Senin, 23 Januari 2012

Perihal Reunian

Pagi ini, saya tengah duduk di hadapan komputer saya dengan ditemani susu putih berbentuk cair di dalam gelas yang lumayan besar, dan siap-siap menulis sebuah kejadian yang telah lama menjadi sejarah, tepatnya beberapa hari lalu hitungan jari tangan pun belum habis.

Ini tentang acara reuni, tepatnya beberapa bulan yang lalu, jikalau tak salah pertemuan pertama mengambil jeda lima bulan lebih beberapa hari dari dateline acara reuni yang jatuh di bulan Juni, tahun ini tepatnya.

Malam itu telah berkumpul banyak orang di ruangan sempit di Jatinagor, tepatnya ruangan itu pula yang jadi alamat patokan untuk sekretariat acara reuni seperti yang teman lihat dalam amplop undangan reuni dan beberapa lampiran lainnya yang bisa kita baca bersama-sama.

Di situ tengah kumpul, Muttakin Brother, maksud saya Rivan dan Husni, yang awam disapa sayang oleh temannya Wiwiw Danyo dan Bonot, hadir juga Rais Alfatoni, saya sendiri, Kahfiana, dan untuk terakhir datanglah Anggun Pramudya di sela-sela injury time. Tentunya berkumpul bukan karena agendanya bermain gapleh hingga esok lusa, ya mungkin itulah kenapa Rivan selaku empunya ide untuk berkumpul bersama-sama, tentunya juga bukan untuk kumpul kebo, melainkan untuk sekadar berbincang hangat tentang kenangan dan memori yang akan terulang kembali.

Saya hampir lupa, siapa saja yang datang sebenarnya yang pasti itulah yang saya ingat, namun jikalau ada yang belum diabsen segeralah protes pada saya yang menulisnya.

Awalnya kumpulan dijadwalkan setiap minggu pada hari apa gitu saya juga lupa lagi, dengan agenda sebuah kumpulan tentang reunian dan sebuah kajian tentang apa saja yang mungkin dapat didiskusikan, tentunya berbagi ilmu dan sudut pandang tentang suatu hal, diskusi pertama terbilang sukses dan selanjutnya molor, lagi dan lagi.

Sebenarnya jikalau dibilang tak ada hasil, kumpulan tersebut membuahkan hasil, namun hasil yang kurang maksimal, untuk saat ini tak perlu menyalahkan siapapun karena semunya telah menjadi catatan tertulis dalam sejarah lisan. Organigram telah ditunjuk, dan siapa pegang apa dan siapa kerja apa telah tersusun.

Dan yang pasti semuanya tinggal jalan saja. Entah kenapa semuanya seolah makin absurd saja, dengan banyaknya kepentingan pribadi dalam perihal reuni yang membuat semuanya ‘kacau balau’, maaf saja saya istilahkan demikian karena sebetulnya saya kira perihal reuni itu hanya main-main saja.

Setelah beberapa Minggu kegiatan kajian ilmiah itu terhenti, barulah ada kabar, namun aku lupa teksnya, yang pasti menerangkan kumpul lagi. Untuk merencanakan reuni lagi tentunya.

Kali ini acaranya yaitu survei, dan ini yang aku tidak terlalu sukai, yaitu memakai kendaraan bernama mobil di jalan yang sangat lurus sekali pisan sangat belok-belok. Shit!

Namun hari itu ternyata batal dan hitungan jam kemudian acara itu dilanjutkan, ya maksudnya ke Pameungpeuk untuk melaksanakan survei yang sangat berkesan, oh iya sebenarnya ada alasan jelas kenapa survei itu diundur. Kau tahu Rahayu Wikarman, itu loh seorang mahasiswa keren yang ikut hima Persis itu loh, seorang yang sangat keren lah jika kau tahu, dan hari itu ia menikahi anak orang dan mungkin untuk hitungan hari berikutnya ia akan menghamilinya juga.

Ia itu menikah di Cisompet ‘coret’ yaitu sebuah tempat yang tidak dikenal sama sekali olehku, ya mungkin itu karena baru pertama kalinya aku ke sana, jujur saja aku sendiri sangat kagum kepadanya, demi cinta ia menempuh jarak yang sangat jauh dan berliku, dengan jalan terjal dan arena yang sangat kental dengan unsur hutan entah berantah, semoga engkau menjadi ayah yang sangat keren untuk anakmu dan suami yang bertanggung jawab untuk istrimu yang cantik itu.

Pertemuan itu tak beberapa lama, setelah berbincang sekedarnya perjalanan dimulai lagi.
Perjalanan ulang serasa lebih cepat karena tidak merasakan baunya kopling yang terbakar dengan arena yang menurun sepanjang jalan, dan jalan raya kami jelang lagi.

Pantai itu belum kami pijaki, di mobil telah penuh sesak, ada Udin, yang kerap dipanggil dengan nama Fahrudin atau Pehul, ada Anggun, ada saya, Bonot, Rifky yang sebetulnya namanya sangat indah namun disayangi dengan nama Seblu, ada Irsyad, ada Danil, ada Danyo, dan Wahid, Ahmad dan.

Dan kami jambangi rumahnya Wawan yang kerap disapa Junteng, entahlah kenapa pula ia dipanggil demikian, namun Samsul tak kami jumpai, entahlah padahal ia sangat dekat.

Dengan prosesi seperti biasanya, yaitu istirahat dan esok harinya telah siap untuk menengok pantai yang kerap menjadi perbincangan banyak orang, akan keindahannya, tujuan utamanya yaitu survei, di LAPAN, sebuah arena untuk melaksanakan acar reuni terebut, dan jikalau kau ingin tahu semua gambarnya ada di surat undangannya.

Indahnya pantai ternyata tak sebanding dengan deburan ombak yang hadir menemani kami, walaupun sempat disekat oleh hujan sesaat rasa ikan di pantai itu sempat membuat kepala pening dan perut yang terisi untuk sekedar tertidur pulas di saung itu.

Akhirnya tercetus Rivan sebagai sihobul maksud untuk acara ini, dan kemudian cara pun terbentuk lebih baik dengan tugas yang terperinci pula, tinggal memberikan undangan tentunya dengan sebelumnya pemilihan logo yang pas untuk acara tersebut, walaupun gambar saya yang dipilih tentunya dengan banyak sekali perombakan yang tak merubah suasana.

Dengan banyaknya kumpulan selanjutnya awalnya saya optimis sekali reuni ini akan berlangsung dengan baik. Namun aku bersikukuh untuk menyiapkan second plan untuk acara tersebut, namun semuanya tetep pada satu acara, tanpa adanya acara lain jika acara ini gagal. Pameungpeuk adalah prioritas.

Selanjutnya adalah kumpulan-kumpulan di Sukajadi, dengan banyaknya kue aku sangat nyaman untuk mencobanya. Dan santapan yang lainnya pula, kumpulan selanjutnya lebih baik lagi, ada Dian Asmuni, Leli, dan Linati, dan Lena, dan ada Rika Mustika Riani hadir, dan beberapa orang lainnya yang telah terabsen di beberapa paragraf atas tulisan ini.

Dengan banyaknya evaluasi aku makin optimis, namun tetap saja Pameungpeuk menjadi prioritasnya, dan kamipun demikian, karena keputusan bersama itu rupanya yang lebih berpengaruh.

Hitungan hari semakin dekat dengan cara reuni itu, sebuah acara yang kami jelang dan evaluasi terakhirpun kami selenggarakan di Rancaekek tepatnya di rumah Rika satunya lagi, Rika NS, maaf aku tak tahu NS itu apalah juga singkatannya atau apalah itu yang membuatnya menjadi NS.

Namun aku tak sempat untuk berlama-lama selain menginterogasi pacarnya Rian, sehingga rapat aku hadiri beberapa menit dalam hitungan jam. Akupun pulang bersama orang paling besar IQnya seangkatan kami, dengan motor tua keluaran 2005, aku bersama Irsyad pun pulang tentunya dengan beberapa hal yang kami evaluasi, karena arah reuninya sepertinya makin absurd saja.

Setelah sampai di Buah Batu mengantar ayahku ke undangan, smspun aku sampaikan ke Rivan, ternyata acara reuni itu dipending untuk waktu yang belum ditentukan.

Ternyata, membuat acara itu sangatlah sulit, bahakan untuk niat baikpun sulit sekali, untuk sekedar saling mengenalkan seangkatan, saling bertegur sapa, dan membuat memori indah bersama-sama.
Namun yang lalu biarlah berlalu, esok masih panjang dengan mimpi indah yang harus dilaksanakan menjadi kenyataan.



*Ditulis pagi hari menjelang siang dengan senang hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar