Senin, 23 Januari 2012

Buat UIN

Saya ini mahasiswa yang mungkin hampir DO, ya mungkin juga tidak, sebenarnya banyak sekali unek-unek tentang kampus UIN ini yang dulu saya kenal dengan IAIN, dan mungkin setelah saya masuki, semua infrastruktur, kurikulum, pengajar, dan kurikulum masih IAIN.

Saya tahu tempat ini dari teman PA (red-Pecinta Alam) saya, yang memperkenalkan saya dengan UIN, menjuruskan saya yang homo ekonomikus ke jurusan D3MKS. Sebuah jurusan yang masih merangkak sebagai jurusan yang mumpuni di kelasnya, maaf saja aku kategorikan demikian karena kurikulum banyaknya repetasi dari tiap semester ke semester, jikalau main ke jurusan manajemen yang lain di universitas yang lain ternyata kurikulumnya berbanding jauh, mereka lebih kuantitatif sedangkan kami, kualitatif pun masih gamang.

Yang aneh di kampus kami itu, kami diajarkan ekonomi yang berbasis syariah, sedangkan para pengajar kami dibayar oleh bank konvensional yang syarat dengan ribawi.

Aneh sekali kampus ini, pada awalnya aku kira banyak sekali raksasa tidur dengan mimpinya yang tinggi namun efek politik senantiasa meninanabobokan hampir semua raksasanya, aku kira problemnya Cuma satu, yaitu adanya organisasi ekstra yang masuk kampus, setelah beberapa tahun memperhatikan aku pun mulai jengah, sepertinya kekotoran mereka telah menjadi kemutlakan dalam berpolitik.

Fakultas ini oleh ekstra mana, dan senat ini oleh ekstra mana, begitulah yang tersirat, itu contoh kecil.

Dan sekarang itu contoh besarnya, hampir semua pendidikan organisasi ekstra yang saya kenal itu pendidikanya dogmatis, dan bertahap, setiap tahapan mewakili tingkatan yang harus ia kuasai, tahap 1 biasanya kuasai kampus, ya itu semisal jurusan, dan senat setempat, tahap keduanya kuasai wilayah, semisal wilayah Bandung, Kabupaten Bandung, ataupun jabatan asal mahasiswa itu berasal. Dan tahap ketiganya kuasai pimpinan pusatnya, yang ini tahapnya lebih bahaya lagi, menguasai Indonesia, terkesan hanya ambisi yang terlihat, wajar saj jikalau , profit yang dicari itu keuntungan. Mulai dari beasiswa, pengaruh, ilmu mungkin, teman yang mungkin bisa membantu, pengalaman, pacar mungkin, dan beragam keuntungan lainnya.

Setiap semester beasiswa biasanya muncul dari seniornya yang terlebih dahulu menjabat direktorat, bahkan klo mau jujur-jujuran seolah-olah setiap semesternya jatah beasiswa terlanjur dikucurkan buat mereka-mereka tukang demo, mungkin untuk meredam, tapi lihat hasilnya.

Untuk demo banyak sekali cerita yang saya tahu, mungkin banyak yang tidak sadar kalau yang demo itu terkesan mulia, tapi dekati lebih dekat, ada saja yang berbau alkohol, mulai dari kasus MUSEMA tahun 2010, hingga kemarin bangunan yang rusak akibat pelemparan batu baterai yang aku lihat sebagai pemicunya, dan yang aku curigai para mahasiswa belum tahu apa sisa botol buat mabuknya masih disimpan di ruangan sekre masing-masing.

Tentang keberpihakan, kebanyakan setiap organisasi kampus terkesan berpihak, semua dapat terbaca dari background organisasi ekstra yang ada di belakangnya bahkan PR III yang kemarin mengundurkan diri, yang aku tahu ia sangat berpihak pada salah satu pihak jikalau ada demo. Dan jikalau mau tahu, semua itu seolah menjadi mafia yang terlihat jelas dengan jaringan organisasi ekstra, mungkin tujuannya mereka maunya bagus, namun klo hemat saya sebaiknya mereka melakukannya di luar kampus UIN.

Satu cerita tentang demo Dies Natalis 25 IAIN, pada siangnya itu para organisasi ekstra sibuk dengan demonya dan hampir berbuntut rusuh, dan pada saat itu, Jatnika Sadili berjanji pada esok harinya akan membawa massa yang lebih besar lagi. Namun ternyata esoknya sangat sepi untuk kegiatan demo, setelah mengobrol dengan teman yang sekarang jadi ketua umumnya, jawabnya, “Apakah salah seorang kakak memberikan uang pada adiknya” ujarnya membela diri, yang aku anehkan mengapa mereka mau menerima uangnya pada saat esoknya mau demo dan hasilnya demo pun tak ada.

Semoga UIN lebih baik lagi dengan mahasiswa yang baik pula, dan tanpa organisasi ekstra.

*diketik dengan senang hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar