Selasa, 10 April 2012

Untuk menulis hari Sabtu dan Minggu

Beberapa jam lalu, masih berupa kertas kosong yang atau lebih tepatnya halaman yang masih kosong saja, belum tahu harus memulai dari mana cerita pendek ini, cerita di hari Sabtu dan Minggu yang membuat beberapa pemikiran saya berubah.

Saya kira, saya ini orang yang paling terlambat datang dipagi itu, pagi Sabtu yang cerah di bulan Desember, Commonroom sudah saya jelang, dengan jarak yang lumayan jauh juga, jika Banjaran hingga Buah Batu saya tempuh dengan 32 kilometer dan mungkin jika ditambah lagi Buah Batu ke Dipati Ukur mungkin ditambah 10 kilo lagi untuk menggenapi jarak yang saya tempuh untuk datang ke Commonroom.

Ternyata saya tidak terlambat, karena workshop tersebut belum dimulai, dan untungnya saya bukan orang yang paling terlambat, picik juga pikiran saya, masih terlambat tetap merasa untung.

Acara workshop tersebut, ialah kerjasama Pemerintahan Kota Bandung dengan Commonroom dan The Illuminator, dengan fokus pembuatan desain, produksi dan pemasaran merchandising band. Pokoknya lebih tepatnya semua tentang merchandising band, tapi lebih fokus pada band yang sifatnya underground atau lebih tepatnya metal dan sejenisnya, pokoknya unrated di masyarakat awam, soalnya stigma yang dibangun ialah kesan yang keras, cadas, sadis dan kekejaman.

Commonroom, ialah ..... apa ya? Saya sendiri tak tahu secara detail apa itu Commonroom, ya sepertinya seperti organisasi NGO atau LSM aja yang biasa ada di Bandung dan bergerak dalam bidangnya, apa ya bidangnya? klo diringkas, tentang kreatifitas pokoknya mah.

Dan pemerintahan, ya pemerintahan pada awamnya, yaitu donatur uang lah untuk kegiatan-kegiatan seperti itu, ya seperti pemerintahan yang memerintah saja, namun ini perintah yang enak menurut saya, belajar.

Dan The Illuminator ialah kelompok ilustrasi skala nasioal dan internasional yang keren sekali.

Acara workshop dimulai dengan bagaimana membuat sketsa, namun terlebih dahulu membuat riset seperti apa klien kita, pokoknya seputaran klien kita, kita? Lebih tepatnya target, soalnya itu saya berperan sebagai saya saja. Dalam mememuhi permintaan klien sebaiknya mengetahui karakter yang ada dalam klien semisal, aliran musik, karakter bermusik, bahkan mungkin keinginan yang lebih spesifik dari klein seperti ingin ini ataupun ingin itu.

“Memang sih terkesan kejam, namun gambar kami tak lebih kejam dari mereka yang melakukan kekejaman lebih nyata dibanding gambar,” ujar kang Dinan.

Dalam workshop tersebut diputuskan untuk memilih band yang memiliki aliran deathcore, dari penjelasan om, bang, kang atau apa ya? Saya harus menulisnya, mending kang Dinan saja, ia memutuskan bahwa tema yang diusung ialah teologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari ketuhanan, tuhan? Awalnya saya bingung bagaimana menggambarkannya, sangat absurd sekali menggambarkan tuhan, menggambarkan? yang manusiapun tidak diperkenankan untuk melihatnya, namun ketika sub tema mengacu pada agama, ternyata yang digunakan ialah simbol-simbol agama, dan yang menjadi fokus simbol agama pagan.

Aduh! Saya sepertinya habis babak belur dalam urusan menggambar tangan, sepertinya gambar saya yang paling amburadul, aduh menyedihkan sekali saya, tak pede dengan karyanya sendiri.

Setelah didapat sketsa gambar maka gambar ditransfer ke komputer, ya maksud saya ke program yang mendukung untuk proses selanjutnya, yaitu inking, karena sketsa yang ada dalam gambar kertas masih berupa garis halus, sehingga selanjutnya dibuat garis yang lebih tegas dalam photoshop, ada anekdot menarik, “Selama ada photoshop tak usah takut wajah goreng, karena semua masih bisa diedit,” ujar orang di samping saya, benar juga. Dari garis yang terkesan semena-mena, ternyata setelah dibuat garis tegas, gambar lebih terlihat jelas.

“Enaknya pake pen tablet aja, biar lebih gampang,” kata Ridwan Bulldog.

Selanjutnya garis tersebut diwarnai, atau lebih tepatnya coloring atau pewarnaan dan shading, sehingga diketahui bagaimana membuat warna yang diawali oleh warna tua dan diakhiri oleh warna terang sesuai arah pencahayaan yang dipilih untuk gambar tersebut.

“Klo mau mewarnai liat aja cermin, jadi tau arah cahaya sama sudut pandangnya,” kata Bobby disela-sela ia mewarnai

“Geus lila nya bob?” kata Dinan

“Heeuh euy,” timpal Bobby sembari terus mewarnai

Selanjutnya, ialah kami hanya memperhatikan sedangkan yang lain menggambar saya memilih untuk menulis saja, soalnya saya taluk untuk gambar ilustrasi seperti itu, saya mending pakai gambar blok dari corel dan hidup vektor!

Sayapun pulang di hari Sabtu, ditemani gerimis dan malam ini akan ada gerhana bulan, sepertinya saya harus menyolatinya.

Bangun pagi di hari Minggu memang terkesan menyenangkan, ternyata tidak terlalu menyenangkan, karena saya kesiangan, maaf sepertinya paragraf ini tak penting.

Jika tak salah saya sampai di Commonroom itu 09.51 atau lebih kurangnya tergantung jam masing-masing yang dipercayai itu menunjukan waktunya, ah panjang. Dan ternyata acaranya juga belum mulai, melihat jadwalnya sih jam sembilan, namun sepertinya ngaret lagi.

Acara dimulai dengan meneruskan bagaimana coloring dihari kemarin, dan kemudian ialah menyablon, jujur saja, dari semua rangkaian selain pembagian baju, proses penyablonan ini yang menarik, terlebih lagi menggunakan cat sablon minyak, sering disebut plastisol atau apalah itu nama aslinya, pokoknya keren ternyata tak asal sablon saja, harus presisi bagaimana menempatkan gambar, jika melenceng sedikit saja maka silahkan dapatkan hasil gambar yang nyengsol.

Setelah disablon diteruskan dengan dikeringkan, saat itu menggunakan hot gun atau apalah itu namanya bisi salah nulis, dan selanjutnya terlihat kepulan asap tipis disela-sela gambar, dan bau seperti yang sedikit terbakar.

Menarik, sungguh menarik karena menggunakan meja banting, disebut meja banting karena ya memang gampang untuk dibanting, apalagi jika orangnya suka membanting meja, kayaknya cocok.

“Klo kualitas kita bagus, kita ga usah cari-cari konsumen, biar konsumen cari-cari kita,” ujar Popo

Meja dilem rapat, sama lem, ya ialah pake lem masa pake remeh, did you know what the meaning with remeh? Remeh itu ceceran nasi yang tergeletak tak berdaya dan tak dipilah untuk dimakan, kayakya paragraf ini ga penting juga.

Selanjutnya diskusi, ya seputaran memasarkan produknya, ada perwakilan dari Mocca Mercahandise dan Crossover dua pihak itu bergelut di bidang merchandising band yang sangat keren menurut saya, karena keren saja dan tak ada alasan lain.

“Promosi ialah investasi,” kata Sevty Crossover

“Data base pembeli ada uang, karena mereka adalah pembeli paling potensial,” ujar Wansky dari Mocca Merch

Dan setelah banyak coffebreak yang mengisi waktu luang saya, dan tentunya orang lain juga ikut makan, masa saya makan sendirian, kan ga adil untuk peradaban, dan terima kasih karen makan yang enak telah sempat kami makan.

Selanjutnya setelah dibagi bajunya, ya maksud saya baju hitam yang bergambar keren, yang saya pakai ini sepertinya harus segera didokumentasikan, saya dan banyak orang berfoto bersama.

Terima kasih banyak atas ilmunya, semoga ilmu yang dibagikan itu bermanfaat sangat, dan menjadi amalan baik untuk semuanya, demi peradaban yang lebih baik tentunya demi kelangsungan karya seni kreatif yang indah.

*diketik dengan jari, setelah makan kwetiaw yag tak kalah enak dari menulis sembari senggang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar