Rabu, 30 Mei 2012

Siang Ini Bandung Cerah Sekali, 2

Beberapa saat lalu jalan otista telah aku lewati, beserta jajaran angkot yang sedari tadi menunggu para penumpangnya, di hadapan saya jalan BKR tengah lengang, tak seperti biasanya tapi itulah yang saya lihat, perempatan BKR- Mohamad Toha terlihat lengang, atau mungkin belum ramai seperti biasanya.

Saya menyebrang setelah jaket waterproof saya saya lepas, gerah sekali rasanya, udaranya mulai panas di Bandung sekarang ini, namun melihat langit cerah, sepertinya rasa syukur sepatutnya terucap, karena jika hujan orang di Dayeuh Kolot sepertinya kurang nyaman dengan agenda Alloh tersebut.

Saya ingin berjalan panjang hari ini, hingga dayeuh kolot jika bisa, dan nyatanya pasti bisa.
Kau tahu musium apa yang ada di depan saya, itu namanya musium Sri Baduga, saya tak tahu pasti mengapa namanya seperti itu, seperti nama seorang perempuan, hal itu dibuktikan oleh beberapa teman wanita yang ada di kampus ataupun beberapa saudara yang bernama sri, mereka perempuan, atupun mereka itu bukan perempuan, entahlah juga, saya tak pernah lihat apa yang ada di balik pakaian mereka selama ini, atau mungkin meraka itu mengaku-ngaku aja jadi perempuan.

Di depan Sri Baduga sedang ada panggung dan tenda yang besar, sepertinya akan ada acara yang akan berlangsung, atau mungkin juga telah berlangsung, atau mungkin juga sudah selesai, dulu saya pernah iseng bersama teman main ke Sri Baduga, musium yang keren menurut saya, ya seperti khalayak ramai itu menyebut musium, dengan berbagai benda di dalamnnya, menjadikan kita tahu beberapa benda itu sangat bersejarah.

Dan di depan saya itu dulunya itu pom bensin, namun entah mengapa sekarang tak beroperasi lagi, mungkin karena BBM nya naik, ataupun entahlah apalah itu alasannya mereka menutup POM tersebut.

Dan berikutnya itu markas Pemuda Pancasila, beberapa orang sangat tahu apa itu Pemuda Pancasila, mungkin mereka sangat nasionalis sehingga mereka berani memakai lambing negara sebagai identitas mereka, tapi mengapa harus loreng hitam orange, tidak seperti warna nasionalis yang merah putih, atau mungkin mereka itu anak jurnalistik uin yang menyamar, soalnya meraka itu suka warna teresebut, atau mugkin juga The Jak yang berpura-pura jadi Pemuda Pancasila.

Yang saya tahu Pemuda Pancasila itu memungut retribusi kepada para pedagang di beberapa daerah, bahkan seorang pemborong proyek jalan, sempat marah-marah di Koran PR soalnya ia terus dimintai uang pajak jalan oleh Pemuda Pancasila dan BBC.

Mereka itu ormas, atau organisasi kemasyarakat, atau mungkin  juga preman yang terorganisir.

Selanjutnya jalan Mohamad Toha saya jelang, di sepanjang jalan banyak sekali orang memperbaiki jalan, ya maksud saya membuat gorong-gorong di sepanjang jalan tersebut, yang saya anehkan kenapa harus di musim hujan, bukan pada musim kemarau ang airnya sedikit, atau mungkin mereka sukanya pada masa air merlimpah sehingga gorong-gorong cepat basah, basah seperti waktu banjir dadakan menyerang semen padat.

Tapi itulah beberapa rizki bagi mereka yang melaksanakannya, toh semua ada alasannya, begitupun saya yang menganggap aneh atas fenomena tersebut, alasannya juga sangat sepele, saya tak bisa berbuat apa-apa selain mempertanyakannya.

Tak terasa gedung BPK dan jalan kurdi telah saya lewati, dan saya jelang jalan paling panjang di kota Bandung, jalan Soekarno Hatta, jalan yang sangat gersang menurutku, berbeda jauh dengan jalan Aceh atau Cipaganti, yang ademnya belum bisa dikalahkan oleh jalan lain.

Di jalan Mohammad Toha sedang ada razia kali ini, banyak pengemudi motor memutar arah ketika melihat polisi, entahlah mengapa mereka seperti tak punya wibawa, atau mungkin mereka hanya preman yang menyamar, dan seperti itulah anggapan saya, saya tak percaya polisi memberikan efek positif jika sikap arogansi masih ada di akar rumput organisasi mereka.

Banyak masalah klasik untuk polisi mulai apalah hingga itulah, semuanya seolah jemu dengan masalah yang hampir sama tak punya akhir.

Ternyata jalan-jalan itu membuat cape, seolah lama berjalan, padahal baru dua jam saya berjalan, tak terasa Palasari hampir saya jelang, dan itu membuat saya ingin membuang air kecil dan walhasil karena tak ada WC terdekat akhirnya saya harus bersembuyi untuk buang air kecil dan oleh karena itu saya baru sadar kenapa banyak supir Angkot dengan seenaknya buang air kecil di samping jalan, mereka itu pasti kebelet seperti saya.

Dan Palasari saya jelang dengan menghirup udara coklat khas PT ceres, penghasil polusi udara paling mengenakkan untuk saya, namun entah untuk mereka yang setiap hari harus menghirup bau coklat.
Dan palasri saya jelang untuk makan dahulu.

Enak juga rasanya seelah beberapa jauh berjalan, dan selanjutnya masakan khas padang sembari istirahat. Dan teh dingin sebagai penghilang dahaga telah habis.

Jalan ini masih tidak seramai biasanya. Begitupun suara yang saya kerap dengar tak terdengar dari speaker handpne saya, inginnya saya dengan sekarang.

Begitupun sura itu terus terdengar, dari Palasari hingga Dayeuh Kolot menjelang, dan ditutup oleh habisnya baterai handphone dan magrib saya jelang di depan POM bensin Dayeuh Kolot.


*diketik sembari senggang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar