Selasa, 10 April 2012

Teruntuk Fadlan, Aktivis kampus

Kau tahu Drown? Itu loh judul lagunya The Smashing Pumkins, lagu yang keren pisan! Keren pisan! Saya sangat ingat intro lagu ini, jika waktu itu JAVAROCKINGLAND pas ngundang The Smashing Pumkins, iklannya pake lagu ini, aslinya keren pisan lah ini lagu, eh kenapa jadi ngomongin lagu ini teh, saya kan ingin cerita tentang teman saya.

Saya kenal ia dengan nama Fadlan, begitupun dengan teman-teman yang saya kenal mungkin memanggilnya demikian, cukup fadlan saja, atau mungkin ada panggilan lain yang dimilikinya, maaf saya tak tahu, begitupun dengan panggilan lengkap dari orang tuanya.

Pertemuan kami itu di Garut, tepatnya di sebuah pesantren yang lingkungannya tidak lebih dari dua hektar, semuanya dikelilingi oleh sawah, sehingga kadang serasa ada di sebuah daerah yang terpisah dari lingkungan lainnya, pesantren itu disebuT pesantren Persis No 99 Rancabango.

Rancabango itu nama daerah di Tarogong, itu loh sebuah daerah yang dekat dari Cipanas Garut, dan ketika itu saya tahu itu awal Juni dia awal millenium kedua, santri baru pada berdatangan, sebuah ritus sosial yang menjadi kebiasaan di kalangan Persis untuk meneruskan sekolahnya ke sekolah Persis juga ataupun mereka yang ingin, termasuk saya dan mungkin juga teman-teman yang selanjutnya mengenalku.

Pagi hari yang aneh, ya maksud saya mungkin ini memang yang pertama, kami berjajar dan berbaris, dan berbanjar rapi, yaitu sebuah hari pertama untuk mengucapkan doktrinasi untuk santri takjiziah, ya itulah masa saya melihat rombongan Cicalengka.

Maksud saya rombongan Cicalengka itu adalah Fadlan, Icad, Ahmad dan Hibban, ya mungkin mereka sekeluarga besar sekali sehingga mereka terlihat berjajar rapi, dengan baju krem cerah dan celana cokelat kami mulai berkata bahasa arab yang awal mulanya sangat saya tidak kenal, seolah mantra semua orang hampir menurut kecuali ustadnya.

Fadlan itu orangnya sangat suka untuk berolahraga, ya terlihat soalnya ia sering memakai baju olahraga semisal sepakbola, dan mungkin ia sangat ingat sepatu bolanya yang sangat ia banggakan semasa pesantren dulu, tapi itu dulu, sekarang aku tak tahu jelas apakah ia masih sama, namun dilihat dari ukuran celananya yang besar dan ukuran badannya yang mulai tambun, sepertinya saya sarankan ia kembali berolahraga.

Saya sudah lupa ia duduk di bangku urutan berapa ataupun ia duduk dengan siapa, yang pasti di angkatan kami itu dibagi dua kelas untuk para calon lelakinya, dan satu kelas untuk calon perempuannya, dan aku ikut ke jemaah kelas c, dan Fadlan entahlah? ia masuk kelas mana, aku sudah lupa.

Ia itu masuk ruangan Bukhori, ya maksud saya, karena sistemnya asrama jadi setiap ruangan mempunyai nama dan ruangan yang berbeda pula membuat setiap ruangan tahu siapa teman terbaiknya, dan Bukhori itu terbagi atas 3 ruangan, jika tak salah ia masuk ruangan Bukhori 3, jikapun salah tak apalah juga, soalnya itu kewajaran dan kesempurnaan hanya milik Alloh SWT.

Saya tak tahu jelas tentang kebiasaannya yang baik maupun yang buruk di pesantren, soalnya saya kenalnya sebentar, yang saya tahu ia sangat gencar tentang Isaba, ataupun Ikatan Santri Asal Bandung, mungkin jiwa organisatorisnya sudah terbentuk sejak dari pesantren dulu, hingga ia masuk universitas.

Angkatan saya di pesantren itu angkatan ke 13, kata orang itu sih angka sial, namun pandangan berbeda datang dariku, menurutku, karena aku juga angkatan tiga belas dan bisa lulus, namun temanku yang lain itu angkatan ke 13 setengah banyak yang dominan tak lulus, awalnya aku sangat prihatin untuk itu, namun aku sadar ada hikmah di balik itu, dan Fadlan sangat tahu akan hal itu.

Aku tinggalkan pesantren diawal aku menginjak tsanawiyyah, dan kau tahu, aku sangat berduka akan hal itu, dan mungkin sebagian temanku ada yang berduka, dan mungkin juga mereka ada yang senang karena orang yang selalu menghujat dan mengkritik mereka telah pindah sekolah.

Cibiru terlihat cerah hari itu, ya sadar itu tahun 2007, tahun yang setahun setelah aku lulus au mulai kuliah, atas pilihan sendiri aku masuk UIN, dan hingga sekarang aku belum lulus, dan aku temukan Fadlan sebagi panitia ospekan masa itu dikenal dengan Taaruf, tak kenal maka tak kenalan dan mulai dari itu aku kenalan dengan UIN, baik buruknya adalah rumahku untuk saat itu.

Fadlan itu masuk HMI, itu loh Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus, yang bisa aku pastikan berbuat politik kotor, kayaknya straight ya aku menulis politik kotornya, namun tak apalah, jika ada yang mempertanyakan aku akan jawab sebisa mungkin. Namun aku tak tahu apakah Fadlan ikut politik kotornya ataupun ia akan menjadi susu ditelan nila sebelanga. Entah mengapa aku sangat tidak suka HMI, hingga saat ini pun demikian dan yang paling aku tak sukai adalah kata islam yang dipaksa ikut ke organisasi tersebut.

Jika tak salah Fadlan ikut ke dalam struktur atas di HMI, teman-teman di kampus biasa mengenalnya dengan sebutan hijau saja, bahkan kelakar teman sering menyebutnya manusia hijau atau HULK? Ah itu tak penting, karena Fadlan yang aku kenal itu baik orangnya, atau mungkin juga berpura-pura baik orangnya. Entahlah.

Fadlan sekarang itu ngekost bareng Rivan dan Anggun, teman baik kami semasa di pesantren dulu dan hingga sekarang menjadi teman baik, teman sekosan juga, kosannya juga sangat menjorok ke dalam, ya maksud saya masuk ke dalam beberapa komplek kosan lainnya. Dan itu uniseks.

Oh ya, Fadlan sekarang punya pacar, awalnya saya lupa itu pacarnya, setelah saya ditegur Fadlan bahwa itu pacarnya, saya mulai kembali mengingatnya. Dan saya sadari kelupaan saya. Namanya itu Jewel... apa ya saya lupa, keren kan namanya? disadur dari bahasa Inggris mungkin, dan Fadlan sepertinya nyaman dengannya, semoga menjadi kisah indah di kemudian hari.

Apa lagi yah? Klo ngobrolin Fadlan biasanya tak jauh dari organisasi, demo, pacarnya, pesantren, dan lain sebagainya. Yang pasti semoga Fadlan kembali menjadi anak yang soleh, klo nulis kembali teh asa gimana ya? Seolah ia itu tidak soleh sekarang, namun karena saya tak tahu ia soleh ataupun tidak, maka tak apalah jua.

*untuk Fadlan diketik malam-malam, diedit pagi-pagi sembari senggang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar