Selasa, 10 April 2012

banjaran kala panas

siang ini mulai panas, tapi minuman dalam kemasan dingin menmbuatnya tak lebih menjenuhkan, senang sekali adikku yang SD sudah mualai bisa berfikir dengan baik, dengan hitungan yang sepele namun ternyata jawabannya mulai tepat, meskipun waktu yang dibutuhkan itu sedikit lama, dan saya yakin itu lebih baik dibanding dulu saya seusianya, yang hanya bisa bermain-main saja.

"a, naha nya ditulisna bakso, padahal kan disebutna baso, terus mie pan disebutna mi," tanyanya singkat ketika kami diperjalannan pulang dari bengkel.

tampaknbya ia mulai senang bertanya dengan pertanyaan yang singkat.

"duka atuh, saha nu nulisna, eta meureunan nu nilusna nuju hilapeun," jawabku yang sama bingungnya.

dan sebelum gang rumah saya jelang, adikku bertanya lagi,

"a naha nya nu ageung mah sok hilap?" ujarnya singkat

"duka nya ari hilap mah, eta mah kumaha jalmina," ujarku singkat.

aku senang sekali adikku mulai bertanya tentang hal yang mendasar, hal yang kerap kali aku lupakan. lupa karena aku tak menghiraukannya, lupa karena aku ingin itu dilupakan, lupa bahwa aku mungkin pernah ada.

*diketik siang hari, banjaran kala panas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar