Selasa, 10 April 2012

13 November, setelah pulang dari Cibiru

Hari ini kampus saya seharusnya bersedih, ya seharusnya menurutku tentunya, tadi pagi sudah banyak oang di kampusku yang aku kira akan adanya suatu acara beberes kampus seperti apa, ataupun banyak juga para pekerja bangunan yang mengerjakan bangunan kampus kami dengan wajah yang sedikit dipermak, tanpa merubah fondasi awalnya.

Oh ya, hari ini aku disuruh ke kampusku oleh Nia, nama aslinya jika tak salah Sonia, atupun mungkin itu salah, salah sebut eh tulis atau apalah kepanjangan nama itu mungkin Niaaaaaaaaaaa, panjang kan? Ia itu seorang Pemred di SUAKA, itu loh SUAKA tempat aku menimba ilmu secara otodidak dan bagaimana menulis dengan baik dan tentunya bagaimana bersikap.

Sejujurnya aku sudah mulai bosan ke SUAKA, yang aku lihat banyak produk jurnalistik tergeletak dan acak-acakan, ditambah lagi kesan dari debu yang menempel di bagian lainnya di SUAKA seolah SUAKA hanya menulis tanpa melihat apa yang dilakukan untuk rumahnya, saya sadar saya tak lebih baik sewaktu saya masih menjabat sebagai anggota yang entah dikategorikan aktif, namun mungkin hal ini yang saya rasakan saat ini, dan mungkin saja saya itu bukan orang pertama merasakan kebosanan ini.

Saya bosan dengan kultur di SUAKA sekarang, sudah jarang adanya diskusi keilmuaan, ya sekadar berbagi ilmu yang berbeda dari perfektif keilmuan yang berbeda pula, namun mungkin karena mayoritas itu jurnalistik sehingga berbagi ilmu hanya menyangkut jurnalistik saja, yang saya pandang untuk menjadi seorang jurnalis memerlukan ilmu lain tak hanya jurnalistik karena jurnalistik hanya mediasi, tempat, media sebuah ilmu bisa didapat dari produknya, atau pun mungkin bukan karena hal itu dan masih banyak hal lain yang membuat gundah belakangan ini, ditambah lagi karena saya hanya memantau dari jauh dari kabar di SMS ataupun kabar di internet saja sehingga parsial ataupun saya hanya memberikan pandangan atas prasangka saya saja.

SUAKA baru saja punya rumah baru, di tempat yang baru, jika tak salah namanya Dua Saudara, tapi jika salah pun tak apa menurutku, karena dulu aku kenal itu sebagai tempat ma'had dari Psikologi, ya menurut Iyan temanku itu begitu. Sebuah lingkungan yang terkurung dikelilingi oleh tempat UKM lainnya, sangat khas dengan kosan mahasiswa, namun dengan sekejap disulap jadi tempat para mahasiswa berkarya,maksud saya berkarya sesuai dengan minatnya.

Oh ya SUAKA punya dua ruangan, kata Miko sih itu tempatnya teater, namun teater minta satu rumah saja untuk tetap berkarya di bidang dan minatnya, sehingga sekre SUAKA punya dua kamar, dan tetangga kami sedari dulu, ya maksud saya KOPMA, sepertinya penulisannya harus Kopma saja, soalnya itu akronim, jd kembali ke topik Kopma, Kopma punya tiga ruangan tepat di sebelah kiri ruangan SUAKA.

Tepatnya ruangan SUAKA itu nomer 11 dan 12, ruangan sebelas itu penuh dengan barang-barang yang materialnya kertas, sedangkan yang satunya lagi ruangan dengan empat kursi dan satu bangku panjang yang muat untuk duduk berempat, tentunya dengan tertib jika duduknya.

Oh ya, barang mahal di SUAKA bertambah, yaitu dua buah WC dalam berbeda kamar, dua-duanya ada airnya, ya maksud saya airnya mengalir tanpa adanya intervensi dari saluran air lainnya, saya sendiri senang untuk ada di WC tersebut, karena untuk sebelumnya harus numpang ke WC samping Mahapeka yang selanjutnya tak enak ketika harus mengantri lama dan seterusnya mengotori lantai yang sudah dipel oleh mereka, semoga saja yang pakai WC di sekre yang baru tidak jorok, dan lebih bisa bersyukur.

Beberapa hari yang lalu, aku bersikeras untuk tidak ke SUAKA, entahlah perasaan ini sepertinya tidak nyaman untuk ke SUAKA, seolah saya harus mundur secara teratur dari SUAKA, untungnya SMS dari Ojan memberikan pilihan untuk menjadi anggota non aktif dan selanjutnya saya menjadi anggota yang non aktif yang saya pilih di sela-sela kesibukan saya yang lain.

Terus terang, saya sudah ingin non aktif sedari beberapa bulan sebelumnya, mungkin karena kesibukan saya sendiri dan lain hal, ditambah lagi perasaan bersalah karena mangkir dari tugas jurnalistik ketika saya perhatikan, saya tidak memberikan perubahan yang berarti untuk SUAKA, saya malu jika hanya jadi benalu, hanya bisa berdiam diri di SUAKA, tidur di SUAKA, makan di SUAKA, dan tidak memberikan hal yang berarti untuk SUAKA, saya kira seharusnya saya mulai ditegur sejak saya jadi anggota oleh Wicaksono Arif, dan dimarahi oleh Miko ketika Miko jadi Pemred, dan seharusnya saya dicerca Fikri dan Agus yang tidak bertanggung jawab atas kelakuan saya di SUAKA, untuk sekedar saran mungkin pernah terlempar dari mulut teman namun sepertinya sanksi sosial jarang terjadi di SUAKA.

SUAKA kini menjadi perhatian saya, ketika mulai dana di SUAKA mulai kering, saya perkirakan jika hanya menganut pada mesin cetak maka SUAKA tak akan maju lebih baik, karena kadang saya berfikir produk yang bagus tidak berarti isinya itu bagus. Sehingga saya lebih tertarik dengan SUAKA yang difotokopi saja, ketimbang hanya menjadi sampah dan terlupakan siapa yang telah membuatnya, siapa yang menulisnya, ataupun siapa yang cape untuk mencetak produk jurnalistik yang disebut, majalah, dan tabloid.

Bahkan untuk alat produksi, printer HP yang bagus itu raib, untuk rencana Print On Demand pun hancur, karena kelakuan orang tak bermoral, telah meraibkan printer SUAKA, ketika mendapat SMS dari Nasrul pun, saya mulai curiga ada yang aneh di SUAKA, ditambah kabar dari Miko, Raibnya Printer membuat saya sedih, terlebih lagi kultur untuk menjaga barang di SUAKA sepertinya sudah mulai luntur, sekarang kamerapun tak punya, rekorder entah kemana, dan hal paling tak disukai pun datang. Menuduh.

Dua buah, lemari tersisip di ruangan sekre SUAKA yang lama, entah punya siapa itu lemari, dan entah mengapa ada di sekre SUAKA, dan tentunya barang yang pernah aku buat bareng Miko dan Wicak, sebuah rak yang mungkin tak berharga lagi sehingga harus ada di sekre SUAKA yang lama, dan aku sarankan ke Nasrul untuk membawanya, namun entah mengapa perasaanku Nasrul malas untuk mengangkut rak buku itu.

Setelah kenyang, dengan beberapa suap nasi, dan ketan tentunya, yang hadir di siang hari sebelum hujan Nasrul, Bayu, Riza berpulang, saya dan Miko duduk-duduk saja, sembari menonton Film dan beberapa video unggahan dari Youtube, tak lama Hamdan dan Ojan datang, dan sebelum hujan hadir lagi, saya sebaiknya harus pulang.

Tiap generasi punya masa yang dibatasi, dan saya sadari hidup saya bukan hanya di SUAKA saja, mungkin sebentar lagi saya akan hadiri pernikahan Ratna di Cianjur ataupun acara Miko meminang seorang pilihannya, Elli, Lina dan teman lainnya.

Dan waktu muda pun berangsur dewasa, SUAKA akan tetap menulis.

Mudah mudahan SUAKA pindah ke tempat yang baru membawa hal yang baru juga, dan kebiasaan buruk di sekre yang lama segera hilang, Aamiin!

*sehabis hujan reda, dan kemenangan mutlak Tim Sepak Bola Indonesia.

*ditag ulang, maaf mic, komentar terdahulu dihapus dan belum dibaca semuanya

*ketika saya rasa proses tag-tag an akan berefek buruk maka saya rasa dihapus saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar