Selasa, 10 April 2012

hari yang biasa aja

hari ini tanggal 22 desember, ya menurutku hari yang biasa aja, namun kenapa sering dianggap hari ibu, sepertinya penghormatan atas ibu itu harus tanggal itu, yang aku tahu penghormatan terhadap ibu itu sepanjang mampu aja, bukan sepanjang masa, jikalau sepanjang masa, mungkin selama hidupnya seorang anak akan mengabdi kepada ibunya, sehingga ia tidak terbebas untuk menjadi orang tua, karena masih terikat untuk tetap mengabdi kepada ibunya, selanjutnya jalan pintas yang ditempuh adalah menunggu masa hidup seorang ibu usai, tragis.

jika saja nabi tak berkata tiga kali terhadap ibu, aku akan tetap berterima kasih untuk ibuku, karena atas segala kebaikannya aku menjadi aku seperti ini, tak bisa menyalahkan, karena dari setiap kekurangannya adalah kemampuannya yang ia bisa lakukan, tak bisa saya paksakan orang tua saya menjadi seperti saya inginkan, dan begitu juga sebaliknya, mereka tak bisa paksakan saya seperti mereka inginkan, untungnya orang tua saya itu pengertian, mengerti seperti apa mendidik anaknya menjadi yang terbaik menurut kemampuannya.

jika saja hari ini bukan hari ibu, saya akan tetap menghormati beliau, bukan karena ingin dipuji atau pun pendapat orang, karena yang saya tahu orang tuaku lebih menghormati orang tuanya daripada menghormati siapa pun yang saya kenal.

setiap hari saya ucapkan doa semoga orang tuaku diberi keberkahan oleh yang mempunyai waktu, entah itu dikabul atau pun tidak, yang pasti aku hanya berdoa, jika dikabul mungkin aku berucap syukur dan seterusnya jika belum dikabul ya berdoa lagi.

kadang kala, saya sering terjebak dengan konteks yang ada di lingkungan, tanpa sering mempertahankan hakikat yang bisa dielaborasi lebih maslahat, semisal hari raya iedul fitri, sering sekali bermaafan dan setelah itu usai ya mulai berdosa lagi, dengan alasan nanti juga akan ada iedul fitri lagi, atau pun anggapan menyepelakan suatu momentum untuk menjadi lebih baik. baik orangnya.

saya sempat tertegun ketika ada ucapan dari teman, "jika hidup itu seremonial saja, dan ritus-ritus sosial saja yang diinginkan, tak ubahnya seperti benalu di pikiran orang yang tak lama akan disingkirkan orang karena tak berguna," ujarnya, saya takut demikian.

*diketik pagi-pagi sembari senggang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar