Kamis, 06 Desember 2012

Mari berpulang dengan tenang


Beberapa saat yang lalu sudah lima tas saya buat, lima tas abu-abu sisa bahan dua tahun yang lalu dam sekarang sudah malam rupanya, malam yang singkat kurang dari empat jam lagi saya pasti dibangunkan karena harus sahur, sedari Isya mama sudah mulai memasak persiapannya untuk sahur pagi nanti, sekarang malam Jumat, tanggal delapan Muharram.

Muharam itu mungkin sebuah bulan yang banyak haramnya, atau mungkin banyak halalnya juga, ya seperti barusan baru saja saya sadar bahwa ini malam jumat, atau mungkin sekarang sudah Jumat lagi, sebuh tanggal untuk dirayakan, Jumat yang agung, saya ingin menulis saja di malam yang sepi ini, sepi sekali, hingga kadang sura kucing-kucing yang saya tak masukkan rumah terdeengar jelas sekali suaranya, malam hari memang punya banyak misteri.

Sudah beberapa menit saya mengetik ternyata banyaknya tenaga yang keluar membuat saya mengantuk, dan esok saya akan bangun pagi, jas hujan sudah menunggu untuk dibuat dengan bahan parasit, kakak sepupu saya pesan ukuran, ia ingin melihat ukurannya, dan saya yang membuat empat ukurannya.

--------------

Adalah pagi, ya bukan seperti pagi seperti biasanya, saya sudah bangun dengan perut yang terisi sehabis shubuh kami makan-makan, sekarang sudah tanggal 9 Muharram tepatnya, ya seperti tanggal yang sama sebelumnya biasanya sekeluarga berpuasa, dan esoknya juga seperti itu.

Pagi ini saya membuat jas hujan sebanyak empat buah, berbahan parsait merah ati dengan bawahan abu tua, awalnya ingiin menggunakan warna hitam untuk bawahan tapi sepertinya muatnya untuk celana saja, dan seperti itu juga, jas hujannya belum jadi, soalnya saya sekarang tidak menjahit, dan saya baru beres untuk atasannya saja, inginnya saya pulang dengan perasaan tenang, tapi sepertinya saya tahu rasanya, jika sanksi sosial itu lebih menyakitkan dari sanksi manapun, terkucilkan bahkan membuat beberapa orang gila.

Entah mengapa saya merasa diabaikan, mungkin karena jarak yang terbatas tempat saya memakluminya, begitupun sepertinya urusan duniawi yang terus saja membuat otak saya berfikir keras, bagaimana satu juta dalam seminggu itu bisa ada di tangan, dan saya harus membuat persediaan bahan yang saya telah kumpulkan untuk menjadi barang, seperti hari ini dan kemarin.

Saya harap untuk Desember itu lebih bisa menikmati keadaan saya yang sering bingung, dan saya harap bingungnya dalam kesenangan, senang ketika merasa sedih sepertinya terkesan keren, karena bisa merasakan kesedihan sepertinya itu memebuat saya lebih manusia, dari pada saya harus berhadapan lebih dari lima jam dengan beberapa mesin jahit  yang sering saya pakai.

Mesin sepertinya membuat saya lebih tahu bagaimana sistematika yang lebih efisien, atau mungkin efektifitas, dan saya tak tahu banyak dengan hal-hal yang saya tak tahu, tak tahu esok apakah saya masih bisa menjahit, karena sebentar lagi saya akan menjahit jas hujan yang belum beres tadi. ataupun setelah titik di paragraf ini saya seperti apa, masih bisakah pulang dengan tenang?



#sembari senggang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar