Senin, 23 Januari 2012

Perihal mahasiswa

Menjadi mahasiswa mungkin menjadi sebagian cita-cita sebagian orang, dengan banyak alasan tentunya, mungkin untuk edukasi sebagian besar tujuanya, ya karena itulah dasarnya, adapun motif lainnya dari jenjang kuliah yang ia capai, semulai dari D3 hingga S3 semuanya mempunyai jenjang yang telah ada aturannya tersendiri.

Mahasiwa, saya awalnya aneh dengan kata mahasiswa, ya tentunya setelah sebelumnya menjadi mahasiswa lebih dulu, sadar tak sadar istilah itu seolah menjadi beban karena stigma yang hadir itu, ‘agen perubahan bangsa,'

Ada teman yang memaparkan kalo kata mahasiswa itu hanya hasil dari budaya hiperbola dari proses edukasi, sebagai perbandingan, untuk masyarakat awam itu ada guru, sedangkan untuk mereka yang ego untuk dihormati lebih itu mereka panggil itu mahaguru, ibarat ilmu padi memang semakin tinggi ilmunya maka semakin tinggi pula derajatnya dan korelasi selanjutnya itu ego atas penghargaan maka muncullah mahaguru.

Begitupun untuk mereka para siswanya, mereka mengklaim bahwa mereka harus lebih tinggi dari siswa lainnya, mereka lalu mengklaim mereka itu mahasiswa, sebagai strata baru di masyarakat dunia pendidikan dan melebar menjadi pekerjaan, seperti yang tertulis dalam KTP bahwa mereka itu pelajar namun karena mereka itu lebih dari biasanya mereka anggap itu suatu yang ‘maha’ lalu dengan ijin masyarakat mereka menjadi mahasiswa.

Jikalau menilik pada arti kata siswa sendiri, artinya itu orang bdoh yang harus diajari, atau perlu diajari, baik itu hal, nilai, dan norma maupun ilmu eksakta ataupun sosial, harus diajari, sehingga secara tersirat dan tersurat mreka itu menjadi sebuah pekerjaan yang tergolong muda dan rentan dengan segala penyimpangan atas ilmu yang diserapnya.

Sebagai studi kasus, masyarakat itu tidak menyebut anak SD itu dengan pelajar SD, tetapi siswa SD, sehingga dengan kata lain kategori siswa itu sangat lah muda, baik secara fisik, psikologi dan ilmu.

Sedangkan kata ‘maha’ sendiri mempunyai arti yang sangat melebihi suatu hal lainnya, sehingga ketika keterbatasan pengungkapan atas sesuatu yang lebih dari biasanya mereka panggil maha.

Setelah diartikan perkata yang mempunyai makna sama, maka dapat disimpulkan kalau mahasiwa itu orang yang sangat bodoh sekali yang harus diajari, mulai dari norma, nilai hingga ilmu yang menjadi konsensus sebuah masyarakat.

Sadar tak sadar mungkin itu jikalau diartikan perkata, namun jikalau kata mahsiswa itu sebuah artian baru, yang bukan terdiri dari dua kata, maka akan beda lagi artinya.

Mahasiwa itu belajarnya sejak dulu sudah pakai sistem semester, atau enam bulan pembelajaran, tapi setelah saya jalani terntaya kurang dari itu. Dan sisanya itu tak jelas, mungki karena saya itu kuliah di UIN tak tahulah bagi mereka yang kuliah di universitas lain, mungkin mereka lebih menderita daripada saya, hingga semester sembilan ini untuk D3 saja saya belum lulus dari genggaman status mahasiwa.

*diketik dengan senang hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar