Selasa, 10 April 2012

Buang lah sampah pada temannya

Pagi ini Banjaran indahnya bukan main, maksud saya tidak main-main indahnya, langit putih dengan banyak awan yang membuat indahnya langit seolah tersapu rapih oleh anginnya, sepertinya sebelah timur dari pandanganku sedikit mendung.

Pagi ini suara indah membuat hari ini semakin indah saja dan aku ingin berolahraga, sekedar jalan kaki ataupun berlari kecil dari rumahku ke tempat lain.

Ke tempat lain maksudku, ya lain tempat maksudku.

Pagi ini sepertinya, tak cukup jika hanya berbekal dua kaki untuk berjalan-jalan, maka aku ajak adikku ikut serta,

"Bella, bade ngiring, urang jalan-jalan ka Soreang," ujarku

"Hayu, tapi kedap abi moekeun heula," ujarnya

Adikku sedang mencuci waktu itu, dan karenanya aku menunggunya untuk beberapa waktu, dan aku inginnya makan pisang aroma, ya pisang aroma yang ada di warung bibiku, Bi Ifat, rasanya lebih enak dalam udara yang dingin ini.

"A, hayu atuh," ujar Bella mengajakku

"Ngiring!" rengek shania

Dan akhirnya aku mengajak adikku berdua untuk ikut berjalan-jalan ke Kamasan untuk mengisi waktu luangnya, karena hidup itu mengisi waktu luang.

Di perjalanan Bella hanya cemberut terus, soalnnya ia kira ke Kamasan akan pakai motor dan perkiraannya salah.

"Tong miceun dimana wae runtahna," Ujarku

Adikku yang selesai makan wafer hanya memegang bungkusnya, ia hanya memegangnya erat.

"A, kamari mah ceuk rerencangan I'a, cenah mun buang sampah kudu pada tempatnya, nya?" Tanyanya singkat.

"Muhun, ari ia kumaha dijawabna?" Tanyaku

"Mun abi mah, buanglah sampah pada temannya," Jawabnya singkat

"Naha kitu?" tanyaku singkat

"Kan sampah mah rerencangan sampah deui," Ujarnya singkat

Ternyata adikku mulai sepertiku, mungkin efek dari banyak pertanyaan yang sering aku pertanyakan yang kadang ia lakukan sebaliknya kepadaku, dan akupun tahu, manusia hanya misteri, begitupun hidup ini, keindahannya adalah misterinya.

Sepanjang jalan, aku pegang tangan Shania, sepertinya aku akan rindu perjalan seperti ini dengan adikku, Bella mulai mau baca koran, walaupun aku harus bayar lima ribu untuk satu koran, dan Shania mulai cerdas dalam berbicara dan bertindak, rasionalitasnya mulai nampak keindahannya.

*Banjaran kala jalan-jalan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar