Selasa, 10 April 2012

Menunggu Adzan Shubuh

Saya masih terbangun sekarang dan disamping saya sedang terbaring mesra tiga sahabat saya, Ojan dengan pulasnya tertidur, begitu pun dengan Yoga dan Miko, mereka berbaris rapi disamping saya. Dan saya menunggu adzan Shubuh tiba.

Di samping kanan saya JAV, sedang melantunkan lagu Hujan, sama halnya menunggu hujan reda, saya masih menunggu adzan Shubuh. Saya ingin shalat Shubuh.

Rasanya hari begitu panjang, dipagi hari matahari bersinar dengan teriknya dan cerah langit menemani saya mendengarkan Battle to Heaven dari Mono.

Dan begitupun rutinitas selalu berlanjut dengan seiringnya waktu, semuanya terkesan rutin dan saya mulai bosan degan rutinitas dan teori yang kadang kala tidak masuk dengan praktek, bagaimana pengertian itu hadir tanpa paktek yang nihil.

Jika memakai hukum akumulasi, manusia akan terus baik jika ditambahi dengan nilai-nilai dan pengetahuan yang baik, namun sepertinya ada variable lain yang mempegaruhi hukum akumulasi.

Begitu dengan hidup saya yang risau, saya seharusnya jadi orang yang baik dan tak usah risau dengan hidup karena Alloh SWT yang maha baik, telah memberikan jalan yang terbaik untuk saya. Dengan rutinitas ini tentunya.

Tapi mengapa masih saja saya merasa risau, seolah ada yang kurang dalam hidup saya, saya kadang kala berfikir apakah saya harus hilangkan kata takut dalam benak saya, namun sepertinya takut adalah tali kekang yang baik untuk saya yang kadang kala tak bisa terkontrol dengan baik.

Sepertinya istilah menulis adalah tempat terbaik untuk menghilangkan penat. Begitupun saya, jikalau sedang risau dan gundah mulai menghampiri sebaiknya menulis adalah menjadi pilihan yang saya pilih setelah mendengarkan alunan musik yang mewakili perasaan saya, dengan begitu saya bisa mengalihkan kerisauan saya dan mulai berfikir lebih jernih.

Saya sering kali bertanya, apakah mungin saya kini karena bacaan saya, ataupun karena teman saya, dan saya hanya bisa menyalahkan pemikiran saya yang picik, saya tak boleh menyalahahkan, karena menurut saya, benar dan salah itu milik Alloh saja, atau mungkin saya telah dijauhi Alloh SWT atau saya yang menjauhi Alloh swt.

Saya mulai rindu degan atmosfir saya dulu di pesantren, seolah dulu saya begitu dekat dengan Alloh SWT, atau mungkin saya telah memberikan jarak untukk Alloh SWT oleh saya sndiri, saya takut kalau bacaan saya telah menjauhkan saya darinya.

Sudah beberapa bulan ini saya tak baca Al Quran, oh alangkah tidak beruntung saya.

Saya harap esok itu lebih baik, dan bukan hanya menunggu pagi saja, Karena esok jika diijinkan mungkin saya masih bisa menjalankan rutinitas saya.

*diketik sembari tak tahu ingin menulis fokusnya apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar