya habis terpakainya hanya untuk tahu adik saya sedang ada di mana, begitu pun ia sedang ada di Borma, dan saya menghampirinya dan memberikan titipan kakaknya untuknya, saya segera pulang untuk menghadiri resepsi pernikahan temanku Wulan Eka.

Banyak cerita tetang Wulan, ia itu saya tahu dari ibtidaiyah, yang secara saya kan murid yang bodoh pasti tahu klo murid yang pintar itu yang mana, hiks hiks, rasanya sedih juga saya mengakui kebodohan saya, tapi toh itu kan masa lalu, dan sekarang saya tak tahu apa saya masih lebih bodoh darinya.

Begitu pun sepertinya nasib berjumlah lain untuk masih berteman sekelas dengannya, ya maksud saya setelah pindah dari Garut saya sekelas dengannya di tsanawiyah kelas c, entah mengapa kelas itu seperti pembuangan orang-orang gagal, beragam sekali maksudnya, lebih jelasnya beragam kasusnya, ada saja kasusnya teh.

Begitu pun saya sepertinya harus jadi bagian dari beberapa kasus, dan kami pasti tahu akan indahnya kata teman sewaktu di kelas tersebut.

Hari ini Wulan dipinang oleh mempelainya saya tak tahu siap namanya, yang jelas tertulis Jay di bawah janur kuning yang ada di depan pos ojek di Patal tersebut, saya sadar saya sangat terlambat datang, oleh karenanya, sepertinya maaf saja biasa saja, karena nanti akan dimaafkan juga, atau mungkin entahlah.

Inginnya aku ngamplop saja, dengan uang sekadarnya, tapi sepertinya mengkado lebih baik, kado yang biasa saja untuk teman yang baik, ditambah lagi Kamilah temanku menitipkan lagi kadonya untuknya,

Ia serba ungu hari ini, entah mengapa warnanya mayoritas ungu, mungkin ia suka band Radja, hehehe, ia terlihat sangat cantik hari ini, begitu pun esok harinya mungkin, ia kan akan sedikit berubah karena setelah hari ini ia akan resmi dihamili oleh suaminya, dan kemungkinan besar akan menjadi seorang ibu yang keren sekali sangat pisan.

Jika ia baca saya akan tulis,

Jikalau Alloh itu maha tahu, saya harap ia tahu semua keinginan baikmu dan semoga ia mengabulkannya,
Begitu pun jikalau Alloh itu maha besar, maka besarkanlah perutnya, ya maksud saya ia akan segera jadi ibu, jadi tidak hanya ngurusin perut orang, ia kan seorang bidan,
Bagitu pun jika Alloh maha indah, maka saya harap hidupnya indah seperti kata indah ada dalam kamus bahasa Indonesia, tanpa adanya absurditas dan diksi tafsir yang mungkin akan membuat pemaknaannya kabur,
Dan masih jikalau Alloh maha keren, aku harap sebagian kekerenannya ada padamu untuk selama engkau hidup berdua dengan suamimu,
Dan ini jikalau yang terakhir, jikalau saja doa saya tidak dikabul oleh Alloh, saya harap masih ada kesempatan orang lain untuk mendoakan hal yang lebih baik untukmu,
Dan karena kami teman pada waktunya,
Aamiin!

Sepertinya aneh juga doanya tapi entahlah itu sepertinya tulisan yang biasa saya tulis.

Sepertinya jalanan Patal mulai banyak orang yang mau pulang ke rumahnya, sepertinya mereka lelah setelah habis bekerja di pabriknya masing-masing.




*diketik sebelum shalat Isya
*diketik dengan jari semaunya
*begitu pun semuanya tak tertulis dengan detail

Tidak ada komentar:

Posting Komentar